"Udah berapa lama lo nyembunyiin ini semua dari gue kak?" Tanya Mike terkesan sinis dan dingin
"Nyembunyiin apa sih Mike gue ga paham" aku mengeryit dan berucap dengan nada lirih
"Lo anggap gue apa?"
Itu yang paling datar dari yang datar saat Mike berbicara kepadaku.
"Gue udah bilang Mike, lo itu udah gue anggap ade gue sendiri" ucapku masih terdengar lirih di setiap akhir kalimat "Gue sayang sama lo"
Entah mengapa kalimat itu keluar begitu saja dari mulutku. Mike terdiam dan memalingkan wajahnya dariku.
Aku sendiri baru mengetahui sisi Mike yang seperti ini. Lelaki itu mengacak rambutnya frustasi lalu mengusap wajahnya dengan kasar.
"Sorry kak" ucapnya dengan pelan, aku dapat melihat siratan rasa bersalah dari ucapannya, dari tatapan matanya
Bibirku tergerak ke atas, aku tersenyum dan mengambil tangannya lalu menggenggamnya. Ibu jari tanganku bergerak mengelus punggung tangannya. Mike menoleh, menatap mataku dengan dalam. Aku sendiri larut dalam tatapannya, bola matanya yang begitu indah.
"Gue cinta sama lo"
14 huruf, 4 kata, 1 kalimat.
Deg,
Perlahan genggaman tanganku pada Mike terlepas. Awalnya aku menatap matanya dengan penuh kekaguman, kini berubah menjadi ketidakpercayaan.
"Gue ga budek kan?" Batinku bertanya-tanya
Aku masih terdiam. Berharap semua hanya khayalan. Meskipun aku tidak pernah mengharapkan itu dalam khayalanku sendiri.
Seolah sadar apa yang diucapkannya, Mike tersenyum. Bukan senyum bahagia, bukan juga senyum penyesalan. Itu senyum miris yang Mike tunjukkan.
Aku masih bungkam, terpaku pada keadaan. Aku mulai mencerna semuanya, berusaha mengendalikan situasinya.
"Lo ga perlu jawab kak, gue cuma udah ga bisa aja mendem perasaannya"
Aku menundukkan kepala, menatap keramik yang aku pijak.
"Emang apa yang gue sembunyiin Mike?" Tanyaku
"Lo bener-benee gatau?"
Aku menggeleng pelan. Mike seperti menimang-nimang sesuatu, antara akan mengatakan atau tidak.
Aku menatap tepat dimanik matanya, tatapanku menunjukan harapan. Mike pun menghela napas berat.
"Elo mengidap Leukemia kak"
Deg.
Aku?
Leukemia?
Wajahku berubah pucat seketika. Aku menggeleng pelan sambil tertawa miris.
"Jayus lo Mike, bukan gue tapi kak Kelvin" aku terkekeh dengan mata yang sudah berkaca-kaca
Mike menatapku dengan iba.
"Lo bisa tanya ke dokter Kirana"
***
Aku sedang duduk menyendiri di kursi taman rumah sakit. Tatapanku kosong pada dedaunan yang ada di sekitarku.
Mimisan, pusing, mual, pingsan, demam. Itu yang sering kali aku rasakan.
Tapi amplop itu kenapa ada di kamar kak Kelvin?
Ah, aku tidak membaca semuanya. Aku lupa membaca siapa namanya. Sandiwara apa ini?
Jadi aku? Bukan kak Kelvin?
Mamah, papah? Apa mereka tau tentang ini?
***
Haihai😂
I'm come back😄 btw, minal aidin walfaidzin ya, maaf telat😅
Vote and coment ya, aku bakal usahain buat tamatin cerita ini secepatnya. Bantu vote and coment biar aku lebih semangat dan ga males-malesan lagi😂
Sorry ya aku baru update dan ini yang paling sedikit sepanjang sejarah aku update satu chapter😂😅
Maaf kalo banyak typo😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Diary
Teen FictionLaura mencintai Billy. Namun saat seseorang datang, Laura memilih untuk menjauh, mengubur perasaannya dalam-dalam, membuat benteng yang kokoh namun tak bertahan lama. Rasa itu selalu tumbuh meski telah patah berkali-kali. Billy sendiri tidak...