Mike

1K 53 0
                                    

Mulmed : Alex Lange↔Mike

***

Bel waktu pulang telah berbunyi sejak tadi, dan sekarang aku sudah berada di mobil milik Mike. Oh tidak, lebih tepatnya mobil yang diberikan oleh orang tuanya kepada Mike.

Keadaannya hening, dan kemudian terdengar suara mesin mobil. Entah apa yang dipikirkan lelaki itu, dia cukup lama membiarkan keheningan yang ada seolah merasa nyaman dengan semua keanehan. Ya aneh, sikap dia yang tiba-tiba menghilang kemudian kembali pulang, entah lah pulang kemana, pikiranku masih kalut.

Mike memarkirkan mobilnya lalu keluar dari gerbang sekolah dan membelah keramaian lalu lintas di Jakarta.

Semuanya terasa canggung, tidak banyak kata yang aku ucapkan, begitu juga Mike. Mungkin itu semua ada hubungannya dengan dia yang hilang beberapa hari, atau memang aku yang tidak pernah memberi tahu kabarku.

Bahkan ini terasa lebih canggung dari pertama kali aku bertemu dengannya.

Seorang satpam telah membukakan pintu gerbang rumahku, mamah dan kak Kelvin sedang berada di kursi teras seolah sengaja ingin menyambutku.

Setelah apa yang terjadi semalam, aku rasa wajar saja bila aku merasa canggung dengan kakak kandungku sendiri. Aku berusaha agar jangan sampai menatap matanya. Aku harus gimana? Ini semua adalah skenario-Nya dan aku tinggal menjalankannya.

"Masuk dulu" ajakku pada Mike setelah turun dari mobil

"Boleh deh" jawabnya sambil tersenyum kepada Mamah karena tersadar sejak tadi kak Kelvin dan Mamah memperhatikan ku dan Mike

"Sore Tan" sapa Mike lalu mencium tangan Mamah

"Kak" kak Kelvin dan Mike ber tos ria dengan khas cowok saat bersalaman

"Bi Asih, bikinin minum buat Mike" teriak Mamah dari teras agar terdengar oleh bi Asih

"Iya nyonya" bi Asih berlari kecil menghampiri Mamah lalu pergi lagi untuk membuatkan minum

"Ga usah repot-repot Tante, makasih" ucap Mike sopan sambil tersenyum

"Ngga sama sekali" ujar Mamah dengan ramah "Ajak masuk sayang, Mike nya" ucap Mamah yang kini menatap aku yang sedari tadi hanya menjadi penyimak

"Iya Mah, ayo masuk" ajak ku dan berjalan memasuki rumah, diikuti oleh Mike

"Mau dimana?" Tanya ku sambil menghentikan langkah dan memperhatikan Mike yang terus menatap dinding rumahku yang dipenuhi oleh figura

"Hm? Tempat biasa aja" dia berdehem dan sedetik kemudian menjawab pertanyaan ku dengan santai

"Ish, tempat biasa?" Aku mengeryit keheranan

"Halamam belakang" jawabnya sambil tertawa melihat ekspresi ku yang keheranan

"Sesering apa sih lo main ke sini hm?" Kekeh ku pada Mike

"Sesering lo nunjukkin senyuman manis lo"

"Lo gombal ya?"

"Ngga tuh"

"Terus?"

"Modusin lo doang" Mike terkekeh

"Ohaha, yaudah lo duluan aja, gue mau ganti baju dulu" aku tertawa kemudian berlalu meninggalkan lelaki blasteran itu

Aku masuk ke kamar lalu mengganti baju seragam ku dengan baju santai ala rumahan. Setelah itu, aku langsung berjalan menuju halaman belakang.

Di sana, aku melihat lelaki itu sudah duduk dengan posisi kaki kanan yang berada di pangkuan kaki kirinya. Matanya langsung tertuju kepadaku yang sudah berada di ambang pintu menuju halaman belakang.

Mike tersenyum ke arah ku, dan aku pun berjalan menghampirinya lalu duduk di sampingnya.

***

Tempat yang paling indah, nyaman, sejuk, menyimpan sejuta kenangan adalah tempat ini. Tempat ini seolah dibuat khusus untukku. Aku tidak pernah merasa kepanasan disini, hanya udara sejuk dan angin yang menerpa lembut rambutku, juga kicauan burung yang menggema di udara.

"Jadi?" Tanya Mike memecah keheningan, menyadarkan ku dari lamunan dan mengisi kekosongan pikiran

"Apa?" Aku balik bertanya karena tidak mengerti dengan maksud arah pembicaraan nya

"Kenapa mata lo sembab?" Tanya nya memperjelas dengan tatapan mematikan yang membuatku mengalihkan pandangan karena merasa takut, takut jatuh mungkin

"M- Oh- itu, semalam gue gadang" jawabku mencoba untuk terlihat santai meski terdengar sedikit gugup, entah lah dia menyadarinya atau tidak

Mike menarik napas nya lalu membuang dengan kasar

"Ternyata selain pintar di bidang akademik, lo lumayan jago akting ya" ucapannya sukses membuatku tersentak dan menautkan kedua alisku

"Iya" ucapnya lagi yang sadar dengan ekspresi wajahku yang penuh tanda tanya "Hampir setiap malam gue gadang, tapi matanya ga sampe sembab kayak lo. Lo tuh emang ga ada bakat buat jadi pembohong" kekehnya

"Lo insom?" Tanyaku

"Engga juga"

"Ngapain gadang?"

"Kok jadi elo sih yang introgasi gue" tanya nya yang tersadar maksud ku untuk mengalihkan pembicaraan sebelumnya

"PD banget deh, siapa juga yang mau introgasiin lo" sindir ku

"Berarti lo perhatian sama gue"

"Serah lo deh" jawabku pasrah

"Oke gini, gue ga minta alasan deh, lo cukup jawab iya atau ngga" ucapnya yang kali ini membenarkan posisi duduknya menghadap ke arahku

Aku hanya manggut-manggut kemudian tertunduk

"Lo nangis apa ngga?" Tanya nya sambil memandang wajahku dari samping yang terus tertunduk

Seolah ada beban pikiran yang ditanggung, rasa sakit yang ditahan, dan kekecewaan yang tak sempat diutarakan. Namun, memang pada kenyataannya benar begitu.

Mike memperhatikanku, memperhatikan setiap helaian rambut yang berterbangan oleh angin. Dia menunggu bibir ini terbuka, terdengar suara yang mengucapkan sebuah kata.

"Iya" akhirnya 1 kata, 3 huruf, dan penuh arti terucap dari bibirku dengan suara parau menahan tangis

"Sorry"

Aku mengeryit lalu menatapnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Gue ga maksud ngebangkitkan sisi rapuh dalam diri lo"

Aku memalingkan wajahku darinya, lalu menarik napas perlahan dan mengelap bulir-bulir air mata yang siap terjun bebas kemudian tersenyum miris.

"Mungkin gue emang bukan alasan di balik senyum dan tawa lo, tapi gue harap gue juga bukan alasan di balik air mata lo" kata-kata Mike yang untuk sekian kalinya di cerna oleh otak, masuk ke hati, dan tersimpan dalam jiwa.

Tangan nya yang lembut mengusap halus rambutku dan sontak membuatku menatapnya lalu memberikan senyuman yang entah berasal dari mana.

"Thank's" ucapku singkat

"Iya. Gue harus balik, udah sore juga" Mike bangkit dari duduknya dan sekilas melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan nya

"Iya"

"Salam buat tante Sandra, kak Kelvin"

"Siap" jawabku sambil mengangkat kedua ibu jari

Lelaki itu pun berlalu meninggalkan ku sendiri(lagi) di halaman belakang.

"Kak" panggil Mike yang menghentikan langkahnya saat akau masuk ke dalam rumah dan membuat ku menoleh

"It's gonna be alright" Mike tersenyum dan aku pun mengangguk sambil membalas senyum. Setelah itu, dia benar-benar pergi

Di sini hanya tinggal ada satu manusia, yaitu aku. Tanpa sadar, sedari tadi ada sepasang mata yang memperhatikanku. Melihat kesendirianku, memandang wajahku, membangkitkan sisi rapuh dalam diriku

***
.
.
.
.
.
Hi besok TO ke-3 atau Pra-UN😟 jadi maaf otaknya agak blank😅 semoga kalian tetep suka ya sama cerita nya😊
Don't forget to vote and comment😉

Dear DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang