"Gue pengen tau cerita Rendi yang nembak Manda kemarin. Kapan, dimana, saksinya siapa?" Tanyaku dengan sedikit merengek
"16 April 2016, di kelas XI IPA 4, SMA Merah Putih dengan saksi seluruh penghuni kelas XI IPA 4" jawab Aurel heboh
"Uuuh, sweet banget deh" balasku terkesan lebay
"Bosen jomblo ya lo Ra?" Celetuk Manda dan sukses mendapat tatapan sinis dariku
"Jadi lo mau nraktir gue kapan?" Tanyaku pada Manda, berusaha mengalihkan pertanyaannya barusan
"Tenang aja gue pasti traktir lo ko" jawab Manda santai
"Gue juga ya" ucap Panji dengan mata yang berbinar
"Ngga ah, bisa-bisa uang jajan sebulan gue abis cuma buat traktir lo" jawab Manda dan membuat aku dan yang lainnya tertawa
"Hahaha, dalem ji" kata Aldo
"Apanya?" Tanya Aurel dengan wajah mencurigakan
"Ah elo Rel, bawaan nya nethink mulu" sahut Tasya
"Kalian berdua sebelas duabelas lah" celetuk Aldo
"Maks-" omonganku terpotong karena telapak tangan yang membekap mulutku
"Udah lo diem Ra, ga bakal ngerti pembicaraan orang-orang lansia" ucap Panji setelah melepaskan bekapan tangannya dari mulutku
"Hahahaha" mereka semua tertawa, sedangkan aku merasakan sekitar mulutku yang berbau aneh
"Kurang ajar lo, gue imut gini disebut lansia" ucap Aurel geram
"Iya huu" sahut Tasya ikut menambahkan
"Fans harap tenang" ujar Panji dan mendapat jambakan dari Aurel dan Tasya
"Lo kenapa Ra?" Tanya Dimas
"Ko gue ngerasa ada kayak bau aneh ya di sekitaran mulut gue?" Tanyaku keheranan
"Hahahaha" Fanya terbahak-bahak
"Panas lo Fan?" Tanya Billy sambil memegang kening Fanya
"Tadi Panji bilang tangannya di gigit nyamuk jadi bentol terus gue iseng nawarin balsem dan dia make gitu aja" Fanya menjelaskan
"PANJIIIIIIIII!" Aku geram kepada sahabatku yang unik ini
Mereka semua kembali tertawa dan Panji tanpa merasa berdosa ikut tertawa juga.
Tanpa sadar, waktu istirahat telah habis dan kami pun segera berjalan menuju kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.
***
Bel waktu pulang telah berbunyi, seluruh siswa berhamburan keluar kelas dan mulai memadati tempat-tempat strategis seperti tangga, koridor, parkiran, dan gerbang sekolah.
"Ra, sorry ya gue duluan mau bareng Rendi" ucap Manda dengan wajah penuh rasa bersalah
"Iya-iya" jawabku meyakinkan agar Manda tidak merasa begitu
"Duh pengantin baru" ledek Fanya
"Apaan sih lo" Manda tersipu " Guys, gue duluan ya" Manda setengah berteriak dan berlalu meninggalkan gerombolan kami
Aku dan teman-temanku telah menuruni anak tangga dan berjalan di koridor kelas X.
"Ra" terdengar suara yang tidak asing di telingaku. Billy, tiba-tiba dia sudah berada di samping kananku dan sukses membuatku terkejut
"Eh, elo Bil" sahutku santai yang sebenarnya berbalik 180' dengan apa yang aku rasakan
"Balik bareng yuk" ajaknya sambil terus melangkahkan kaki dan ekor matanya terus saja menatap ke arah wajahku
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Diary
Genç KurguLaura mencintai Billy. Namun saat seseorang datang, Laura memilih untuk menjauh, mengubur perasaannya dalam-dalam, membuat benteng yang kokoh namun tak bertahan lama. Rasa itu selalu tumbuh meski telah patah berkali-kali. Billy sendiri tidak...