10

54 5 0
                                    

Baby Don't Cry

Happy Reading
.
.
.
.

Tempat ini hanya punya cahaya minimalis dan terasa lembab, suara-suara hewan pengerat, dan suara tumpukan benda berjatuhan.

Tempat ini menyeramkan menurutnya.

Kirana tak bisa melihat apapun, karena matanya ditutup dan kedua tangannya yang terikat di kursi.

Tak banyak yang bisa ia lakukan selain meringis, mencoba melepas ikatan, dan berdoa agar ada yang menyelamatkannya.

Suara gebrakan pintu terdengar dan menampakkan dua sosok pria paruh baya yang berjalan mendekat ke arah Kirana, salah satu dari mereka membawa pisau.

"Si-siapa... k-k-kalian?" ucap Kirana terbata, ia terlalu takut hanya untuk sekedar berbicara normal,

"Salah gue apa? Mau kalian apa?!"

Kali ini ucapannya sedikit mengeras meskipun masih terdengar bergetar.

"Nona muda Karta, kalau anda terus berbicara pisau di tangan rekan saya nggak akan segan-segan buat melukai anda" ucap salahh seorang dari mereka.

Pria paruh baya itu lantas terseyum menyeringai dan perlahan mendekat ke arah Kirana lalu meraih dagunya.

"JANGAN SENTUH!"

"Owh, nggak suka disentuh sama orang yang nggak di kenal? Anak menteri memang nggak sembarang orangnya"

Kirana terus memberontak, baju dan rambutnya tak terlihat lagi bentuknya, penuh noda kumuh semua.

Pria itu tersenyum kemudian melepas tangannya dari dagu Kirana dan berjalan mengelilinginya,

"Tuan Karta punya satu kesalahan besar, karena itu lewat anda saya ingin membalas semua apa yang sudah beliau lakukan di masa lalu dan juga..."

Pria itu terhenti dan melirik ke arah Kirana,

"...dengan membuat hidup nona muda menderita mungkin, atau misalkan dengan yang saya lakukan sekarang atau mungkin anda akan saya jual—"

"Jaga ucapan kalian, brengsek!"

Pria itu tertawa lalu mengambil pisau yang berada di tangan rekannya itu, mengarahkan pada Kirana.

Brakkk!

Terdengar suara gebrakkan pintu yang cukup keras dari luar.

Sial!

Apa penculikan mereka ketahuan oleh polisi?

"Kir! Kirana!"

Terdengar jelas juga suara Gapura yang berteriak memanggil namanya. Kirana benar-benar merasa lega sekarang,

"TOLONG! SIAPA AJA TOLONG!"

Sreett!

"DIAM!"

Pria itu mengarahkan pisau dan mengenai bahu kanan Kirana, darahnya bahkan sudah memenuhi hampir sebagian tangan kirinya. Kirana meringis dan merasakan nyeri yang hebat di lengannya.

UnKnow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang