Thunder
Happy Reading
.
.
.
.Kirana sibuk mengganti chanel televisi, karena malam ini malam akhir pekan jadi acara yang disiarkan kurang menarik perhatian, kecuali jika ada acara memasak.
Itupun hanya sekedar iklan. Hingga sore hari tak ada hal yang menarik perhatiannya, paling-paling ia hanya melakukan kegiatan sehari-hari.
Tidur, mandi, makan—yang masih kesusahan karena tangannya luka— duduk-duduk di taman belakang dengan para pengawal, bergumam tak jelas.
Yahh, seperti itulah keseharian seorang gadis lakukan— menurutnya.
Akhirnya ia memutuskan untuk beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi, karena waktu sudah sangat sore jadi tak mungkin ia mandi malam hari atau sebelum ia benar-benar malas untuk bergerak.
"Non, makannya sudah siap"
Ahh! Suara si bibi,
Kirana hendak melangkahkan kakinya ke kamar mandi langsung berjalan ke arah pintu lalu membukannya.
"Oh! Iya, bi. Aku mandi dulu ya, nanti langsung ke ruang makan"
"Baik, non" ucap si bibi langsung berbalik hendak menuju dapur.
"Bi, ayah belum pulang?"
"Tadi bapak telepon bilangnya ada rapat penting sama petinggi-petinggi negara, mungkin pulangnya agak malam"
'Bokap lo emang sibuk Kirana' batin gadis itu.
"Ohh, ya udah. Makasih, bi" ucap Kirana tersenyum, lalu menutup pintu kamar dan bergegas ke kamar mandi.
***
Kirana mengunyah makanannya tak selera, bukannya tak nafsu makan tapi apa harus setiap hari ia makan sendirian?
Terakhir kali ia makan bersama ayahnya saat ia dipaksa datang ke acara peresmian hotel waktu itu, dan terakhir kali ia makan bersama dengan keluarga lengkap saat masih duduk di bangku SMP.
Kirana berhenti menggerakkan sendok, ia menatap ke arah piring di depannya.
Melamun.
Tak sadar jika air mata sudah menetes di ujung mata kirinya, ia tak menangis namun hanya mengeluarkan air mata.
Lagipula jika ia menangis, suaranya mungkin sudah menggema satu rumah.
Oke itu berlebihan.
Ia mengusap air matanya lalu melanjutkan makan, setidaknya ia bisa bersyukur masih di beri kehidupan yang layak dengan cerita hidupnya yang tak layak.
Kirana baru ingat jika Vajra akan datang ke rumah, sekedar menemainya hingga ia tertidur.
Tak mungkin jika Kirana mengizinkan Vajra menginap, bisa-bisa pengawal akan bertambah dan keamanan diperketat jika hal itu terjadi.
Mereka memang sahabat, tapi sudah tak seperti dulu, mereka sudah dewasa dan mungkin saja gelar sahabat sudah hilang di antara mereka dan digantikan dengan yang lain.
Seperti perasaan yang muncul, mungkin.
Vajra tak pandai berbohong, Kirana tahu itu.
Dari tatapan mata Vajra, gadis itu sudah tahu bahwa ia sudah tak lagi memandang Kirana sebagai sahabat tetapi sebagai seorang wanita, atau mungkin sebagai seorang adik tersayang.
Kirana tahu itu, diam-diam sebenarnya ia memerhatikan Vajra.
Namun Kirana masih belum tahu apa ia bisa membuka hatinya atau tidak, karena dari awal ia tak mau.

KAMU SEDANG MEMBACA
UnKnow [END]
RomanceIni bukan tentang "cinta terlarang" Tapi, bagaimana mereka membangun sebuah hubungan yang sudah terikat sejak lama. Kisah yang bisa saja dialami dalam percintaan dan keluarga.