Mimi Theme Song
Happy Reading
.
.
.
."Tolong, Jra. Mungkin dia bisa sedikit tenang... Kamu sahabatnya, kan? Buat dia bisa berpikir untuk nerima semua ini"
Vajra masih diam.
Diam seribu bahasa dengan pikiran yang berkecamuk, antara ingin menolak atau menerima keinginan nyonya Wening.
"Maafin tante, Jra"
Vajra masih diam, namun alianya mengerut.
Untuk apa beliau meminta maaf?
"Mendingan kamu ke rumah sekarang, tante akan cerita semua ke kamu"
Sambungan terputus, namun ia masih diam.
Pikiran dan perasaannya tak bisa diajak kompromi, pikirannya ingin menemui Kirana namun perasaannya masih kelu.
Bahkan hanya untuk sekedar mendengar nama gadis itu.
***
Di sini ia berada, setelah beberapa saat yang lalu sempat beragumen dengan pikiran dan perasaannya.
Terduduk dengan wajah yang tenang pula, tersenyun kepada si bibi yang mengantarkan minuman.
Dan tersenyum tenang kepada nyonya Wening yang terduduk di samping dirinya.
Di ruang tamu rumah tuan Karta.
"Maaf kalau tante langsung ngomong ke inti, sekali lagi maaf--"
"Udah, Tan. Tante belum bilang apa-apa bahkan berbuat salah sama saya juga belum. Apa yang buat tante harua minta maaf ke saya?"
"Kamu terlalu baik, Jra. Tapi kenapa? Kenapa semua ini terjadi sama kalian?"
Vajra diam.
Kali ini ia tak bisa menjawab ataupun bertanya lagi, raut wajahnya kino serius dan penasaran.
"Tante punya masa lalu yang kurang baik sama almarhumah ibumu dulu, kamu pasti sudah tahu sendiri. Tapi demi apapun, tante juga merasa sakit waktu itu. Berada si situasi tega sama orang lain itu sulit, Jra"
Vajra memejamkan mata, menghela nafas pelan.
Berusaha menahan gejolak yang menumpuk di dalam.
Lagi-lagi perasaannya kelu.
Mengingat tatapan nyonya Wening yang dilemparkan pada ibunya saat itu.
"Seharusnya tante benci sama kamu dan Gapura. Tapi kalian berdua hadir dalam hidup Kirana, kalian ubah warna hidupnya. Sampai Gapura yang benar-benar serius ingin membuat Kirana bahagia--"
"Tante berhak benci sama saya ataupun dia, tapi tolong... Saya juga ingin buat Kirana bahagia. Saya cuma nggak mau Kirana dalam bahaya yang disebabkan sama Gapura, tante. Tapi apa sekarang? Kita bertiga sudah jatuh terlalu dalam di waktu bersamaan"
"Karena itu tante bisa apa?"
Lidah Vajra lagi-lagi kelu untuk menjawab.
"Untuk sekarang, kamu ubah pikiran dan perasaan Kiraba. Buat dia terima keadaan ini. Tante mohon sama kamu"
Ia menarik ujung bibirnya agar sebisa mungkin membentuk seulas senyum tenang dan meyakinkan.
***
"Kir..."
Hening.
Tak ada jawaban dibalik pintu kamar Kirana.
"Kita impas, harus dapat kenyataan yang nggak akan bisa diterima walaupun udah berusaha buat ngelupain"
Masih hening, dan semakin kelu Vajra sekarang.
Demi apapun sebenarnya ia tak ingin berbicara dengan siapapun bahkan dengan Kirana sekarang.
Ia juga sama seperti Kirana dan Gapura, terlalu sulit menerima kenyataan getir ini.
"Lo berhak gini, tapi pikirin juga perasaan bokap sama nyokap lo"
Akhirnya Vajra terduduk di depan pintu kamar, menempelkan telapak tangannya di permukaan pintu.
"Tolong, Kir. Dengan lo yang begini apa mungkin perasaannya berubah? Gapura tipe orang dengan prinsip--"
"Pergi"
Suara gadis itu terdengar.
Serak dan suram, semakon pilu pyla Vajra mendengar.
"Jangan pernah sebut namanya lagi... nggak ada yang harus gue pikirin"
"Nggak ada? Kenapa lo egois?"
"Baru nyadar? Ck"
Vajra memperbaiki posisinya.
Kini ia bersandar di pintu, sama posisinya dengan gadis yang berada dibalok pintu ini.
Vajra menundukkan kepala dengan satu kaki yang ia tekuk lalu menopang tangannya kirinya di atas lutut.
"Nggak ada yang bisa dipercaya"
"Lo harus percaya sama diri lo sendiri"
"Pembohong"
Pria itu tersenyum kecut.
Dibalik wajahnya yang tertunduk, samar-samar ia membisikkan sesuatu yang hampir tak terdengar.
"Ya, pembohong"

KAMU SEDANG MEMBACA
UnKnow [END]
RomanceIni bukan tentang "cinta terlarang" Tapi, bagaimana mereka membangun sebuah hubungan yang sudah terikat sejak lama. Kisah yang bisa saja dialami dalam percintaan dan keluarga.