What If...
Happy Reading
.
.
.
.Asap harum ini menyeruak masuk ke hidungnya, sore hari bahkan terasa semakin hangat.
Walaupun selepas ini seluruh tubuh bahkan rambutnya pun akan berbau sate.
Kirana terduduk di samping gerobak sate—karena itu tubuhnya berbau sate—menunggu pesanan satenya yang masih dibakar oleh pak Hajra,
Pemilik gerobak sate yang sudah menjadi langganannya sejak duduk di sekolah menengah pertama, letaknya juga tak jauh dari kompleks rumah jadi ia hanya perlu berjalan kaki.
Barangkali tiga puluh langkah dari rumah.
Tak lama ia merasakan getaran ponsel di saku celana, ada pesan masuk dari Vajra.
From : Jra¤¤
Lo dimana, Kir?😶Sudah hampir seminggu ini Kirana tak ada komunikasi lagi dengan sahabatnya itu, bahkan bertatap wajahpun tak pernah.
Sejak kejadian di taman waktu itu.
Ia bukannya menghindar, tapi ia butuh waktu untuk mencerna kejadian-kejadian yang sudah pernah ia alami selama ini.
Saat di taman waktu itu.
Awalnya ia ingin menghapus pesan itu, tapi entah niatan dari mana akhirnya ia mulai membalas pesan sahabatnya.
To : Jra¤¤
Maaf Jra, baru bisa balas pesan lo. Gue di gerobak sate pak Hajra😂Dan tak sampai tiga detik balasan pesan kembali masuk.
Mungkin Vajra merasa lega setelah seminggu lamanya Kirana tak pernah memberi kabar.
“Udah lama non nggak beli sate di sini lagi” ucap pak Hajra mengalihkan pandangan Kirana.
Waktaknya ramah, beliau mudah bergaul dengan siapapun, makanya gerobak satenya selalu ramai.
Harga yang murah dan rasanya yang memang nikmat dan enak memang tak perlu ditanya lagi.
“Iya, pak. Habis lulus SMA sibuk ngurus buat kuliah. Jadinya baru bisa sekarang beli satenya” jawabnya sembari bergurau, dan niatannya ingin membalas pesan Vajra pun hilang.
Dilihatnya seorang wanita paru baya di samping pak Hajra yang merupakan istri beliau tengah membungkus sate pesananya sambil sesekali melirik ke arah Kirana dengan tatapan bingung.
“Pak, siapa dia? Cantik” bisik istri pak Hajra.
“Masa nggak tahu toh, bu? Ituloh, anaknya pak Karta”
“Oalah! Pak Karta yang dulunya selingkuh—“
“Huss! Jangan keras-keras, ibu ini nggak lihat-lihat situasi” cerca pak Hajra, kemudian langsung menoleh ke arah Kirana sambil membawa pesanan gadis itu,
Isrti pak Hajra tersenyum cerah seolah tak terjadi apa-apa, dan berharap semoga Kirana tak mendengar perkataannya.
“Ini non, semuanya tiga puluh ribu” ucap pak Hajra.
Kirana langsung menyerahkan uang dan pamit pada pak Hajra.
Ketika ia berbalik, tubuhnya menabrak seseorang, saat ia dongakkan kepala seorang pria tinggi sudah berdiri tepat di depan Kirana.
“Gapura?”
Gadis itu langsung membatu, bahkan cengkraman pada plastik satenya terlihat mengeras.

KAMU SEDANG MEMBACA
UnKnow [END]
RomanceIni bukan tentang "cinta terlarang" Tapi, bagaimana mereka membangun sebuah hubungan yang sudah terikat sejak lama. Kisah yang bisa saja dialami dalam percintaan dan keluarga.