Why
Happy Reading
.
.
.
.Kirana berdiri termenung. Sembari memegang gelas berisi jus buah, berdiri di tengah-tengah keramaian orang.
Namun perasaannya masih marah, sampai-sampai alisnya mengkerut.
Bagaimana mungkin ayahnya bisa berbicara seperti itu?
Hanya untuk memaksa Kirana datang ke acara pesta tak penting ini?“Kalau kamu nggak mau datang, jangan harap ayah bakalan kasih izin kamu ketemu sama ibumu lagi”
Gerakkan tangan Kirana terhenti, ia meletakkan kembali sendok di atas meja sebelum sempat ia menyantap makan malam.
Ia bangkit dari duduknya, menatap ayahnya seakan tak percaya,
“Kadang ayah tega sama putrinya sendiri” lirihnya.
Kirana langsung beranjak menuju kamarnya, meninggalkan tuan Karta yang mendengus.
Kirana tak bisa melakukan banyak hal selain mengikuti perintah ayahnya, dan sekarang ia benar-benar berada di sini.
Di pesta tak menyenangkan ini.
***
Derap kaki seseorang terlihat ketika memasuki gedung hotel.
Dengan setelan jas hitam dan rambut yang ditata sedemikian rupa sehingga terlihat rapi, ia berjalan bersama kedua orangtuanya yang berada di samping dengan senyuman terpancar di wajah tampannya.
Dan dengan sopannya menyalami setiap orang yang lebih tua darinya dengan hormat.
Gapura pria sempurna di mata semua wanita. Namun, sepertinya itu tak berlaku bagi satu orang gadis.
“Pak, aku di sini aja... siapa tahu ketemu sama teman”“Ya sudah, bapak sama ibu masuk dulu ya”
Di sinilah ia berdiri, di taman depan hotel.
Ia memperhatikan sekelilingnya, tempat ini mewah.
Banyak lampu-lampu tergantuh indah di pepohonan tinggi serta air mancur yang berdiri megah di tengah-tengah taman dengan pencahayaan indah,
Dan jangan lupa dengan wanita-wanita muda yang sesekali melirik ke arahnya.
Pandangannya masih berkeliaran di sekitar hingga ia melihat sesosok gadis yang tak asing lagi baginya, senyumannya semakin melebar dan dengan perlahan melangkah mendekat ke gadis itu yang tengah berdiri di depan meja hidangan.
“Gue tahu, lo bakalan datang”
Sejurus kemudian Kirana menoleh ke sumber suara, tepat di sampingnya Gapura berdiri dengan seulas senyum manis,
“Bukan urusan lo” ketus Kirana,
Ia meletakkan gelasnya dia atas meja dan berjalan melewati Gapura,
Namun karena high hels yang ia gunakan cukup tinggi hingga membuatnya berjalan tak seimbang—
Bugh!
Gapura menahan tubuh Kirana yang hampir terjatuh, kedua tangannya bahkan sudah berada di pinggang gadis itu.
Pandangan mereka bertemu.
“Udah gue bilang, kalau mau lewat hati-hati—“
“Lepas!”
“Kir, dengarin gue dulu”
“Lepasin gue!
Ia sekuat tenaga melepas kedua tangan Gapura, karena mustahil jika ia langsung mendorong Gapura dan mengingat akan ada banyak orang yang melihat.
Hingga Gapura menyerah dan melepas kedua tangannya, Kirana memperhatikan sekeliling yang ternyata banyak tatapan mata yang melihat.
Saat Kirana hendak mengambil langkah pergi, lagi-lagi tangannya ditahan Gapura.
“Kita perlu bicara, lo nggak harus jauhin gue kayak gini”
“Nggak ada yang perlu dibicarain, kita cuma sekedar kenal dan nggak lebih. Dan tolong lepasin tangan gue”
Gapura menarik pergelangan tangan Kirana, kesabarannya sudah habis dengan gadis ini yang selalu menghindar darinya.
Hingga jarak wajah mereka yang dekat, Gapura menahan tangan Kirana di samping kepalanya dan menatap serius gadis itu.
Sedangkan Kirana hampir kehabisan nafas karena tubuhnya yang gemetar hebat, hanya bisa terdiam dan menatap mata hitam Gapura.
“Kita kenal dan harus ada lebihnya. Tolong jangan lagi menghindar setiap kali kita ketemu, jangan anggap gue orang asing yang sok kenal sama lo”
Gapura tak bisa bohong.
Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, menatap lekat manik kecoklatan milik Kirana dan parasnya yang benar-benar membuat jantungnya berdetak tak terkendali.
“Gue mau kenal sama lo, lebih dari sekedar kenal, Kir”
***
Perasaan Kirana jauh lebih buruk dari sebelumnya.
Ia meringkuk di pintu kamar, tubuhnya masih gemetaran.
Sejak kejadian tadi ia langsung pergi dan meminta supir pribadi untuk mengantarnya pulang duluan tanpa sepengetahuan ayahnya.
Hingga ia sampai di rumah dan langsung menguncikan diri di kamar, tak peduli dengan si bibi yang menanyakan keadaaannya, tak peduli juga dengan ayahnya yang sepertinya marah dengannya.
Yang ia pikirkan hanya satu, jantungnya yang berdetak aneh dan tubuhnya yang tak berhenti bergetar. Ada perasaan aneh dirasa.
‘Aneh’
KAMU SEDANG MEMBACA
UnKnow [END]
RomanceIni bukan tentang "cinta terlarang" Tapi, bagaimana mereka membangun sebuah hubungan yang sudah terikat sejak lama. Kisah yang bisa saja dialami dalam percintaan dan keluarga.