9

52 5 0
                                    

Scream

Happy Reading
.
.
.
.

“Kir? Kirana?”

Ini sudah kesepuluh kali Laras memanggil Kirana yang melamun, hingga ia menyenggol pundak Kirana dan akhirnya gadis itu tersadar.

“Eh? Kenapa, Ras?

“Kenapa? Lo daritadi ngelamun, gue panggil sepuluh kali nggak di jawab-jawab, lo kenapa lagi, sih?”

Kirana hanya menggeleng dan tersenyum kecil lalu meminum lemon ice yang sudah di pesannya, entah kenapa tenggorokkannya tiba-tiba terasa kering.

“Nggak apa-apa kok, biasalah... bete karena harus datang acara tadi malam”

Laras terdiam menatap Kirana, dan yang membuatnya penasaran,

Kenapa mata Kirana sembab?

Tak mungkin kan ia datang ke acara dengan bahagia sampai-sampai air matanya berlinang bahagia?

Itu mustahil untuk Kirana karena ia memang membenci acara seperti itu.

“Oh iya, gue pulang duluan ya”

“Yahh! Kir, filmnya gimana?”

“Lo nonton aja sendiri. Bye, Ras”

Tanpa basa-basi Kirana langsung beranjak dari tempat duduk dan meninggalkan Laras yang masih menatapnya heran sekaligus kesal.

Padahal sekarang ada film yang wajib mereka tonton, tapi melihat kondisi Kirana yang tak memungkinkan sepertinya memang mustahil.

***

Kirana tersandar di bahu ibunya sembari menangis kecil, nyonya Wening mengelus rambut dan pundak putrinya untuk menenangkan.

“Ayahmu kenapa lagi?”

“Nggak biasanya ayah kayak gitu, bu. Dia maksa aku buat datang ke pesta peresmian, karena kalau aku nggak ikut ayah nggak akan kasih izin aku buat ketemu sama ibu”

“Apa?!”

Nyonya Wening geram, tak percaya perilaku manta suaminya terhadap putri semata wayangnya ini.

Apa maksudnya ingin memisahkan mereka berdua?

“Seandainya hak asuh jatuh di tangan ibu”

“Ibu maunya juga gitu, tapi ayahmu itu menteri jadi pasti dia punya pengacara yang handal buat rebutin hak asuh kamu. Maafin ibu sayang, tapi kita akan selalu bertemu. Pasti itu” ucap nyonya Wening menenangkan.

Kirana menegakkan kepalanya dan langsung dihapus air matanya oleh nyonya Wening.

“Bu,”

“Iya, sayang?”

Kirana menghirup nafas perlahan, mencoba menenangkan diri sebelum berbicara apa yang menyebabkan dirinya yang akhir-akhir ini merasa aneh karena kehadiran seseorang.

“Apa aku berhak kenal sama seseorang... bahkan lebih?”

“...”

“Baru kali ini, bu... aku ngerasa aneh”

Kirana menceritakan kejadian awal ketika ia dan Gapura bertemu, perilaku pria itu kepadanya, hingga kejadian tadi malam.

Bagaimana ketika tatapan mereka jika bertemu, bagaimana ketika Kirana berada di dekatnya, dan ia tak sadar jika ibunya sudah tersenyum antusias mendengar cerita putrinya itu.

Bukankah ini kemajuan untuk Kirana?

Dia tertarik dengan seseorang?

***

Kirana tengah memilih sebuah kue tart untuk dibawanya pulang, karena ia sedang kesal dan setiap kali kesal ia harus makan dalam porsi yang banyak,

Tak peduli jika tubuhnya akan gemuk nantinya, toh tubuhnya tak akan pernah gemuk.

Ia melihat-lihat kue yang sudah tersaji dalam sebuah tabung kaca di atas meja, hingga matanya menuju cheese cake dengan taburan buah-buahan di atasnya.

“Mbak, kue yang ini tolong di bungkus ya”

“Baik, nona. Silakan ditunggu pesanannya. Terima kasih”

Kirana membayar di meja kasir kemudian duduk sambil menunggu pesanannya datang.

Sepasang mata lagi-lagi melihatnya dari kejauhan.

Gapura.

Ia teringat kejadian tadi malam yang benar-benar membuatnya harus menahan gugup dan malu, tapi sampai sekarang ia tetap tak mengetahui isi hati Kirana saat itu.

Kirana keluar dari toko kue dengan kotak pesanannya yang sudah di tangan, ia berjalan menyelusuri trotoar.

Sengaja tak memanggil supir keluarga, karena ia ingin berjalan kaki sembari memperbaiki perasaanya sebelum tiba di rumah.

Mobil hitam berhenti tepat di dekatnya, dan beberapa orang berjas hitam keluar langsung menangkap Kirana.

“HEI! SIAPA KALIAN?!”

Ia terus memberontak, hingga bibirnya disumpal sebuah kain dan tangannya yang diikat secara kasar membuat Kirana sedikit meringis dan terus memberontak, hingga ia tak sadarkan diri dan kue yang berada di tangannya jatuh seiring kepergian mobil yang membawa Kirana.

Entah kemana.

***

Gapura masih di dalam toko kue sambil menikmati kopi dan sepotong kue, hingga ia mendengar suara jeritan perempuan di luar sana.

Awalnya Gapura cuek,

Namun pikirannya langsung tertuju pada gadis itu.

‘Jangan bilang...’

Gapura langsung menghambur keluar dan berlari ke sumber suara.

Namun terlambat sudah, karena yang ia temukan hanya kotak berisi tart yang sudah jatuh di trotoar.

‘Kirana!’

UnKnow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang