UnKnow [END]

30

One More Time, One More Chance

Happy Reading
.
.
.
.

Gadis itu berdiri di depan Ayahnya, berada di dalam ruang kerja milik tuan Karta bahkan menurutnya seperti sebuah ruangan kecil.

Dada Kirana semakin sesak dirasa, matanya mulai berkaca.

Menatap dalam ayahnya.

“Gapura... anak Ayah?”

Tuan Karta diam, menautkan kedua tangan menutupi bibirnya.

Matanya menatap kosong ke arah bawah.

Masih tak berani menatap putrinya.

“Gapura anak kandung Ayah? Jadi, kita berdua ini saudara?”

gumam Kirana dengan suara yang mulai bergetar.

Ia menangis sekarang.

“Jadi ini alasan kenapa ayah sama ibu cerai dulu? Ini alasan Ibu yang udah benar-benar nggak mau kembali sama Ayah?”

“Kenapa harus sekarang, Yah? Di saat aku udah mulai nemuin kebahagiaan kenapa harus ada rahasia itu? Kenapa harus sama Gapura? Kenapa?!”

Tangisan Kirana mulai pecah seiring dengan suaranya yang meninggi.

Tuan Karta menghela nafas tenang.

Sebenarnya beliau juga terkejut akan hal ini, mengingat tadi siang tuan Arya yang sudah bercerita kepadanya dengan segala amarah yang dikeluarkan.

Tuan Arya berubah, bukan seperti yang dikenalnya.

“Kalau bukan karena kamu, posisimu seharusnya jatuh ditanganku”

“Dan anak lelaki yang selama ini bersama Kirana itu darah dagingmu. Apa kamu nggak perhatikan wajah Gapura yang mirip sama seseorang?”

“Dia anakmu dari hasil hubungan gelapmu sama Kinanti”

Tuan Karta bangkit dari kursi, berjalan mendekat ke arah Kirana.

Hendak ingin memeluk putrinya itu namun kedua tangannya langsung ditepis oleh Kirana, tubuh gadis itu semakin bergetar dan menjauh dari ayahnya.

Menatap pilu dengan sesak di dada yang ia rasakan, dan suara sesegukan tangisnya yang semakin menjadi.

Kirana berjalan mundur, menggelengkan kepalanya.

“Ini bohong, kan? Ini nggak benar”

Kirana membuka pintu dan keluar dari ruangan kerja Ayahnya, meninggalkan beliau dengan perasaan bersalahnya pada Kirana.

***

Ia terus terdiam di dalam kamar.

Bersender pada ranjang kasurnya dengan tatapan kosong.

Matanya masih terlihat sembab dan hidung yang memerah, dengan pikirannya yang teringat kembali tentang kejadian tadi sore bersama Vajra.