18

39 4 0
                                    

Secret

Happy Reading
.
.
.
.

Flashback

“Aku hamil, Karta”

Pria yang disebutnya menghentikan gerakkan menulisnya, wajahnya tiba-tiba menegang.

Ia menghembus nafas perlahan dengan tenang, meskipun perasaan yang benar-benar tak enak sedang menghadangnya.

Karta menoleh ke arah seorang wanita yang sudah berdiri di depannya,

Mengelus perutnya yang masih rata dan raut wajah wanita itu yang sangat menyedihkan.

“Terus, sekarang bagaimana?” tanya pria itu.

Bukannya berwajah khawatir atau bahagia tetapi malah seperti mengintimidasi.

Air mata wanita di depannya sudah mengalir jelas di matanya, menatap Karta kecewa.

“Kamu bilang bagaimana? Ini semua gara-gara kamu!” ucap wanita itu dengan nada suara yang meninggi, air matanya semakin deras keluar.

“Aku mengandung anakmu! Sekarang kamu cuma bisa bilang bagaimana?! Kamu harus tanggung jawab Karta!” racau wanita itu.

Kinanti namanya.

Wanita dengan tubuh berisi dan tinggi itu sebenarnya adalah wanita yang cantik dan memiliki segala kelebihan dalam dirinya, namun itu tidak lagi berlaku untuk keadaannya sekarang.

Wajahnya terlihat lesu, tubuhnya agak kurus, dan pakaiannya yang sedikit berantakan.

Kinanti sepertinya sudah tak tahan dengan keadaannya sekarang, ditambah dengan pria di hadapannya yang tak lagi peduli padanya.

Karta bangkit dari kursi kerjanya, berjalan mendekat ke arah Kinanti.

Menatap wanita itu dalam, seperti penganggu.

“Begini saja, selama kamu mengandung aku yang akan biayai semua kebutuhanmu dan sampai bayi ini lahir akan kutanggung semua. Tapi tolong kalau sampai Wening tahu soal ini, jangan harap aku mau tanggung jawab atau... Wirya juga akan tahu semuannya” ucap Karta dengan suara melembut namun ada penekanan di sana.

Kinanti merasa nafasnya tercekat, bagaimana mungkin pria ini seenaknya saja tentang kehamilannya?
Kinanti hamil anak dari Karta, jadi mau tak mau Karta adalah ayah dari anak ini.

Tapi kenyataannya, Karta dan Kinanti sebenarnya sudah berumah tangga dengan pasangan masing-masing.

Namun mereka berdua tak bisa menahan lagi, mereka terbuai oleh kata yang dinamakan cinta.

Yapp...
Cinta.

Kinanti sebenarya ragu dengan keputusan Karta, namun bukan cinta namanya jika tak dibuat buta olehnya.

“Lebih baik kamu pulang, sebelum Wening datang dan aku nggak mau buat keributan lagi sama dia”

Tangan Kinanti sudah melayang di udara, namun entah ia tak bisa melakukannya padahal hanya untuk menampar pria brengsek di depannya.

Kinanti tak berkutik, ia berbalik dan berjalan gusar meninggalkan Karta di dalam ruang kerjanya.

***

4 tahun kemudian.

“Karta, aku hamil!” ucap wanita itu sumringah di depan meja makan, sedangkan Karta yang tadinya sedang meneguk kopi tiba-tiba tersedak dan menatap kaget istrinya itu.

Wening.

“Kamu?” ucap Karta masih tak percaya, ia bahagia,

Sungguh!

Karta bangkit dari duduknya dan memeluk Wening erat, ketika Karta melepas pelukannya ia mengelus perut Wening yang masih rata.

“Akhirnya kita punya anak”
“Iya, sayang” ucap Wening masih tersenyum bahagia,

Masih mengalungkan kedua tangannya di leher Karta.

“Maaf Karta” lirih Wening, menundukkan kepalanya.

“Kenapa?”

“Dulu kita sering ribut gara-gara masalah kecil, padahal kamu lagi sibuk-sibuknya waktu itu. Maaf karena aku terlalu egois”

“Ssstt... sudah, ya? Aku yang seharusnya minta maaf sama kamu, kadang nggak peduli, malah nggak pernah ada komunikasi. Karena kamu sudah mengandung, jadi jangan terlalu banyak pikiran. Aku janji akan mengurus istriku dan anak kita dengan baik”

Pagi ini menjadi pagi yang indah untuk mereka, saking indahnya sampai-sampai asap sudah menguap-uap dari arah dapur.

Dan selama empat tahun itu pula, rahasia besar yang disembunyikan masih terjaga dengan baik.

UnKnow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang