25 (b)

18 3 0
                                    

Between Heaven and Hell

Happy Reading
.
.
.
.

Gapura mengendarai motor dengan laju, tak peduli dengan malam gelap yang sedikit menganggu penglihatan.

Kembali tergiang perdebatan antara dirinya dan Vajra.

“Lo belum puas ngerusak kebahagian keluarga gue? Terus sekarang apa lagi? Lo mau ngerebut Kirana dari gue? Jangan harap, Ra!”

“Gue yang lebih dulu kenal Kirana, gue yang tahu segala sesuatu tentang dia. Tapi kenapa harus lo?”

Hingga ia tiba di depan rumah mewah berlantai dua, turun dari motor lalu berjalan menuju gerbang.

Menekan tombol bel di samping pagar, sampai seorang pengawal datang dan melihat Gapura sudah berdiri di ambang pintu gerbang.

“Bisa ketemu sama Kirana?”

Seakan paham, pengawal itu hanya menganggukkan kepalanya.

Ia lalu berjalan masuk ke dalam rumah, sampai sesaat kemudian seorang gadis keluar dengan baju dan celana tidurnya serta jaket hitam yang ia kenakan.

Rambut hitamnya ia seka ke belakang telinga, berjalan menghampiri Gapura.

Membuka pintu gerbang, dan berdirilah mereka berdua di sini, dengan angin malam yang berhembus.

“Lo ada apa malam-malam gini?”

Gapura tak menjawab, ia masih diam menatap Kirana dalam.

Gadis itu mulai kikuk dan mengalihkan pandangannya ke segala arah, hingga ia merasa tubuhnya sudah direngkuh kuat oleh pria di depannya ini.

Kirana berontak pastinya, karena ini tiba-tiba.

Kenapa dengan orang ini?

Kirana berusaha melepas pelukan Gapura, namun usahanya sia-sia karena Gapura menahannya dengan kuat dan akhirnya ia harus pasrah dengan tindakkan pria ini.

“L-lo kenapa, Ra?”

Tak ada jawaban.

Gapura semakin mengeratkan pelukannya, Kirana langsung merasa aneh dengan jantungnya yang tak berdetak normal.

Bahkan suara detakan jantung Gapura pun sangat jelas ia dengar karena kepalanya sudah menempel tepat di dada Gapura.

“Nggak apa-apa, Kir. Gue cuma kangen”

Aneh.

Kirana merasa ada sisi dari diri Gapura yang belum ia ketahui.

Pelukkan Gapura erat dan hangat, membuat Kirana lupa jika dirinya tengah berpelukkan di malam hari lalu tiba-tiba ada tetangga lewat ataupun anak-anak kecil yang bisa saja langsung mengejek dirinya dan Gapura.

Namun pikiran itu seakan tak ia pedulikan.

“Gue akan buat lo bahagia, apapun gue lakuin supaya lo bisa bahagia”

“Jangan menghindar lagi dari gue, Kir”

***

Siang mendung ini membuat para warga sedikit was-was, jika tiba-tiba saja hujan datang dan dengan repot harus membereskan barang dagangannya agar tak terkena hujan nantinya.

Kirana berjalan dengan santai menyelusuri trotoar jalan tanpa menghiraukan angin kencang yang mengenai rambut hingga terkadang ia harus menyeka beberapa kali rambutnya ke belakang telinga agar tak menganggu pandangannya.

Ia tiba di kafe milik ibunya, hanya untuk sedekar berkunjung sekaligus ingin-ingin membantu menjadi kasir.

Kirana bebas melakukan apapun di kafe milik ibunya, anggap saja seperti rumah sendiri.

Ia masuk ke dalam kafe dan suasana masih tetap sama, suasana akan langsung tenang jika sudah berada di dalam sini.

Saat ia hendak berjalan menyelusuri tiap-tiap kursi, matanya mengangkap seorang pria yang terduduk dengan kedua tangan ia gunakan untuk tumpuan wajah yang menutup bibirnya.

Tanpa pikir panjang ia langsung menghampiri Vajra yang duduk di dekat panggung piano, terduduk tepat di depan pria itu.

“Jra” sapa Kirana, tersenyum.

Namun Vajra diam, hawa dingin mulai terasa.

Tak biasanya Vajra mendiami sapaannya.

Mata pria itu mengarah pada tangan Kirana yang berada di atas meja,

'Ahh, sudah gue duga'

Ada sesuatu yang menarik di jari manis Kirana, sebuah benda berkilau yang terlihat di sana membuatnya memejamkan mata lalu tertawa kecil.

“Lo kenapa, Jra?”

“Gue kenapa?” Vajra meringis.

Bangkit dari kursi dan menatap Kirana tak biasanya.

Ada apa dengan dirinya yang menatap Kirana seakan tak suka?

Atau,

Itu memang seperti tatapan tak suka--

Apa itu tatapan cemburu?

“Seharusnya gue yang tanya, Kir. Lo kenapa? Lo kenapa akhir-akhir ini yang mulai jaga jarak sama gue?”

Kirana semakin bingung dengan perkataan Vajra, ada apa dengan dirinya?

“Lo kenapa, sih? Gue nggak ngerti”
Vajra menatap dalam Kirana,

“Jawabannya udah jelas sekarang”

“Suatu saat lo harus tahu sebuah kebenaran”

“Lo...”

Perkataannya terhenti, lalu pergi meninggalkan Kirana dengan sejuta tanda tanya yang terlihat di wajah gadis itu.

'Vajra...'

UnKnow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang