The Boy
Happy Reading
.
.
.
."Kantin yuk, Kir"
Pergerakkan tangan Kirana terhenti, ia menoleh ke arah Laras yang sudah duduk manis di sampingnya.
"Nggak, makasih. Gue masih mau kerjain sisa tugas kemarin, biar nggak numpuk"
"Yahh, padahal ada menu baru loh di kantin. Ya udah deh, lo nyusul aja ya kalau mau pulang"
"Sipp!" ucap Kirana tanpa menoleh sedikitpun.
Karena hari ini kuliah sedang masa-masa tenang, berhubung kurang lebih seminggu lagi akan diadakan ujian jadi Kirana harus menyelesaikan semua tugasnya.
Sebenarnya tak banyak yang harus ia kerjakan, ia termasuk murid yang rajin di kampus jadi tugas-tugas sebelumnya sudah ia kerjakan jauh-jauh hari dan untungnya para dosen tak menolak semua tugasnya.
Yahh, meskipun waktu itu ia harus pintar berkata-berkata agar tugasnya dapat diterima.
***
Kirana membereskan loker miliknya, maklum saja jika isi lokernya penuh dengan buku-buku cara bermain piano dan biola dengan benar dengan tataan yang tidak mencerminkan gadis pada umumnya-dan tentu saja buku-buku mata kuliah lainnya.
Sekiranya lokernya sudah bersih menurutnya, ia menutup loker dan akan langsung pergi ke kantin menjemput Laras yang mungkin masih sibuk dengan dunia kulinernya.
Kirana hendak berbalik tapi---
Brak!
Tumpukan buku berjatuhan dari tangannya, tapi untungnya dirinya yang tak jatuh, merasa seperti ada yang menahan.Kepalanya tertunduk dengan helaian rambut serta poni menutupi wajahnya. Ia merasa dirinya ditopang oleh seseorang, bahkan ia bisa merasakan tangannya yang mencengkram sebuah lengan.
"Lihat-lihat dulu kalau mau balik badan---"
"Jangan sentuh!" secara reflek Kirana langsung mendorong pria yang menolongnya itu,
Dan desas-desus murid yang melihat mereka mulai terdengar.
"Ihh, kayaknya sengaja deh"
"Gila, jatuhnya jackpot banget!"
"Ditolong sama senior ganteng! Astaga!"
Kirana hanya diam dan menatap pria di depannya tajam.
Gapura.
Kirana langsung berjalan dan melewati Gapura tanpa ada kata 'Terima Kasih'.
Dan seulas senyum lagi-lagi muncul di wajahnya.
'Lo emang menarik'
(Nih cowok emang penulisnya buat suka senyum terus. Bukan berarti gila, tapi terserah mau dianggap apa^^. Lanjut woyy)
***
Nyonya Wening meletakkan telunjuk di dagunya, padangannya terfokus pada dua gaun yang menggantung indah di depannya.
Ia bingung, kira-kira dress apa yang tepat untuk putrinya itu?
"Kirana, coba ke sini" panggil nyonya Wening, namun tak ada respon dari Kirana.
"Kira-kira dress ini cocok nggak sama kamu, sayang?" tanyanya lagi namun tak ada respon dari putrinya itu.
Nyonya Wening terdiam, bingung.
Lalu ia menoleh dan mendapati Kirana yang tengah duduk terlamun.
"Pantes ibu panggil nggak respon. Kamu kenapa, sayang?" tanya nyonya Wening menghampiri Kirana,
"Eh! Bu, nggak apa-apa. Ibu tanya apa tadi?" Kirana langsung bangkit dan melihat dua dress indah itu di tangan ibunya.
"Dress? Ibu belikan buat siapa?"
"Ya buat kamu lah" nyonya Wening menilai kedua dress itu lalu ia sejajarkan dengan Kirana.
"Hah? Aku?"
"Udah lama ibu nggak belanja sama kamu, apalagi beli apa-apa buat kamu. Ibu kan juga kepingin putrinya selalu tampil cantik. Kan anaknya menteri" ucap nyonya Wening sedikit mengejek,
Dan Kirana tahu siapa yang tengah diejek ibunya itu. Ia hanya tersenyum geli.
Salah satu pelayan toko mendatangi mereka berdua,
"Jadi nyonya pilih mana?"
"Yang warna peace, ini sekalian uanganya"
"Baik nyonya, silakan ditunggu bajunya dibungkus. Terima kasih"
"Lah, bu? Kok malah jadi ibu yang pilih?"
"Gini-gini, selera fashion ibu masih bagus. Udah, pasti kamu makin cantik pakai itu dan siapa tahu kan, ada yang naksir gitu"
Goda nyonya Wening. Seketika raut wajah Kirana berubah menjadi sedikit aneh, atau ekspresi geli tepatnya.
"Ibu, udah. Yang nggak disuka sama anaknya malah dijadiin bahan godaan" dengus Kirana,
"Suatu saat kamu pasti bisa, percaya sama ibu. Perasaan orang bisa berubah, Kir"
"Maksud ibu?"
Dengan wajah yang masih bingung, ponsel Kirana bergetar, ada WhatsApp masuk dari---
Ia menggeser layar ponselnya.
Jra°°
Hai, Kir. Lo apa kabar?
Jra°°
Lo pasti udah kangen berat ama sahabat terbaik lo yang ganteng ini, tunggu kejutan dari gue ya. See you, KirKeningnya mengerut,
Ia segera memasukkan ponsel dalam tas dan kembali menghampiri ibunya, dengan satu kemungkinan yang ia pikirkan.
Dia...
KAMU SEDANG MEMBACA
UnKnow [END]
RomanceIni bukan tentang "cinta terlarang" Tapi, bagaimana mereka membangun sebuah hubungan yang sudah terikat sejak lama. Kisah yang bisa saja dialami dalam percintaan dan keluarga.