22

26 4 0
                                    

Hurt

Happy Reading
.
.
.
.

Flashback

Malam peresmian Menteri.


Semua orang berkumpul dengan hikmat untuk peresmian jabatan menteri Karta.

Bersama seluruh menteri lainnya berjejer dengan rapi menghadap presiden yang tengah bersiap membacakan janji untuk para calon di depannya.

Wening tampak anggun dengan setelan kebaya hijau, berdiri tepat di samping Karta dan seorang gadis kecil berusia lima tahun yang berada di gandengan Wening.

Janji akhirnya dibacakan, janji yang akan melayani dengan sepenuh hati rakyat negara, janji yang akan memajukan negara, dan janji yang tidak akan pernah melakukan satu kesalahan pun bahkan kesalahan yang berujung pada kejahatan.

Pembacaan janji yang terlah selesai langsung disambut riuk tepuk tangan para petinggi-petinggi lainnya,

Wening menghadap pada Karta, mencium tangan suaminya itu dan memberi selamat serta putri kecil mereka yang juga nampak ceria karena suara gemuruh tepuk tangan.

“Selamat Karta, semoga jabatanmu bawa perubahan buat negara” ucap seorang pria berambut coklat bergelombang bersama istrinya yang tak kalah anggun dengan dress putih sopan.

Arya.

“Selamat juga buatmu, kita sama-sama buat perubahan” Karta tersenyum senang sambil menerima jabatan tangan Arya, sedangkan istrinya, Rum tengah memandang gemas gadis kecil di gendongan Wening.

“Anakmu cantik, Ning, persis banget sama kamu”

“Makasih, Rum”

“Mudah-mudahan aja, kalau dikasih. Aku pengen banget anak cowok”

“Amin, semoga nyusul ya” ucap Wening akhirnya, Rum masih tengah bermain bersama putri Wening itu.

“Siapa namamu manis?”

“Kilana” jawab gadis kecil itu,

“Wah, pintarnya” kagum Rum.

Acara berlangsung meriah, tenang, dan bahagia.

Tak ada masalah apapun, dan tak ada kejadian aneh apapun.

***

Suasana malam masih tenang-tenang saja, petinggi-petinggi dan para menteri yang baru dilantik terlihat mengobrol santai.

Karta tengah bermain bersama Kirana dalam gendongannya, sedangkan Wening tengah sibuk berbicara dengan beberapa istri petinggi lainnya.

Sampai suara gaduh terdengar dari arah pintu masuk.

Seorang wanita berjalan bersama anak laki-laki memasuki gedung itu, dam terlihat dua anak lainnya yang tengah bersembunyi dari balik pintu masuk.

Memandang wanita itu dari sana.

Wanita itu berjalan dengan ekspresi tak suka dan semakin erat ia menggenggam tangan anak laki-laki yang berusia sekitar delapan tahun itu.

Terus berjalan mendekat ke arah Karta, Wening yang melihat bingung.

Ada apa ini?

Siapa wanita itu?

Kenapa ia berjalan ke arah Karta?

Karta menegang seketika, gendongannya pada Kirana semakin erat.

UnKnow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang