Devil
Happy Reading
.
.
.
.Vajra terduduk serius di ruang kerja, matanya menatap tumpukkan dokumen di depannya.
Bukan.
Bukan tumpukan dokumen itu yang sedang ia tatap, tapi pikirannya yang menerawang.
Sedang berpikir.
Ada yang aneh setelah hari itu, hari di mana ia sudah berbicara yang sebenarnya—menyatakan perasaan,
Mungkin.
Kirana tak bisa dihubungi sejak hari itu, bahkan waktu itu Kirana langsung pergi meninggalkannya di taman tanpa sepatah kata pun.
Satu pun.
Vajra masih bisa ingat dengan jelas bagaimana ekspresi sahabatnya waktu itu, melihat Kirana yang sedikit gemetaran dengan wajahnya yang keringat dingin.
Aneh.
Mungkin memang aneh, karena Kirana pikir seperti di cerita-cerita musiman tentang seseorang yang jatuh cinta kepada sahabatnya sendiri kemudian ditolak karena sabahatnya tak ingin ada hubungan lebih dan tak ingin menyakiti perasaaan atau kedua-duanya punya perasaan yang sama lalu berakhir dengan akhir bahagia selamanya.
TAMAT!
“Tuan Vajra?”
Pria itu seketika tersadar dari renungan menatap tumpukan dokumen, beralih ke suara wanita yang memanggil.
“Kenapa pintunya nggak diketuk dulu? Kamu tahu kan aturan di sini?” tanya Vajra sedikit sinis kepada wanita di depannya.
“Ma-maaf, tuan. Tadi saya sudah ketuk berkali-kali tapi tidak ada respon jadi saya langsung masuk saja”
“Ya sudah, lain kali jangan diulang. Ada apa kamu kemari?”
Wanita itu menyerahkan sebuah amplop dan map coklat kepada Vajra, pria itu mengambilnya dan langsung membaca isinya.
Tentang perencanaan pembangunan, sebuah pasar harus dibangun di beberapa derah terpencil dan sekarang masih dalam tahap proses.
“Tuan Karta akan mengadakan rapat dadakan nanti sore, karena biaya yang masih kurang jelas perhitungannya. Presiden sudah setuju jika dalam pembahasan nanti ada sedikit perubahan dalam biaya, asalkan tak melebihi batasnya”
Vajra masih diam memperhatikan kertas coklat di tangannya, alisnya ia kerutkan.
Aneh.
Tak biasanya masalah biaya sampai agak parah seperti ini, biasanya juga biaya sudah tersedia dari Menteri Keuangan jika memang butuh.
Jadi bagaimana mungkin perhitungan biaya yang tak jelas?
Dan lagi, ia baru teringat sesuatu. Pamannya, Tuan Arya.
Bukannya ia berada di bagian keuangan?
Bukannya ia ketua pelaksana?

KAMU SEDANG MEMBACA
UnKnow [END]
Roman d'amourIni bukan tentang "cinta terlarang" Tapi, bagaimana mereka membangun sebuah hubungan yang sudah terikat sejak lama. Kisah yang bisa saja dialami dalam percintaan dan keluarga.