Moonlight
Happy Reading
.
.
.
.Klik!
Di dalam mobil, seorang gadis tengah mengambil foto dua orang yang berada di balkon rumahnya.
Sembari menyeringai melihat pemandangan indah yang dilihat.
“Oke, tinggal tunggu tanggal nikahnya”
Laras mengotak-atik ponselnya, mengirim foto untuk seseroang yang baru saja ia temui.
Siapa lagi kalau bukan kakaknya,
Vajra.
Tak berlangsung lama ponsel gadis itu bergetar dan ada pesan masuk dari Vajra, Laras semakin melebarkan senyum.
Pemainannya akan dimulai,
Vajra Galak
‘Ras, gue minta bantuan lo’Vajra Galak
‘Buat misahin mereka’‘Akhinya, lo di pihak gue’
***
Pria itu terduduk menyender pada pintu kamar, dadanya terasa sesak ketika melihat foto yang Laras kirimkan padanya.
Ini tak benar.
Kirana dalam bahaya sekarang.
Dan ia harus memisahkan mereka berdua.
Vajra cemburu?
Tentu.
Dia benar-benar tak terima.
Gapura tak main-main dengan perkataannya waktu itu.
“Ini bukan cuma tentang gue yang baru aja ketemu dan kenalan sama dia, kali ini gue nggak akan mengalah dari lo”
Tangannya mengambil sesuatu dari dalam saku celananya, sebuah kalung berhias kelopak tulip nan anggun.
Matanya mulai berkaca, perasaan marah, sedih, dan dilema sudah mulai tak karuan sekarang.
Menatap kalung di depannya dengan perasaan sakit.
“Jra, ini nenek kasih sesuatu”
“Hah? Kalung? Masa iya aku pakai kalung? Kenapa nggak kasih ke Laras aja sih?” decak kesal Vajra yang berusia enam belas tahun itu,
Lalu kembali fokus pada game yang sedang ia mainkan.
“Kalau nenek mau, dari kemarin sudah nenek kasih. Tapi ini kan buatmu, Jra”
Vajra mengalihkan pandangannya dari game yang ia mainkan ke kalung yang bergantung di tangan neneknya.
Kalungnya cantik, ada kelopak bunga tulip di tengahnya.
“Ini kalung ibumu dulu, dia minta nenek kasih ke kamu”
“Ibumu pesan... suatu saat Jra, kalau kamu punya orang yang kamu suka... kasih kalung ini buat dia, ya? Ingat! Bukan sekarang, kalau kamu udah dewasa nanti”
Dan sebuah nama sudah muncul di benak Vajra,
Kirana.
Matanya yang berkaca mulai mengeluarkan air mata.
Air mata yang deras mengalir.
Sudah cukup Vajra harus mengeluarkan air mata untuk kesekian kalinya.
Tapi sekarang ia masih mengeluarkan air mata—ia masih menangis.
‘Aku gagal penuhi pesan ibu’
***
Kirana terbaring di kasur sembari memeluk guling erat, merah di pipinya mungkin belum hilang.
Mengingat kejadian saat di rumah Gapura.
Bunyi ponsel terdengar dari meja nakas samping tempat tidur.
Telepon dari Gapura.
“Selamat malam, Kirana”
Gadis itu tersenyum, semakin erat memeluk guling.
“Selamat malam juga, Gapura”
“Mimpi indah, Kir”
“Lo juga, Ra”

KAMU SEDANG MEMBACA
UnKnow [END]
RomanceIni bukan tentang "cinta terlarang" Tapi, bagaimana mereka membangun sebuah hubungan yang sudah terikat sejak lama. Kisah yang bisa saja dialami dalam percintaan dan keluarga.