One and Only
Happy Reading
.
.
.
.Sesekali meringis, sesekali tertawa geli, sesekali tertawa kecil, sesekali tertawa nggak kira-kira meski sekarang ia di tempat umum, sesekali nasi keluar dari mulutnya yang penuh, dan yang terakhir sesekali terharu.
“Mbok yo kamu kira-kira, Kir. Lihat tuh nasinya nempel di pipimu”
Kirana meringis lalu mengambil nasi di pipinya dan memasukannya ke dalam mulutnya dengan gerakkan cepat, melanjutkan kembali memakan nasi bento miliknya,
“Nggak nyangka aja ayah dulu bisa seromantis itu, apalagi pas ibu cerita tadi waktu ayah jalan mau kasih bunga ke ibu---eh! Malah nyebur di selokan rumah. Hahaha!”
Nyonya Wening meringis melihat putrinya, ada perasaan lega ketika Kirana sudah benar-benar sembuh dan bisa melakukan aktifitas seperti biasa.
Aktifitas seperti cara makannya sekarang ini.
Nyonya Wening mengajaknya pergi ke restoran jepang yang berada di mall.
Mumpung kafe sedang tutup dan hitung-hitung ingin jalan-jalan bersama Kirana, karena ia baru selesai dengan ujiannya.
Kirana akhirnya berhenti tertawa dan wajahnya berubah serius meskipun masih terlihat senyuman kecil di bibir mungilnya, menatap ibunya yang tengah melahap bento dengan pelan-pelan dan anggun.
Sedangkan cara makannya :
Tidak.Anggun.Sama.Sekali.
“Ibu nggak ada berharap gitu buat balikan sama ayah?”
Tangan nyonya Wening terhenti, kepalanya terangkat menatap putrinya yang menatapnya sendu dan membalas dengan senyuman kecil.
Nyonya Wening walaupun sudah berumur, aura cantinya tak pernah hilang, dan kelakuannya yang anggun.
Sedangkan dirinya, aura cantiknya akan terlihat aneh.
A.N.E.H
Dengan cara makannya yang :
Tidak.Anggun.Sama.sSekali.
“Hubungan nggak bisa dipaksa sayang, ibu memang masih cinta sama ayah kamu, tapi yang ibu jalanin sekarang lebih baik daripada harus memaksa kehendak. Tapi kesalahahan ayahmu nggak akan pernah hilang meski ibu sudah memaafkannya”
“Kesalahan? Maksud ibu?”
“Suatu saat kamu akan tahu, meski nantinya kamu nggak akan bisa nerima”
Kirana terdiam sejenak,
Meskipun dirinya tak begitu paham dengan perkataan ibunya tapi ia merasa ibunya sudah memilih jalan terbaik sekarang.
Toh, nyonya Wening tetap ibunya dan tak ada yang berubah.
“Aduh! Kir! Gantengnya cowok itu” ucap nyonya Wening setelah keheningan merajarela.
Matanya menatap binar ke arah pria bertubuh tinggi di belakang Kirana yang tanpa ia tahu sedang berjalan mendekat.
Kirana memutar mata malas lalu kembali sibuk dengan bento yang tak kunjung habis akibat cerita ibunya, nyonya Wening sumringah masih menatap pria itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
UnKnow [END]
Storie d'amoreIni bukan tentang "cinta terlarang" Tapi, bagaimana mereka membangun sebuah hubungan yang sudah terikat sejak lama. Kisah yang bisa saja dialami dalam percintaan dan keluarga.