25 (a)

18 3 0
                                    

Between Heaven and Hell

Happy Reading
.
.
.
.

“Lo seharian diem mulu? Ada masalah apa lagi? Cerita dong!” ucap Laras sembari menyeruput cappuccino ice yang sudah hampir mencair esnya,

Kalau bukan gara-gara ia tengah asyik menyantap pie apel yang masih hangat.

Gadis di depannya itu tersadar lalu menghela nafas panjang, meminum ice green tea latte milikknya dengan wajah serius.

Kirana menatap Laras dalam, hari ini ia harus mengatakan semuanya.

“Ras, gue mau cerita” gumamnya serius, lalu mengeluarkan kotak merah kecil dari dalam tasnya.

Laras menatap kotak itu dengan mata melebar, tak percaya.

“Gue akui, gue jatuh cinta sama seseorang” ia mendesah sembari menggenggam erat kotak hitam di tangan,

“Dan dia kasih kotak ini, isinya cincin”

Laras mulai menatap serius Kirana, mengamati secara bergantian kotak merah di depannya dan wajah Kirana yang mulai memerah serta pandangannya yang menunduk.

“Dia... cowok yang waktu itu, Ras. Cowok yang kita temui waktu itu dan yang nolongin gue waktu diculik. Itu dia, Ras. Gapura”

'Gue tahu, gue tahu cowok yang lo maksud'

Wajah Kirana semakin memanas dan memerah, semakin pula ia eratkan genggaman pada kotak itu.

Menatap penuh harap.

“Lo jatuh cinta, Kir. Dan lo udah rasain itu sekarang” ucap Laras, tersenyum gembira mendengar cerita Kirana.

Sahabatnya.

Pandangan Laras berganti menuju kotak merah itu, senyuman semakin merekah di wajahnya,

“Buat sekarang, lo yang harus nentuin semuanya”

“Tapi gue masih ragu, Ras. Gue ragu apa keputusan yang gue buat ini udah tepat, gue takut... pada akhirnya gue bisa nggak bahagia”

“Kir, lo cuma butuh rasa percaya”

Sontak Kirana memandang sahabatnya, memandang dengan tatapan bingung.

Rasa percaya?

Apa ia percaya dengan Gapura?

Apa ia percaya jika Gapura mencintainya?

Laras tahu, jika rasa percaya Kirana sudah hilang sejak orangtuanya bercerai.

“Kalau lo percaya Gapura tulus sama lo, gue yakin lo akan bahagia akhirnya”

“Lo harus percaya kalau Gapura benar-benar cinta sama lo”

***

Kirana berdiri melamun memandang rintik-rintik hujan yang mengenai jendela kamarnya.

Dinginnya malam memang sedikit mengusiknya, tapi tidak dengan perasaannya sekarang.

UnKnow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang