16

42 5 0
                                    

Promise

Happy Reading
.
.
.
.

“Adudududuuu! Gila, masih sakit aja nih tangan!”

Ringis Kirana di dapur yang sedang memotong buah mangga,

Ia sangat ingin membuat minuman kesukaannya itu tapi kenapa harus membutuhkan waktu hampir enam puluh menit untuk membuatnya?

“Eh! Non, sini biar saya aja yang motong” seru si bibi yang muncul dari arah belakang,

Menghampiri Kirana dengan wajah panik.

Mungkin ia mendengar gema suara Kirana yang kesakitan,

“Nggak usah, bi... dikit lagi udah selesai” tolak Kirana halus.

Tentunya ia tak ingin merepotkan si bibi hanya untuk memotong buah, padahal si bibi masih punya tugas lain yang pasti tertunda karena dirinya.

“Tangan non masih sakit, sini saya aja”

“Udah, bi... nggak apa-apa. Bibi lanjutin aja pekerjaannya” ucap Kirana halus.

Si bibi pun menurut dan kembali melanjutkan pekerjaannya meskipun rasa tak tega masih dirasa.

Kirana kembali melanjutkan,

Ia memasukkan potongan buah mangga hasil jerih payahnya ke dalam blender, tak lupa es batu dan susu.

Tak butuh waktu lama jus mangga buatannya sudah jadi, ia berlalu dari dapur menuju ruang keluarga dan terduduk di sofa lalu menyalakan televisi.

Ponselnya tiba-tiba berbunyi di atas meja, melihat nama Laras tertera di layar ponselnya.

“Kiranaa! Lo kapan masuk kuliah? Lo nggak kangen sama kasihan sama gue yang kuliah sendirian, ke kantin sendirian, lihatin cogan-cogan sendirian, lihatin senior kece sendirian?”

Lagi-lagi Kirana hanya diam dengan matanya yang sedikit melebar,

Laras selalu berbicara terlebih dahulu tanpa aba-aba atau apapun itu dan bahkan memberikan pertanyaan bertubi-tubi seperti saat ini.

“Gue mudahan besok masuk, gue kangen lo, Ras. Gue bakal langsung temanin lo ke kantin biar nggak sendirian, lihatin cogan sama senior kecenya lo sendirian aja. Gue rela kok”

“Hahahaha! Iya deh, emang bokap lo udah ijinin?”

“Kebiasaan lo tuh, langsung cecar aja. Gue belum bilang sama ayah, dia sibuk banget”

Kirana meneguk jus mangga hingga setengah gelas lalu meletakkan kembali di atas meja.

“Oke deh, mudahan lo bisa masuk besok. Ujian tinggal dua hari lagi, jangan bilang lo lupa?”

“Gue tahu, Ras. Udah persiapan kok”

Hampir tiga puluh menit ia berbicara dengan Laras di telepon, hingga ia memutuskan sambungan di ponsel lalu meletakkannya kembali di atas meja.

Laras adalah teman—

Maksudnya sahabatnya yang bisa membuatnya bahagia dan kesal disatu waktu.

UnKnow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang