2

114 8 0
                                    

Problem

Happy Reading
.
.
.
.

Kirana meringsut ke ranjang tidurnya dan bersamaan hujan turun, terlihat jelas dari jendela, rintik-rintik air di sana.

Ia mengambil selimut dan menutupi seluruh tubuh, kecuali tangannya yang memegang ponsel tengah sibuk mengotak-atik hingga terdengar lagu klasik yang berasal dari ponselnya itu,

Kirana membuka selimut hingga sebatas dadanya dan memandang hujan di jendela dari tempat tidur.

Lagi-lagi pikirannya kosong, dan sebenarnya ia takut jika tiba-tiba ada arwah jahat yang masuk ke dalam tubuhnya lalu ia kesurupan dan—

“Heiss, mikir apa sih?” gumamnya,

Kirana terduduk dan kembali memandang jendela sambil menghela nafas.

Entah apa yang ia pikirkan, seperti ada yang kosong tapi tak tahu apa, seperti ada yang kurang tapi tak tahu apa, padahal bisa dibilang ia punya segalanya di rumah tapi ia tak tahu mau diapakan semuannya itu jika ia masih merasa kosong.

Kirana bangkit dari kasur hendak ingin menuju kamar mandi, tapi suara ketukan pintu menghentikan langkahnya.

“Non Kirana, dipanggil sama bapak” terdengar suara si bibi dari arah luar

“Iya, bi, sebentar aku keluar! Astaga, mau apa sih ayah malam-malam gini?” ucapnya langsung melesat ke kamar mandi, karena ada panggilan alam yang harus dipenuhinya.

Cuaca dingin sekali malam ini.

🍃🍃🍃

Tiga puluh menit kemudian ia baru keluar dari kamar mandi, maklum sebagai seorang perempuan yang mulai menjadi gadis dewasa perawatan kecil-kecilan sebelum tidur mau tak mau dilakukannya.

TOK TOK TOK!

“Iya, bi! Sebentar lagi”

Dan ketukan keras mulai terdengar lagi. Kirana dengan gusar langsung membuka kasar pintu kamar.

“Bi, bisa sabar sebentar nggak? Aku masih—“

“Masih apa? Ayah panggil daritadi nggak datang-datang, kasihan si bibi nungguin”

“Ma-maaf, yah, kenapa sih?” ucap Kirana tertahan malu,

Karena yang ia kesalkan bukan si bibi melainkan ayahnya yang sudah rapi degan setelan jas hitam.

“Ayah mau ke gedung lagi? Ngapain mesti panggil aku kalau cuma mau pamit? Biasanya juga langsung pergi”

“Siapa yang mau ke gedung? Mendingan kamu cepat ganti baju yang rapi dan sopan, kita ada tamu penting”

Kirana mendengus kesal.

Tamu penting apa lagi? Toh hanya teman-teman ayahnya yang ingin berkunjung ke rumah kenapa ia harus ikut menyambut tamu?

“Aku nggak mau, kan ada ayah—“

“Cepat ganti baju. Sekarang”

***

Kirana terduduk di sofa ruang keluarga, menopang dagu sembari menatap pintu yang tak kunjung terbuka.

Kirana bosan, hanya untuk sekedar menemui tamu-tamu ayahnya.

Hingga suara decitan pintu terdengar, Kirana memutar mata dengan malas dan langsung berdiri di samping ayahnya.

“Kirana, senyumnya jangan lupa”

Dengan kaku ia menarik kedua ujung bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman kecil atau mungkin sebuah senyuman paksaan,

Di depan sana sudah masuk seorang pria yang berusia sama dengan ayahnya bersama istri dan...

Apakah pria tinggi itu anak mereka?

Firasat Kirana mengatakan, ini akan menjadi pertemua yang sedikit membahas tentang perjodohan, mungkin.

Kirana langsung menunduk sopan dengan senyumannya yang manis sekali—walaupun masih ada kesan terpaksa, jangan heran dengan wajah asianya yang kental.

Maklum, ibunya dulu adalah mantan model yang cukup terkenal karena wajah cantiknya, jadi tak perlu ditanya lagi.

“Selamat datang, tuan dan nyonya Arya” ucap tuan Karta sembari menjabat tangan kedua tamunya itu,

Disusul oleh Kirana menjabat tangan dengan sopannya.

“Selamat malam, om. Saya Gapura” ucap pria tinggi itu dengan senyuman yang ramah, dan parasnya yang tampan.

“Anakmu ganteng, aku sampai pangling lihatnya”

“Om bisa saja, lagipula bapak saya yang wibawanya lebih kelihatan” ucap pria itu, semuanya langsung tertawa mendengarnya.

“Kenalkan, ini anak saya. Namanya Kirana” ucap tuan Karta.

Bahkan ayahnya sendiri tak tahu jika Kirana sangat sensitif jika berhadapan dengan pria,

Kenapa harus dikenalkan dengan dirinya?

“Kirana”

“Gapura”

Balas pria itu, tersenyum penuh arti ketika menatap Kirana namun orang yang dilihatnya langsung terduduk, seakan tak ingin lebih lama dan tak tertarik menatap pria di depannya itu.

Lagipula, Kirana hanya sekilas menatap wajah orang itu.

🍃🍃🍃

Percakapan berlangsung santai dan sesekali penuh candaan, Kirana hanya diam sembari mendengar dan sesekali berkata jika dirinya yang ditanya.

Kirana lelah, ia ingin segera pergi ke kamar dan tidur.

Matanya yang sedari tadi menatap ke bawah tak sadar jika ada sepasang mata yang dari awal selalu memandangnya.

UnKnow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang