11

47 5 0
                                    

Love, Love, Love

Happy Reading
.
.
.
.

Kirana risih.

Setiap kali ia menyuapkan buah ke dalam mulutnya, sepasang mata itu selalu memperhatikannya.

Awalnya ia acuh tak acuh, tapi lebih dari tiga puluh menit mata yang dimiliki oleh seorang pria yang terduduk di samping ranjang terus menatapnya tanpa henti sambil tersenyum, seakan-akan menonton Kirana sedang makan adalah acara yang tak boleh dilewatnya meskipun cara makannya yang sedikit berantakan.

"Kenapa sih? Daritadi lo nggak kedip cuma lihatin gue makan doang" ucap Kirana yang akhirnya kesal,

Sedangkan orang yang ditanya malah terkekeh pelan dan memperbaiki posisi duduknya.

"Lo itu makan berapa kali sih? Atau lagi puasa? Makan kok kayak balapan, mau saingin si Valenstino Rossi?" canda pria itu.

Vajra.

Seharian ia menemani Kirana di rumah sakit, tuan Karta yang seperti biasa harus berada di Gedung sebagai seorang menteri dan nyonya Wening yang harus berada di kafe dan hanya malam hari saja beliau bisa menenami Kirana.

Sedangkan Vajra yang memang sudah bekerja sebagai anggota di Gedung kebagian menjaga jika tak sibuk.

Vajra lulusan terbaik universitas di Roma, jadi wajar ia bisa langsung masuk di Gedung yang berisikan orang-orang penting.

Kirana hanya menatap datar pria yang sudah menjadi teman— maksudnya sahabatnya sejak kecil,

Entah dia masih menganggapnya teman atau sahabat atau apalah itu yang jelas Vajra adalah satu-satunya pria yang sudah masuk ke dalam cerita hidupnya sejak kecil, namun Kirana berubah semenjak Vajra memutuskan pindah ke luar negeri.

Entah ia harus membenci pria ini atau bagaimana.

"Oh iya, dokter bilang lo udah boleh pulang sekitar dua atau tiga hari lagi. Karena luka di lengan lo cukup serius, jadi jangan terlalu dipaksain kalau lagi beraktifitas" jelas Vajra mengalihkan pembicaraan,

Daripada candaannya menambah suasan canggung di antara mereka, padahal sebenarnya mereka dulu akrab sekali seperti kakak-adik, Kirana telah banyak berubah sekarang.

"Nyokap lo bilang datangnya agak malam dikit, tadi gue di sms jadi—"

"Jra..."

Kirana yang awalnya menatap mangkuk yang dipangkunya kini beralih menatap Vajra, ia juga tak tahu kenapa harus dengan menatap pria itu.

Kirana ingin mengatakan sesuatu seperti marah, kesal, atau apapun itu tapi sekarang ia bingung harus apa.

"Kenapa? Kenapa lo pindah waktu itu?"

Vajra diam.

Lalu tersenyum dengan tangannya yang meraih tangan Kirana namun langsung di tepis.

"Jangan sentuh" gumam Kirana, dan tentu Vajra cukup terkejut melihat Kirana yang benar-benar berubah tak seperti biasanya.

UnKnow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang