33 (a)

27 4 0
                                    

Happy Reading
.
.
.
.

Ingin menangis pun terasa aneh baginya.

Mungkin untuk semua orang di dunia ini akan menangis histeris meminta tolong di tempat ini.

Sedangkah dirinya hanya menunduk meratapi dirinya dengan kedua tangan terikat di belakang kursi, apa harus kejadian ini diulang untuk kedua kalinya?

Ayolah!

Ia juga manusia normal yang tak ingin berada di situasi ini lagi.

“Udah bangun rupanya, nona Kirana”

Kirana mendongakkan kepalanya, menatap angkuh pada seorang gadis yang berjalan masuk ke dalam ruangan ini.

Kirana seakan kenal dengan tempat ini, bahkan di belakangnya ada pinao berwarna hitam.

Apa ini tempat dulu Gapura memainkan piano untuknya?

Sepertinya begitu,

Kalau bisa ia ingin amnesia saja jika mengingat kenangan-kenangan itu.

“Kenapa? Mau marah sama gue? Silakan, lo berhak marah sekarang. Karena mungkin itu akan jadi kata-kata terakhir lo di dunia ini”

“Gue maunya gitu, tapi daripada lo bosan dengerin ocehan gue, jadi gimana kalau lo langsung aja bunuh gue?” balas Kirana dingin pada Laras, sedangkan gadis itu tertawa remeh.

“Atau lo mau mati di tangan kak Gapura? Tenang aja, dia ada di ruang tamu. Mau gue panggilin?”

Gadis itu langsung terdiam.

Ingatannya lagi-lagi kembali dengan segala kenangan dirinya.

Tubuhnya menegang sekarang, haruskah ia mati di tangan Gapura?

Jika memang itu perlu, terserah saja karema mungkin pria itu lebih merasakan sakit dibanding dirinya sekarang.

Ia rasa itu impas.

Tapi kenapa perasaan itu masih ada?
Perasaan?

Jangankan itu, menatap dirinya saja mungkin Gapura tak mau.

Jadi untuk apa ia mempertahankan perasaannya?

“Lo diem kan? Ternyata sahabat gue masih cinta sama kakak tirinya”

PLAK!

“Lo harus terima ini, Kir. Penderitaan lo nggak sebanding sama apa yang gue rasakan dulu!”




“Mungkin dari awal seharusnya kita jadi musuh, bukannya sahabat. Tapi guenya aja yang kasihan sama lo”

Laras terus menampar Kirana bertubi-tubi hingga pipi gadis itu terasa panas dan ujung bibirnya yang mengeluarkan darah.

Kirana diam, tak membalas. Ia tahu, ia sangat mengerti perasaan itu.

***

“Oh! Ada lo, Jra. Kenapa nggak langsung gabung aja sama kita?”

Gapura terduduk di sofa ruang tamu, menunggu gilirannya yang ingin membalas dendam kepada Kirana di dalam sana.

UnKnow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang