The Purpose

748 52 25
                                    

Author's POV

"Nash, dimana Cam?" kedua mata Shawn menelusuri tiap sudut ruangan.

Nash tak kunjung menjawab pertanyaan Shawn, akhirnya ia mendekati sahabatnya itu dengan langkah perlahan. Sebelum ia sampai tepat di sebelah kanan bahu Nash, tiba tiba Nash bersuara pelan, "Aku gagal."

"Gagal? Apa maksudmu?"

"Cam diculik."

"Apa!?" Shawn mematung dengan mata membelalak, ia ambruk dengan posisi duduk di kasur dengan tatapan lurus kosong.

Tidak hanya Shawn. Matt, Carter, Aaron, Taylor, dan Hayes juga dikagetkan dengan berita ini.

Keheningan mencekam melanda seisi ruangan. Hanya terdengar suara keramaian pagi hari kota Jakarta dari luar jendela kamar. Gorden krem yang dipasang di belakang jendela sesekali tersibak kencang mengenai wajah Nash, namun ia tidak memperdulikannya, pandangannya masih kosong keluar jendela. Ia sangat menyesal, belum pernah ia--selaku anggota FBI--dikalahkan oleh anak buah psikopat, padahal tugasnya kali ini hanya menjaga seseorang, ia bahkan pernah mengalami yanh lebih parah dari ini. Tapi mengapa sekarang ia gagal?

Keheningan yang masih mencekan mereda dalam beberapa menit, Nash mengambil aksi dengan berbalik tubuh, matanya berkaca kaca akibat kejadian tadi. Nash menghadap ke layar laptopnya yang sedari tadi masih menyala, lalu mengetikkan sesuatu, saking cepatnya, bunyi bunyi tak tak tak menarik perhatian kawan kawannya.

Mereka mendekati Nash dan menatap layar laptop milik Nash, "Cam memakai smartwatch di tangan kanannya," masih dengan selingan suara tak tak tak dari laptopnya, "Jadi, aku dapat melacak keberadaannya," setelah Nash selesai mengetik, muncul gambar loading besar di tengah layarnya. Nash menuju keluar kamar dan mengambil tas kopernya yang tadi ia bawa keluar.

"Nash, kalau boleh tau, isi kopermu apa, sih? Kau selalu membawanya kemana mana, tidak boleh dibanting, dan saat kau membawa koper itu, rasanya seperti kau sedang membawa beton," Taylor angkat bicara, ia sudah penasaran sejak koper itu pertama kali ia lihat.

"Kau akan tau sendiri sebentar lagi," sahut Nash tanpa melihat kearah Taylor.
Beberapa sata kemudian, muncul gambar di laptop Nash, terdapat tanda X merah yang terus bergerak dengan latar belakang mirip google maps. Tanda X itu adalah keberadaan Cam, dan anehnya, tanda itu terus bergerak dengan kecepatan stabil. Itu berarti, Cam masih berada di helikopter. Keberadaan Cam terus berpindah pindah, terkadang perpindahannya tidak teratur, sekarang pun jarak hotel ke helikopter itu sudah 60 km.

"Helikopter sialan," umpat Nash pelan. Shawn memiliki ide, "Guys, bagaimana kalau aku meminjam mobil milik saudaraku? Dengan begitu, kita bisa segara mengejar Cam," ujarnya dengan cepat.

"Cepat hubungi saudaramuu!! Cam semakin menjauh!" sentak Nash.

Dengan kecepatan halilintar, Shawn-- yang entah dari mana--menempelkan iphone di telinganya, ia menunggu balasan dari ujung sana.

Ketika Shawn membicarakan tentang peminjaman mobil itu, ia langsung menutup telepon tanpa bertanya kabar ataupun keadaan saudaranya yang terbilang mereka cukup lama tak bersua.
Waktu mepet yang tidak mendukung ini membuat Shawn terlihat arogan dan egois, namun ini semua ia lakukan demi sahabatnya.

"Cam sudah 68 km dari kita sekarang! Ayo cepat, siapkan barang barang yang kalian bawa!" Nash berteriak teriak bak ketua kelas menyuruh muridnya piket.

Saat semua sibuk menyiapkan barang bawaan mereka masing masing, Nash yang akan membawa senjata senjata berbahaya itu menutupi dirinya dengan selimut agar teman temannya tak melihat apa yang ia bawa. Namun, Nwsh sangat kaget ketika ia melihat Matt membawa pisau.

Only You - Shawn Mendes (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang