Worrying For Nothing

1.7K 146 9
                                    

Aku kasih editanku di mulmed ya, hope you like it.

Shawn's POV
Aku tahu aku salah, aku tidak menceritakan kalau aku mempunyai mantan menjengkelkan bernama Tahlia, dan buruknya, sekarang ia sekolah di sekolah yang sama denganku dan Ava.

Sekarang aku tengah berada di McDonalds bersama Ava, ia melahap makanannya sampai habis, dan aku masih berpikir keras sambil sesekali meraih kentang gorengku yang kulihat jumlahnya masih banyak.

"Apa yang kau pikirkan Shawn? Kenapa murung begitu? Sudah ku bilang lupakan kejadian 2 hari yang lalu itu, aku sudah memaafkanmu." Gumam Ava, ia membuatku menoleh ke arahnya dan aku menatapnya tepat di manik matanya.

"Aku hanya tak habis pikir dapat bertemu Tahlia lagi setelah sekian lama aku sudah melupakannya, dan membencinya, aku memang pernah mengenalnya, dan ia adalah wanita yang sering mencari keonaran, mencari mangsa, atau apapun itu."
Jawabku lesu, "Dan terima kasih sudah memaafkanku." Tambahku tersenyum kecut.

Ava tersenyum tipis dan berkata, "Aku yakin, kalau dia mengulangi perbuatannya lagi, pihak yang berwajib akan menghentikannya."

"Aku harap begitu."

Kugandeng tangan Ava menuju ke pintu keluar McDonalds, kami sudah selesai melakukan sesuatu yang bisa disebut berkencan, sekarang sudah pukul delapan malam, kulihat di wajah Ava ada kegelisahan yang tersembunyi, sembari membukakan pintu mobilku untuknya, aku bertanya, "Ada apa dengamu Va? Kenapa terburu buru?" Tanyaku sambil memasuki mobilku, ya, aku sudah 17 tahun dan aku memiliki sim.

"Hanya... aku baru teringat kalau ada pr yang belum kukerjakan, aku harus cepat cepat sampai rumah." Katanya sambil menggerak gerakkan kakinya pelan, tetapi terus menerus, membuat kursi mobil yang ia duduki ikut bergetar.

"Oh, maafkan aku sekali lagi Ava, aku akan mengantarmu pulang dengan cepat." Aku langsung menginjak gas cepat, tetapi aku tetap tidak terlalu membalap. Ava hanya menoleh kearahku dan memberikan senyumnya padaku, aku kemudian membalas senyumnya dan kembali menyetir.

***

"Nash, sebaiknya kutembak saja Ava." Kataku disambut mata biru Nash melebar kearahku.

"Jadi, selama ini kau belum berpacaran dengannya!!?" Jawab Nash dengan nada yang meninggi.

"Belum."

"Kau harus segera memilikinya, atau..... Dia akan dimiliki oleh orang lain."

"Tapi Nash, aku belum siap untuk berpacaran lagi."

"Lah, mengapa Shawn? Takut hal yang sama terjadi, seperti dulu? Seperti waktu kau bersama Tahlia si jalang itu?"

"Yaa... aku sebenarnya tidak tahu Nash, terkadang aku merasa takut hal yang sama akan terjadi, lagi."

"Betapa bodohnya kau Shawn. Lihat Ava, cermati dia, dia adalah wanita baik baik bak malaikat yang turun ke bumi, cara bicaranya sopan dengan semua orang, dan tidak manja seperti Tahlia, jangan membanding bandingkan Tahlia dengan Ava, Shawn."

"Iya sih sebenarnya."

"Dan ku tanya padamu. Kau mencintai Ava bukan??"

Jantungku berdetak terlalu cepat sekarang.

"Ya." Dengan singakatnya, ku jawab pertanyaan Nash.

"Berarti kau harus segera memilikinya."

"Tetapi aku tidak mau ini terjadi terlalu cepat Nash!!" Aku mengacak rambutku frustasi.

"Ya kalau itu terserah kau saja, Shawn." Jawabnya dingin, oh, aku menyakiti sahabatku.

"Maafkan aku Nash, aku terlalu terbawa emosi." Ucapku mengerutkan dahi.

Only You - Shawn Mendes (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang