"Dan kau Peter!! Orangtuamu membunuh orangtuaku!"
Shawn yang mendengar pernyataan lantang dari Lexi langsung terheran heran, seingatnya, orangtuanya dan orangtua Lexi tidak ada urusan apapun.
"Kau salah orang! Tidak mungkin orangtuaku membunuh orangtuamu!" Shawn yang tidak terima angkat bicara.
"Oh ya? Kau ingin bukti!?" sahut Lexi dengan penuh emosi. Lalu, Lexi membeberkan koran dengan tanggal terbit 1994. "Kau memang belum lahir waktu itu," Lexi menatap Shawn tajam, "Namun aku, seorang anak 5 tahun yang menangis tersedu sedu akibat ditiggal oleh orangtuanya." Jelasnya kemudian.
Koran yang sudah terlihat lapuk dan tua itu memaparkan berita berita pada awal Februari, yang mana terdapat foto sebuah kecelakaan mobil yang terlihat menewaskan dua orang.
Karen Mendes dan Imanuel Mendes, tersangka kecelakaan dari keluarga Linderwach yang dijatuhi hukuman 5 tahun penjara dan denda sebesar limaratus juta rupiah.
"Apa ini!?" Shawn tidak bisa berpikir jernih sekarang, otaknya dipenuhi beratus ratus pertanyaan. "Mengapa ibu dan ayah tidak pernah bercerita kepadaku?" katanya lagi, ia masih memandang koran itu.
"Tapi.. kecelakaan ini merupakan ketidaksengajaan menurut saksi mata," Shawn menelusuri tiap tiap kalimat dari koran itu, "dan orangtuaku tidak memiliki niatan untuk membunuh orangtuamu, Lex, disini juga tertulis kau dan Markus sudah diberikan ganti rugi dan sudah diadopsi oleh orang lain. Dan orangtuaku yang mencarikannya," lanjut Shawn sambil menatap Lexi tajam.
"Kau pikir ayah dan ibu 'baru' bisa menghapus luka kami yang ditinggal oleh orangtua asli? Tidak semudah itu! Kau pikir kami akan menurut kepada mereka?" ujar perempuan berumur 29 tahun itu, ia tertawa keras.
"Markus membunuh orangtua 'baru' kami," Lexi menyeringai, seketika itu, semua orang yang ada di dalam ruangan itu mendelik, "dan memanfaatkan kekayaan mereka untuk bersenang senang," Lexi kembali tertawa ganas.
"Rumah ini yang dulunya milik mereka, sekarang menjadi markas hebat milikku dan Markus," jelasnya lagi.
"Kau sungguh keterlaluan!" Aaron menyuding nyuding Lexi, "Apa urusanmu denganku? Aku hanya ingin membalas dendamku pada Shawn dan Nash, itu saja. Setelah itu, hidupku akan benar benar sempurna." Lexi tersenyum lebar bak nenek sihir, "dan bagi kalian yang tidak ada urusan, kalian bisa meninggalkan ruangan ini, atau ikut menjadi korban seperti Nash dan Shawn." Tambahnya dengan tatapan sinis.
"Begini ya Lexi, kau sudah tak berdaya sekarang dan masih mau melawan kami, apa kau benar benar yakin?" cetus Cheol Song. "Dibalik tembok ini, masih ada ratusan senjata yang kubuat bersama kakakku sebagai perlindungan, jadi apa yang kukatakan tadi benar benar serius," jawabnya sambil menunjuk ke tembok yang sudah dihancurkannya itu.
"Apa dia sudah gila karena kalah?" Carter berbisik ke telinga Matt, Matthew yang dibisiki hanya bisa berkata, "mungkin saja, dan aku harap begitu,"
"Jangan basa basi lagi kawan, bawa Lexi ke 'tempat'nya!" CS berteriak sambil menyuruh teman temannya.
Dengan sigap, keempat teman lelakinya termasuk Martin, segera membawa Lexi dengan kasar menuju keluar ruangan, "kau sudah tidak bisa melawan lagi nona," kata CS merasa menang, "kau salah besar!" teriak Lexi sambil mengambil sesuatu dari celana ketatnya.
"Markus, aku ada di ruang isolasi, segeralah kemari!!" katanya pada walky-talkynya itu. "Astaga, apalagi yang akan terjadi," Hayes mengacak acak rambutnya yang sudah berantakan itu dengan frustasi.
"Aku akan menghadapi Markus," ujar CS dengan keteguhan hati yang terlihat di bola matanya, "Apa kau yakin? Salah satu dari kami dapat membantumu," tawar Shawn, JackJ, JackG, Matt, Hayes, Aaron, Taylor, dan Carter bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You - Shawn Mendes (Completed)
FanfictionAva. Seorang gadis polos yang lahir di Indonesia, dan tinggal di New York bersama kedua kakak kandungnya dan kedua orang tuanya. Ava adalah gadis yang sangat beruntung memiliki kedua kakak yang terkenal dan berbakat. Apalagi teman dekat nya. Ya, Sha...