A Big Plan

1.5K 110 17
                                    

"Sometimes, it all gets a little too much, but you gotta realize that soon the fog will clear up."

-Shawn Mendes, A Little Too Much-

Shawn's POV
Magcon boys sekarang sudah berkumpul di rumahku, sekitar pukul setengah 3, barulah Magcon Boys lengkap sudah.

Dua atau tiga hari lagi, Mom dan Dad ku akan segera pulang dari luar negara, jujur aku sangat merindukannya, apalagi Aaliyah, mungkin dia tidak pulang tahun ini, karena dia terlalu fokus dengan sekolahnya di Swiss, hari hari ku di rumah terasa sangat sepi, walaupun terkadang Cam, Nash, ataupun Magcon boys lain mengunjungiku.

"Shawn, Shawn, aku lapar." Gerutu Cam merengek bak anak kecil sambil menggerak gerakkan lenganku pelan.

"Memangnya aku nyokap mu apa? Disuruh bikinin makanan gitu? Ah ogah, mending beli." Jawabku mengerucutkan bibir.

"Yah, Shawn gak asik."

"Eh guys, mending kita beli McD Delivery aja gimana?" Usul Gilinsky mengacungkan telunjuk nya di udara.

"Terserah deh, yang penting makanan." Sahut Cam mengalihkan pandangannya ke televisi di depannya.

"Yauda aku pesenin." Timpal Nash menuju ke telepon rumahku, ia mengangkat gagang telepon dan mulai menekan nekan tombol, kemudian seorang pelayan mengangkat teleponnya.

Nash cukup lama berbincang bincang dengan pelayan restoran cepat saji itu, tetapi kami tetap setia menunggu, bhakk.

"Oiya J, memang kamu sudah ijin ke Ava kalau mau ke rumahku? Apa dia tidak curiga atau ingin ikut?" Tanyaku ke Jack J yang sedari tadi melamun dengan pandangan kosongnya.

5 detik kemudian, Johnson menjawab pertanyaanku, "Dia tidak ingin ikut kok Shawn, soalnya tadi dia lagi sibuk banget, gatau ngapain."

"Ooh, jadi begitu, untunglah, karena topik pembicaraan kali ini adalah dia." Tambahku membenarkan posisi dudukku.

Ting tong ting tong

"Wuih cepet banget ya Delivery nya." Celoteh Nash yang kulihat dia sudah selesai dengan telponnya.

"Ya barang kali itu bukan Delivery nya McD." Tambah Cam lesu.

"Trus siapa?" Tanya Nash mengedikkan bahunya.

"Udah deh, mending buka aja pintunya." Kataku sarkastik.

Nash yang paling dekat dengan pintu membukakan pintu rumahku perlahan, lalu ia disodori sekantung kresek yang bertuliskan McDonalds.

Kami bersorak sorai melihat pesanan makanan kami telah datang, tetapi sebuah benda kecil yang ku letakkan di dalam kantung celana ku bergetar.

Kuambil iphone ku, aku check notifnya, ternyata ada iMessage dari 'nomor tidak diketahui' itu lagi, kuhela nafas berat dan kubuka pesan itu, dan isinya,

Bersenang senanglah dulu dengan sahabat sahabatmu, tetapi jangan lupakan aku siapa, dan apa yang akan kurenggut dari hidupmu.

Aku tersentak membacanya, untunglah teman temanku tidak melihat ekspresiku saat tersentak.

Aku mulai terbiasa dengan sms ini.

Jadi kuabaikan saja, dan kemudian aku melahap big mac ku dan melupakan sms tadi.

***

Kami sudah kekenyangan dan sekarang aku hampir lupa ingin membicarakan tentang Ava.

Carter mengelus elus perutnya sambil bersender di sofa hijau rumahku, Taylor setia menonton televisi, dan anggota lain sedang memainkan ponselnya. Keheningan tidak canggung melanda rumahku, kemudian aku memulai pembicaraan, "Apa kalian lupa apa tujuan kalian datang kesini?"

"OHMYGOD!!! Kau kan akan membicarakan tentang Ava ya, ya ampun, aku hampir lupa, ceritakan Shawn." Seru Cam mencondongkan wajahnya ke arahku bersiap mendengarkan cerita ku.

Aku tersenyum tipis dan menjelaskan tentang penyakit akibat kecelakaan yang melanda Ava.

"Jadi begini guys, Matt cerita-" kata kataku disela oleh Johnson, "Tunggu, Matt?? Dia menceritakan apa yang terjadi dengan Ava kepadamu? Aku yang adiknya saja tidak pernah di ceritain." Protesnya.

"Mungkin Matt tidak ingin membuatmu merasa bersalah, atau dia tidak ingin membuatmu menjadi lebih tertekan pada waktu itu, aku juga tidak tahu." Jawabku sambil mengangkat bahu dua kali.

"Baiklah akan kulanjutkan. Jadi, Matt memberi tahu ku, bahwa Ava terkena sebuah penyakit yang aku lupa namanya karena terlalu sulit untuk dihafalkan, bila Ava sedang merasa depresi atau lelah, ia akan berimajinasi atau berhalusinasi, kepalanya juga bisa terasa sangat berat dan pusing, bahkan ia juga bisa pingsan." Jelasku pelan, bahkan sangat pelan, kutundukkan kepalaku setelah kata terkahir kuucapkan.

Cam, Nash, Hayes, Taylor, Aaron, Carter, Gilinsky, dan Johnson mengerutkan dahinya hebat, "Ini salahku guys, coba kalau bukan aku yang menyetir mobil itu, tetapi Matt, ini tidak akan pernah terjadi." Sesal Johnson menurunkan dagu nya sedikit.

"Jangan menyalahkan dirimu sendiri J, itu bukan salahmu." Sela Gilinsky sambil merangkul sahabatnya perlahan.

"Tetapi kalian jangan sedih, ada cara untuk menyembuhkannya." Tambahku dengan wajah berseri.
Sontak semua penghuni rumah ku a.k.a Magcon memasang wajah cerianya.

"Dengan membuat Ava selalu bahagia." Kataku kemudian.

"Dan kebahagiaan Ava adalah kau Shawn." Lontar Johnson, ia membentuk seutas senyum padaku.

Aku hanya bisa tersenyum malu dan menyebunyikan wajahku yang kuakui semerah tomat yang mana aku sangat membenci tomat, apa?!? Aku dibuat blushing oleh seorang lelaki?? Dan ia sahabatku sendiri?? Oh come on, u kidding me right?

"Sebenarnya kemarin malam aku ditelpon oleh orang tua mu Jack, dan mereka punya rencana hebat untuk menyembuhkan penyakit Ava secepatnya, ya semacam terapi gitu." Ujarku memiringkan seyumku.

"Dan apa rencana mereka?" Tanya Johnson kemudian.

Aku hanya terkekeh dan aku akhirnya menjawab pertanyaan yang sudah kuduga akan dilontarkan oleh Johnson.
________________________________

Aku tau ini pendek.
Maaf kalau ada typo, apalagi kalau ceritanya menurut kalian tambah absurd, MAAPIN AKU YAKK.

Bikin cerita ini kan cuma iseng iseng gitu yang lama kelamaan nulis cerita jadi hobi eyke. Haha.

Mohon vote dan comments dari kalian juga, please :) dan kalau aku ada waktu, aku vote back pasti cerita kalian ;)

PEACE.

Habede buat abang Zayn Malik yaaa, wyatb bang, maaf ucapinnya telat jugah ya bang ;")

With love,
-thedreamergxrl

Only You - Shawn Mendes (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang