21+++
Rachel Q. Anderson
Setelah kejadian 15 tahun lalu, hidupnya menjadi kelabu. Hidup bersama dengan Aunty yang merupakan satu-satunya keluarga yang dimilikinya. Pertemuan dengan seorang Lucifer merubah segala hidupnya.
Lucifer Morningstar
Pria d...
Berbaring lelah diatas kasur kesayangannya. Kamar yang sudah lama tidak ia tinggali. Kamar dengan nuansa full pink itu tertata rapi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ia terbaring lelah. Sejenak melepaskan penatnya. Terasa sangat menyiksa berdiam diri selama berjam-jam perjalanan. Dan itu sangat-sangat membosankan.
Hingga Rachel masuk ke alam sadarnya dengan dengkuran yang halus.
•••
"Rachelllll" seru sebuah nada yang sangat familiar ditelinga Rachel.
Dava, dia terlihat sedang berlari tergopoh-gopoh mendekati Rachel.
Rachel tertawa kecil. Ah, sahabatnya ini memang selalu punya 1001 kelakuan yang bisa membuat Rachel tertawa.
Ia berpikir 'Kenapa aku tidak jatuh cinta saja pada Dava, kurasa itu lebih menyenangkan dari pada Lucifer'
"You Bitch. Kemana aja lo 6 bulan ini? Lo ilang dari muka bumi gak ada satupun orang yang tau." Dava menyeruak kedalam pelukan Rachel yang dibalas erat oleh Rachel.
Oh, dia sangat merindukan sahabatnya yang satu ini.
"Aku juga merindukanmu Dav" balas Rachel.
"Wait! Lo bilang aku-kamu? C'mon.. itu sangat formal Chel" sinis Dava.
Rachel tertawa kecil, ya susah menghilangkan kesan formal lagi darinya. Karna Rachel sekarang sudah terpengaruh oleh lingkungan Morningstar.
"Ah sorry" cekikik Rachel.
"Lo berhutang banyak penjelasan ke gue. Sekarang kita ke kantin dan lo bisa ngejelasin semuanya ke gue" ungkap Dava kesal.
Rachel tertawa melihat tingkah sahabatnya itu, "Dan lo yang traktir" lanjut Dava lalu pergi meninggalkan Rachel yang masih berdiri di koridor.
Rachel menceritakan semuanya, SEMUANYA. Tidak satupun terlewat. Bahkan dia sangat-sangat ingat detail-detail setiap kejadian yang menimpanya di Las Vegas.
Terlalu sayang untuk dilupakan.
Ekspresi Dava sangat-sangat berlebihan. Kadang dia tertawa, kadang merasa kecewa, dan kadang hampir meneteskan air mata saat Rachel menceritakan hal-hal yang membuatnya menangis.
Dan sampai pada cerita di akhir, cerita dimana Mr Albert lah yang menabrak kedua orangtua Rachel.
Rahang Dava langsung mengeras. Rachel bisa melihat itu dari matanya, matanya seakan memancarkan percikan api yang mengandung kemarahan.
"Mereka semua memang bajingan. Liat aja, gue gabakal biarin mereka gangguin idup lo lagi." Sengit Dava.
Ya, Rachel tau Dava sangat menyayanginnya seperti adiknya sendiri. Rachel bersyukur kepada Tuhan karna memberikan sahabat sebaik Dava ini.
"Gak usah berlebihan. Santai aja. Gue juga udah lupain mereka, gue gakabal berhubungan sama mereka lagi. Gue cuma gak mau mom and dad gak tenang disana karna gue nangisin mereka terus"
"That's my girl." Dava mengacak-acak rambut Rachel membuat Rachel menggeram kesal. Rambutnya yang sudah di tata rapi menjadi kusut tak beraturan. Sial.
Dava tertawa dan anehnya itu juga membuat Rachel tertawa lepas. Tanpa disadari oleh mereka berdua, seseorang sedang menyaksikan apapun yang mereka lakukan.
Seseorang sedang mengawasi mereka dari kejauhan, menatap tajam kearah sang lelaki dan mengepalkan tangannya.
•••
"Chel, lo gak balik kerja lagi?" Tanya Dava ragu, sekarang sudah jam makan siang. Mereka berdua sudah tidak da kelas yang harus di hadiri.
"Enggak Dav, gue masih punya tabungan yang dikasi sm Lucifer. Gue mau istirahat dulu" elak Rachel.
Ya, dia mendapatkan banyak upah dari bekerja dengan Lucifer. Sangat banyak. Mungkin ia bisa hidup berkecukupan 2 tahun kedepan dengan semua uang itu. Ah, memikirkan Lucifer sangat menyakitkan.
"Kalo gitu gue di traktir lagi dong ini?? Asikk"
Rachel memutar bola matanya, dia tersenyum. Dava memang bisa membuatnya selalu tertawa.
Rachel sampai pada rumah, Aunty Selma langsung menyambutnya.
"Halo sayang, bagaimana kabarmu?" Aunty Selma langsung memeluk Rachel dan Rachel dengan senang hati membalasnya.
"Baik Aunty, sangat baik. Bagaimana dengan Aunty sendiri? Bagaimana dengan toko bunganya?" Rachel sangat menyayangi Auntynya seperti menyayangi sang ibu.
"Ah sangat baik. Kau tau, sebentar lagi adalah hari kasi sayang dan aku mendapatkan banyak orderan Bucket. Kau bisa membantuku?" Mereka berdua masuk kedalam rumah sambil bergandengan
"Tentu saja Aunty, aku akan sangat senang menbantumu" ucap Rachel antusias.
"Baiklah, kau bisa beristirahat dulu, aku tau kau lelah." Ucap Aunty Selma lalu meninggalkan Rachel tepat di depan pintu kamarnya.
Ya, Rachel belum bertemu dengan Aunty Selma karna kemarin ia pulang larut malam. Untung saja dia mempunyai kunci cadangan rumahnya. Jadi dia tidak perlu repot membangunkan Aunty Selma.
Rachel terbaring pada kasurnya. Pikirannya melayang kepada Lucifer 'Bagaimana kabarnya? Apakah dia merindukanku? Setidaknya memikirkanku? Atau mungkin dia sedang bersenang-senang dengan wanitanya?'
Ah, Rachel merasa pusing sendiri memikirkannya.
Suara dentingan dari Handphonennya berbunyi, menandakan ada pesan masuk. Rachel mengambil hpnya dan membuka isi pesan tersebut.
From: Ethan. Hei, mengapa aku tidak melihatmu saat dipesta tadi malam? Aku lihat Lucifer sendirian. Kau tidak apa-apa? Atau mungkin kau sakit?
Rachel tersenyum kecut, bahkan Ethan pun mengiriminya pesan. Sial. Dengan cepat Rachel membalas pesan tersebut.
To: Ethan Aku baik-baik saja. Sangat baik. Ya aku sudah kembali kerumah. Kalau aku ke Nevada, aku pasti akan menemuimu. Jaga dirimu baik-baik Et.
Rachel mematikan ponselnya, ia menatap langit-langut pikirannya menerawang jauh. Sangat jauh.
Kenangan-kenangan itu. Rasa nyaman dan aman saat berada di samping Lucifer.
Dia benar-benar menyukai Lucifer, tapi tidak dengan Lucifer.
Dia terlalu dingin saat dekat dengan Rachel. Moodnya benar-benar tempramen saat bersama Rachel.
Hingga sempat Rachel berpikir apakah Lucifer memiliki penyakit Bipolar, hahaha....
Rachel tersenyum sendiri, membayangkan kejadian-kejadian yang lucu saat dia bersma Lucifer.
Hingga suara Aunty Selma membuyarkan lamunannya.
Rachel keluar dari kamar dan terpaku, terpaku melihat seseorang yang berdiri telat di depan pintu rumahnya...