Sore semakin datang, semburat cahaya matahari yang akan terbenam masih menampakan keindahannya. Langit ditutupi oleh warna orange yang berpadu dengan pink dan diselimuti oleh birunya langin yang masih bisa terlihat.
Sejak kejadian di penthouse tadi pagi Rachel tidak berani lagi untuk menyentuh grand piano tersebut. Baginya itu hanya akan membawa kenangan dan luka lama yang seakan merongrong ingin keluar dari dadanya, sesak dan pedih yang dirasanya sudah cukup membuatnya kembali dalam lamunan dan bayang-bayang dulu.
Waktu seakan terus berputar, detik demi detik Rachel lalui. 10 menit berjalan tetapi orang yang ditunggu tak kunjung datang, 15 menit selanjutnya orang tersebut tak kunjung datang. Hingga tak terasa sudah 1 jam sejak ia menunggu Lucifer di restaurant yang mereka kunjungi untuk makan malam.
Ya, sebelumnya Lucifer menerima telfon dan berbicara pada seseorang di seberang sana, raut wajahnya tak bisa di artikan oleh Rachel. Kesal, Marah, Sedih dan kecewa seakan bercampur aduk didalamnya. Setelah menerima telfon itu Lucifer segera beranjak dari kursinya dan menyuruh Rachel untuk menunggu 10 menit karna ia harus menemui Client di lobby restaurant.
Tetapi setelah sekian lama Rachel menunggu, Lucifer tak kunjung datang. Rachel bangun dari duduknya dan bertekad untuk kembali ke mansion. Ia keluar dari restaurant dan tidak menemukan mobil Lucifer disana. Tas yang dibawa Rachel tadi tertinggal di dalam mobil Lucifer dan alangkah pedihnya bila harus berjalan kaki kembali ke Mansion.
Tidak, bukan jauh yang dipikirkan oleh Rachel, hanya saja sekarang ia sedang menggunakan High Heels yang disuruh Lucifer untuk digunakan ke kantor tadi pagi.
Rachel berjalan menyusuri Las Vegas Boulevard, terlalu ramai orang yang berlalu lalang, bahkan Rachel nampak ragu akan berjalan kemana lagi, ia tidak ingat jalan mana untuk menuju Sin City.
Brukkk!!!
Tanpa tersadar Rachel telah terduduk di tepi jalan yang cukup ramai, ia menabrak seseorang yang diyakininya adalah lelaki, ini karna keteledorannya. Pria tersebut mengulurkan tangannya untuk membantu Rachel berdiri, Rachel mendongkak dan terpaku melihat pria tersebut. Kemeja yang dibalut setelan jas tersebut terlihat sangat rapi tapi tidak menutupi betapa atletisnya badan pria tersebut. Mata berwarna grey dan rambut yang senada dengan matanya sukses membuat nafas Rachel tercekat.
Selama beberapa menit ia hanya duduk dan memperhatikan pria tersebut. Pria tersebut menaikan satu alisnya dan membuyarkan lamunan Rachel "Sorry miss, may i ?" Sambil menarik tangan Racel yang sedari tadi hanya memegang tangan pria itu.
Rachel tersadar dan segera bangkit dari duduk panjangnya. Ia berusaha berdiri tetapi tidak bisa seimbang, pergelangan kakinya terasa sangat sakit. Heels yang dikenakannya patah dan mungkin itu yang membuat Rachel keseleo. Dengan gerakan cepat Pria tersebut menggendong Rachel ala Bridal Style dan membawanya masuk kedalam mobil yang terparkir tak jauh dari sana.
"Sorry Mr. But i'm fine at all, aku bisa berjalan pulang. Terima -" Rachel akan membuka pintu mobil tetapi pria tersebut lebih dulu mencekal lengan Rachel dengan kuat hingga ia merintih kesakitan.
Tatapannya dingin dan tajam seakan bisa membuat orang yang melihat jadi bergidik ngeri "Kau tidak akan bisa berjalan pulang dengan keadaan kaki seperti itu Miss" dia menatap keluar jendela tanpa melihat Rachel, "Kau tidak mungkin sebodoh itu, ckck" desisinya pada diri sendiri, Rachel menatap pria tersebut tajam dan Rachel bisa menangkap apa yang pria tadi katakan.
"Maaf Mr, tapi siapa yang kau katakan bodoh?" Tidak terima Rachel menengkram lengan pria tersebut. Pria itu menoleh dan mendapati tatapan Rachel yang tajam dan meminta penjelasan tetapi tidak membalas pertanyaan Rachel. "Kau tinggal dimana Miss? Aku akan mengantarmu pulang" dengan nada sedingin mungkin dan menatap balik Rachel dengan tatapan tajamnya.
"Sin City Punteggio 09. Avenue" terdengar ketus dan hanya apa adanya, Rachel tidak suka pria ini. Tetapi ia tetap ber trima kasih karna sudah mau baik mengantarkan Rachel. Seakan tak percaya yang dikatakan Rachel, pria tersebut menoleh dan menatapnya dengan tatapan menghujam.
Dia melirik Rachel dari bawah sampai atas dengan pandangan mengintimidasi "Well... well... well... siapakah kau sebenarnya, apakah kau juga salah satu dari Bitches nya? Ku kira dia sudah buta karna apa yang dilihat dari kau? Hah! Tak menggoda sedikitpun" kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut pria itu. Sukses membuat kedua tangan Rachel mengepal mendengar kata-kata yang sama sekali bukan dirinya.
Siapa pria itu sehingga berani mengatainya, Rachel memicingkan matanya menatap pria tersebut tak percaya, air matanya menggenang sedari tadi di pelupuk matanya, tetapi dia enggan memperlihatkan betapa menyakitkan kata-kata itu, toh dia tak ada bertemu dengan pria tersebut lagi, sedetik kemudian Rachel membuang wajahnya tak ingin melihat pria tersebut.
Mobil yang ditumpanginya memasuki areal real estate tersebut. Ketika sampai pada pintu depan, pria tersebut langsung turun dan diikuti oleh Rachel. Saat ia akan berbalik dan mengatakan terima kasih, para maid telah berbaris dan membungkuk memberikan penghormatan kepada pria tersebut.
Rachel menganga dan diam tergugu saat mendengar para maid menyapanya dengan kata 'Tuan Muda'. Eve yang menjadi kepala maid yang berusia 40 tahunan di mansion segera menarik Rachel dan langsung menanyakan ada apa sampai Rachel satu mobil dengan pria tersebut. Rachel bercerita tentang kejadian yang menimpanya dan kesombongan pria tersebut.
Eve dibantu dengan Teka sang supir membopong Rachel kedalam kamarnya. Rachel tersenyum karna Eve yang sangat baik mau merawatnya, dan perhatian kepadanya.
Ia terlalu malas hanya untuk bertanya pada Eve siapa pria tadi, kenapa mereka menyebutnya 'Tuan Muda' dan dimana Lucifer sekarang, pertanyaan yang sudah siap dikeluarkannya tetapi ia mengurungkan niatnya karna terlalu lelah dan akhirnya ia tertidur.
••••
'Aku tak tau siapa dia, siapa wanita ini. Aku fikir aku baru saja mendarat di Vegas dan mengapa ia bisa mengetahui tempat tinggalku, maksudku apa dia tau siapa aku?' Pertanyaan itu terus menerus berputar di dalam benaknya, Laurent Hattens Morningstar, anak kedua dari Albert Morningstar dan adik dari Lucifer Morningstar.
Laurent baru saja terbang dari Abu Dhabi hanya untuk bermain Poker dengan Koleganya di Caesar's Palace, tetapi ia mengurungkan niatnya setelah menabrak seoang wanita.
Wanita itu sukses membuat Laurent menatapnya tanpa berkedip, membuat jantung Laurent berdegup lebih cepat. Tapi satu hal yang tidak dimengerti Laurent. Bagaimana bisa wanita itu mengatakan alamat Mansion nya.
Hanya ada satu tersangka, Lucifer. Yaa, hanya dia yang tinggal di Mansion. Karna ibunya, Kimberly baru saja terbang ke Antwerp untuk berbelanja.
Laurent mencari sosok Lucifer di dalam Mansion untuk mendapatkan kejelasan, tetapi Lucifer tak ada di Mansion.
••••
Telah satu minggu berjalan sejak Rachel bertemu dengan Laurent. Setelah malam itu Laurent tidak lagi berada di mansion dan Rachel tidak mempertanyakan pria tersebut kepada eve, ia juga tidak menanyakan kemana Lucifer pergi pada malam itu. Ia hanya menjalankan tugas yang diberikan oleh Lucifer, berharap kontrak ini segera selesai.
Rachel hanya ingin ini selesai dan dia bisa terbebas kembali. Hanya itu...
Rachel tidak pernah menyentuh lagi grand piano yang berada di MStar Building , ia hanya tidak ingin mengingatnya. Karna dialah yang akan merasa bersalah berkali-kali.
Lucifer yang seakan mengerti langsung memindahkan grand piano tersebut karna melihat gelagat tidak enak Rachel yang terus menatap benda itu dengan mata yang menyiratkan kesedihan.
Hai hai hai....
Aku bakal update terus ya, 2 hari sekali kalau bisa. Maaf kalau ceritanya jelek, karna baru belajar nulis disini. Semoga kalian sukaa ❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Ones
عاطفية21+++ Rachel Q. Anderson Setelah kejadian 15 tahun lalu, hidupnya menjadi kelabu. Hidup bersama dengan Aunty yang merupakan satu-satunya keluarga yang dimilikinya. Pertemuan dengan seorang Lucifer merubah segala hidupnya. Lucifer Morningstar Pria d...