Plan

11.2K 725 22
                                    

Rachel menghabiskan cola terakhirnya dengan satu tegukan. Sudah satu jam lebih Rachel berada di dalam redtaurant itu.

Kepalanya terlalu pening untuk memikirkan hal lain. Rachel merapatkan jaketnya dan topi yang ia kenakan.

Meskipun di restaurant itu sepi tetapi tetap saja Rachel butuh waktu untuk sendiri. Ia memilih restaurant mahal agar orang tidak terlalu mengganggu privasinya.

"Ku rasa kau tidak pinta menyembunyikan wajah cantikmu" suara itu mengagetkan Rachel. Sehingga Rachel mendongak dan menatap pria tersebut.

Ethan tersenyum kearah Rachel, lalu ia duduk di hadapannya.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Rachel yang menunduk. Ia terlalu malu untuk memperlihatkan matanya yang sembab akibat menangis.

"Aku ingin makan malam dan aku melihatmu. Kau tau, aku sudah melihat beritanya. Aku akui kau cukup berani" ucapan Ethan terhenti, ia mendekati Rachel dengan mencondongkan badannya.

"Dan banyak wartawan yang sudah tau kau disini, mereka ada di belakangmu sedang melihat kemari." Ucap Ethan setengah berbisik, lalu ia membenarkan duduknya.

Rachel tergagap, ia hampir saja menoleh saat Ethan tiba-tiba menjatuhkan gelas yang berada di meja.

"Bagaimana kau ini? Menjadi pelayan tidak becus! Kau harusnya malu densam dirimu sendiri. Sekarang cepat ikuti aku" teriak Ethan yang membuat seluruh pasang mata memandangnya.

Rachel menyelisik untuk melihat wajah Ethan yang tertutup topinya. Rachel bangun dari duduknya dan tetap menunduk.

Ethan menggenggam tangan Rachel dan menarik Rachel untuk menuntunnya keluar melewati para wartawan.

Wartawan itu tidak menyadari bahwa wanita itu adalah Rachel karna ukuran badan Ethan yang besar, ia bisa menutupi tubuh Rachel.

Sesampainya di dalam lift Ethan melepaskan tangan Rachel dan memandang Rachel dengan senyum khasnya.

Sesampainya di dalam lift Ethan melepaskan tangan Rachel dan memandang Rachel dengan senyum khasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terima Kasih Et," Rachel memandang Ethan. Matanya memancarkan kesedihan yang mendalam.

"Kau akan pulang? Biar aku antar" tawar Ethan. Tetapi dengan cepat Rachel menggeleng.

"Aku tidak ingin kembali ke mansion, aku sedang ingin sendiri" Rachel tersenyum lalu kembali fokus menghadap pintu lift.

"Kalau begitu kau bisa bermalam di penthouse ku" Ethan terdengar semangat.

Lagi-lagi Rachel menggeleng "Terima kasih, aku akan menginap di hotel"

Seakan mengerti Rachel yang sedang ingin sendiri, Ethan tak bertanya lagi. Ia hanya mengangguk dan menunggu pintu lift terbuka.

Rachel keluar dari lift diikuti oleh Ethan, setelah sampai di parkiran Rachel berbalik untuk menghadap Ethan.

"Terima kasih telah membantuku. Aku harus pergi" Rachel tersenyum sambil memeluk singkat Ethan. Pelukan yang memancarkan kenyamanan yang lama tak dirasakan ileh Rachel.

Ethan membalas pelukan Rachel, ia tersenyum di sela-sela diamnya. "Jika kau kesulitan hubungi aku" balas Ethan lalu melepaskan pelukannya.

Rachel mengangguk dan masuk kedalam mobilnya, sedangkan Ethan berdiri di tempatnya hingga mobil Rachel melaju dan tak terlihat lagi.

•••

Rachel merebahkan badannya pada kasur. Ia sangat membutuhkan bantal dan selimut sekarang.

Ucapan Lucifer kembali terngiang pada memorinya.

Fikiranmu terlalu pendek Rachel! Dia pantas untuk mati. ''Tidak ada yang harus mati Lu'' ungkap Rachel dalam hati.

Pintarlah menjadi seorang wanita, kau terlalu lemah. ' 'Aku memang bodoh'' tambahnya.

"Tapi aku tidak lemah, sejauh ini aku bisa menjalaninya. Aku tidak lemah, ibukku selalu mengajariku untuk menjadi tegar. Aku akan menyelesaikan apa yang harusnya aku selesaikan. Dan aku akan mengambil apa yang seharusnya milikku. Ayahku tidak mudah untuk membangun perusahaan, dan aku akan menjaganya, aku akan mempertaruhkan segalanya meskipun itu menyangkut nyawaku" Rachel meyakinkan dirinya. Ia yakin tentang rencana pembalasan yang akan di lakukannya.

Ia menyadari kebodohannya saat ia sedang marah "Aku seharusnya tidak mudah menyerah, aku seharusnya tidak mengatakan aku tidak perduli lagi dengan perusahaan ayah. Bodog!" Rachel menepuk jidatnya sendiri.

Lalu ia menghadap langit-langit kamar hotelnya.

"Aku akan mengambil milikmu kembali Dad, i miss both of you!" Rachel memejamkan matanya, ia membiarkan kegelapan merenggutnya semakin dalam dan memberinya mimpi untuk dijalani.



Aku gak nyangka aku udh buat 51 part. Kayaknya baru kemarin gitu aku mulai cerita ini.

Gimana nih, kalian suka gak? Puas gak sih sama tulisan aku? Jangan lupa buat comment ya! Karna comment kalian tu berharga banget buat bikin mood aku naik dan aku jadi bisa nulis.

aku mau buat sesi pertanyaan nanti, kalian bisa tanya apa aja sama Karakter di The Cold Ones. Ditunggu yaa

Happy Reading

The Cold Ones Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang