Sebuah tangan besar merengkuhnya. Rengkuhan itu begitu hangat dan nyaman. It's just a dream...
Membiarkan tangan itu melingkar di pinggangnya, membiarkan rasa nyaman itu untuk sebentar, dan dia akan terbangun dari mimpi indahnya dan menjalanin hidupnya yang keras.
Rachel berbalik, melihat siapa pemilik tangan itu. Siapa dia hingga bisa membuat mimpinya menjadi indah.
Lucifer...
Wajahnya yang nampak sangat tenang saat tertidur, Rachel pernah melihat Lucifer tertidur. Ya... tidur yang sangat nyaman dan tentram. Seakan membawa aura tentram untuk orang yang berada di sekitarnya.
Rachel senang bisa melihat Lucifer sedekat ini meski hanya dalam mimpi. Ia mencoba menyusuri lekuk wajah Lucifer. Alisnya yang sangat tebal, bibirnya, dan juga rahangnya yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang tajam.
Rachel tersenyum "Kau menikmatinya, huh?" Tanya suara bariton yang mengagetkannya.
Dalam hati Rachel masih tertanam bahwa ini hanya mimpi. Hanya mimpi semalam. Rachel terus menyusuri wajah itu hingga kedua mata sang empunya terbuka. Manik mata gelap itu terlihat sangat teduh.
Lucifer terheran dengan tingkah Rachel. Ia berusaha untuk bangun tetapi tanganya tak dibolehkan untuk beranjak dari pinggang Rachel. "Biarkan seperti ini, aku ingin mimpiku indah sekali saja" gumamnya tapi masih dapat ditangkap oleh Lucifer.
Lucifer tersenyum "Kau tidak sedang bermimpi, dan aku bisa melakukannya seharian penuh" diiringi dengan seringaiannya.
Rachel membulatkan matanya terkejut, ia mencubit pipinya dan terasa sakit. Secepat mungkin ia tersadar bahwa ini bukan mimpi. Ini adalah nyata. Dan ini bagian hidupnya. Ya Tuhan...
Rachel mencoba melepaskan tangan besar Lucifer "Aku harus ke kamar mandi" pintanya.
"Tidak, kau tidak mengijinkan ku melepaskannya tadi" senyum jahil Lucifer terkembang.
"Ayolah, aku harus ke kamar mandi" ia mencoba melepaskan tangannya Lucifer tetapi tidak bisa, ia harus segera bangkit.
"Aku bisa bersamamu kalau kau mau, aku dengan senang hati mengantarmu ke kamar mandi" senyum kemenangan jelas tertera di wajahnya.
Rachel berdecak "No Way!! Ayolah Lucifer..."
Lucifer mendekatkan wajahnya pada telinga Rachel "Ada satu syarat"
Rachel mengerutkan alisnya, ia khawatir dengan syarat yang akan di berikan Lucifer "Apa itu?" Tanya Rachel berbisik.
"Marry me?" Jawab Lucifer enteng.
Rachel tak percaya, ia membelalakan matanya. 'Tak mungkin. Lucifer pasti hanya bercanda' batinnya.
"Kau gila ? Tidak! Sekarang lepaskan aku Lucy" jawab Rachel dengan jurus jitunya.
Lucifer melepaskan tangannya dan bangkit dari kasur, wajahnya kembali datar. Ia langsung berjalan kearah kamar mandi "Aku duluan!" Perintahnya dengan nada dingin.
Perubahan yang sangat drastis yang terjadi pada Lucifer. Moodnya yang selalu berubah. Tapi Rachel mulai bisa memahaminya.
Rachel memikirkan kata-kata yang dikeluarkan Lucifer tadi 'Marry me?' Ada apa ini? Tidak... Tidak mungkin seorang Lucifer mengajaknya menikah. Itu pasti hanya lelucon.
Tak selang berapa lama Lucifer telah keluar dengan handuk yang melilit pada pingganya. "Kau gila? Kenapa kau hanya menggunakan handuk?" Teriak Rachel sambil menutup kedua matanya dengan telapak tangannya.
Tak ada balasan dari Lucifer. "Lucifer, kau sudah pergi?" Tanya Rachel. "Lucifer jawab aku!" Sambungnya.
Tak ada tanda-tanda suara jika Lucifer masih di kamar, tapi tak ada tanda-tanda jika Lucifer sudah keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Ones
Romance21+++ Rachel Q. Anderson Setelah kejadian 15 tahun lalu, hidupnya menjadi kelabu. Hidup bersama dengan Aunty yang merupakan satu-satunya keluarga yang dimilikinya. Pertemuan dengan seorang Lucifer merubah segala hidupnya. Lucifer Morningstar Pria d...