Anger

12.5K 731 12
                                    

Rachel terbangun dengan tangan yang terasa sakit. Suasana kamarnya berubah. Ia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi.

Dan hal terakhir yang diingatnya yaitu ia di bawa paksa oleh para bodyguard dan mereka menutup mulutnya dengan kain. Setelah itu gelap. Rachel tak mengingat apapun lagi.

Suara decitan pintu terbuka, menampakan seorang wanita penyebab terjadinya kekacauan ini. Dia tersenyum, tersenyum licik kepada Rachel.

"Ah, sang putri telah bangun. Bagaimana tidurmu? Apakah kau bermimpi indah?" Tanyanya sembari bersandar pada daun pintu.

"Bad dream. You become a monster, kau menyingkirkanku dari dunia dan kau menguasai semuanya. Tapi tenang, sang pahlawan akan menyelamatkanku" Rachel menatap Selma sengit.

Tatapan itu isyarat akan kekecewaan dan kebencian.

Selma menyunggingkan senyumnya. "Bersyukurlah bahwa kau bermimpi diselamatkan oleh pahlawanmu. It's just a dream anyway" celotehnya.

"Oh, siapa dia? Dava? Sahabatmu yang anehdan bodoh itu? Atau Lucifer? Anak dari Albert yang menyebabkan kematian kedua orang tua mu?" Lanjutnya sarkastik.

Ah, orang tua lagi. Rachel yang mendengarnya menjadi panas. "Tidak perlu memberi tahuku. Aku sudah tau." Jawab Rachel ketus.

"Satu yang perlu kau tahu, kau tidak akan mendapatkan sepersenpun dari saham ayahku. Tidak akan" lanjut Rachel tak kalah sarkastik.

Cukup sudah ia sangat muak. "Kau bisa keluar sekarang!" Beranjak dari kasurnya, Rachel berjalan mendekat kearah Selma.

Selma mengernyit, 'Berani-beraninya anak ini membentakku, lihat saja kau little shit'.

"Kau bisa membentakku sekarang, tapi sebentar lagi kau akan memohon kepadaku." Ketus Selma dan menutup pintu di hadapan Rachel, ia mengunci pintu itu.

Rachel menghela nafas, hidupnya sudah cukup berat untuk bertahan sendiri. Ia bersandar pada pintu dan memeluk kedua kakinya.

''Kapan ini akan berakhir? Tolong aku, Lucifer'' gumamnya sebelum ia kehilangan kesadaran.

•••

"Shit" keadaan kantor itu begitu hancur, seperti keadaan hati sang pemiliknya.

Lucifer

Ia menggeram, memaki, melempar semuanyang ditemuinua dan menyebutkan semua nama hewan pada kebun binatang.

"Bagaimana kita bisa ketahuan? Bagaimana dia mengetahui kita datang?" Geramnya.

Seluruh mata menatap Lucifer, The Demons has back.

Lena mencoba menenangkan sang kakak, sementara Laurent berdiam diri takut jika Lucifer sudah bergitu marah.

Dava menunduk, menyesali perbuatannya. Tetapi bagaimanapun ia harus bertanggung jawab.

Dava memberanikan diri menatap Lucifer. "I did, aku megirimkan pesan kepada Rachel" sembari menunduk lagi.

Dapat Dava rasakan kemarahan yang terpancar dari pandangan Lucifer. Rasa-rasanya pandangan itu seakan menusuk Dava.

"Apa? Kau pikir apa yang kau lakukan, hah? Kau tau itu membahayakan Rachel, bodoh!!" Teriak Lucifer yang sudah mencapai puncak amarahnya.

Lena yang berada di samping Lucifer terkaget, ia kembali mengelus-elus lengan kakaknya itu untuk meredakan amarahnya.

"Aku tidak tau akan seperti itu Lu, aku kira Rachel masih memegang ponselnya. Dan aku hanya ingin memberitahunya, sehingga dia bisa bersiap-siap" bela Dava pada dirinya sendiri.

"Apa yang kau tau lagi? Kau melakukan sesuatu sesukamu, tapi kau tidak tau akibatnya kan? Kau benar-benar..." satu pukulan sudah mendarat tepat di pelipis Dava.

Semuanya berteriak, dan mencoba menghentikan Lucifer. Laurent menolong Dava berdiri.

Albert yang melihat tak bisa berdiam diri lagi "Stop" sembari merentangkan kedua tangannya untuk melerai.

"It's enough Lu. Kita bisa mencarinya lagi, tapi dengan begini? Akan membutuhkan waktu lama, kita harus bekerja sama. Aku bisa menyuruh anak buahku mencari keberadaan Selma. Dan yang pasti disana akan ada Rachel juga" lanjut Albert yang bergegas keluar dari kantor Lucifer.

Dava hendak pergi mengikuti Albert tetapi terhenti saat Lucifer berkata "Sekali lagi kau melakukan hal bodoh dan semaumu tanpa memikirkan akibatnya dan itu menyangkut orang terdekatku, kau akan berurusan denganku Mr Davasta Ellington."

Dava berbalik kearah Lucifer "I'm sorry Lu" hanya itu kata yang keluar, setelah itu Dava pergi diikuti oleh Laurent.

Lucifer diam, menenangkan emosinya yang mengebu-gebu. "Lu, sudah. Jangan emosi, kita bisa mencarinya bersama-sama. Temani aku beli es krim ya?" Pinta Lena yang bergelayut manja pada kakaknya.

Cara itu ampuh dan selalu ampuh, emosi Lucifer sedikit tidaknya mereda. "Aku tidak bisa, aku harus mencarinya, Lena" Lena tersenyum mendengar jawaban Lucifer.

Lucifer yang menyadari Lena tersenyum mengernyit tak paham. "Apa kau menyukainya Lu? Kau begitu khawatir padanya, kau begitu marah saat dia tidak ditemukan. Dan reaksimu saat mendengar namanya, kau berbeda Lu" jelas Lena yang membuat Lucifer kembali terdiam.

"Apa sangat jelas terlihat bahwa aku menyukainya?" Gumamnya pada diri sendiri dan Lena bisa menangkap itu.

The Demons is in love again.








Haiii...
Long time no see, hehehe...
Kemarin ada yang bilang "lanjutin ceritanya sampe completed dong thor" omg sabar ya sayang, satu-satu atuh author gak sanggup huhu. Ini konfliknya aja belum selesai...
Akhir-akhir ini aku susah banget buat dapetin ide, makannya lama-lama update huhu (maafkan author ini) #apaansih

Jangan lupa comment sama vote ya biar aku tambah semangat....

Happy Reading

The Cold Ones Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang