{Foxtrot}

22.2K 1K 7
                                    

Pria yang sama yang menabraknya dan mengantarnya sampai mansion, dan pria itu pula yang masuk kedalam mansion dan disebut 'Tuan Muda'. Rachel sangat ingat, pria bermata hitam legam itu sama seperti milik Lucifer. Bau alkohol. menyeruak dari nafasnya. Kedua tangannya mengepal dan memenjarakan Rachel, pria itu menghapus jaraknya dengan Rachel hingga hidung mereka berhimpitan.

Rachel menegang, 'apa yang akan dilakukannya??' Batinnya menggumam. Rachel berusaha mendorong pria itu tetapi nihil, tenaganya tak lebih besar dari tenaga pria tersebut. Rachel geram dengan pria itu, ia menginjak kaki pria tersebut dan segera pergi, tetapi belum sempat menjauh pria tersebut sudah lebih dulu mencekal lengan Rachel.

Terasa sakit dan perih, cekalan itu terlalu kuat "Go away Jerk!!" Bentak Rachel hingga menggema keseluruh penjuru toilet. Pria tersebut membalasnya dengan seringaian yang menakutkan Rachel "Sebentar cantik, aku hanya ingin merasakan apa yang kakakku rasakan padamu.."

Perasaan kalut dan takut di rasakan Rachel, pelupuk matanya sudah penuh dengan air yang siap jatuh kapanpun dia mengerjapkan matanya, ia takut... Sangat takut... 'Lucifer, tolong...' hanya kata itu yang bisa dia keluarkan dari bibirnya..

Pria itu semakin kalang kabut, ia meraih dan mencoba merobek baju yang dikenakan Rachel, Rachel merontan menendang dan memukul pria tersebut, tetapi pria tersebut seakan tak merasakan apa-apa.

Tangis Rachel semakin menjadi-jadi "Tolong.. jangan.." rintih Rachel ditengah isakannya. Pria tersebut mencium Rachel penuh dengan gairah, ciuman itu terasa keras dan sangat tidak bersahabat. Perih yang dirasakan Rachel pada bibirnya, darah segar mengalir dari sudut bibir Rachel.

Brakkk!!!!

Suara pintu terbanting pun tak bisa menghentikan pria di depan Rachel, hingga satu pukulan tepat dipelipis kanannya yang bisa membuat pria itu jatuh tersungkur, darah mengalir dari sudut bibirnya. "APA YANG KAU LAKUKAN ? HAH??" Tak bisa dibendung lagi, kemarahan Lucifer sudah mencapai puncaknya. Rahangnya mengeras dan kedua tangannya mengepal kuat. Mata hitam legam itu mengeluarkan pancaran yang menakutkan siapapun yang melihatnya.

Pria tersebut hanya tersenyum "Aku hanya ingin mencoba apa yang kau coba, Brother..." seakan pria tersebut mengejek Lucifer. Satu bogeman mentah sukses mendarat di wajah pria itu, membuat luka yang semula kecil menjadi lebar menganga, darah segar kembali mengucur dari sudut bibir pria itu.

Lucifer...

Rachel masih dikuasain oleh isak tangisnya, ia terlalu malu untuk mendongakan wajahnya dan menatap Lucifer. Rachel terduduk dan memeluk kedua kakinya menutupi tubuhnya, menutupi baju yang sudah compang-camping karna dibuka paksa.

Lucifer membuka jas yang dikenakannya dan menutupi tubuh polos Rachel, didekapnya tubuh itu dengan erat "You'll be fine..." bisik Lucifer disamping telinga Rachel.

Lucifer menelpon Teka untuk menjemputnya lewat pintu belakang mall, digendongnya Rachel dan langsung berjalan kearah pintu emergency. Rachel masih terdiam dan bahunya masih terguncang, tangisan itu masih ada hingga Lucifer merasakan basah pada kemeja yang dikenakannya, Rachel menyembunyikan kepalanya di dada Lucifer, ia terlalu malu...

Teka sudah menunggu di pintu belakang, ia membukakan pintu dan Lucifer memasukan Rachel di kursi penumpang. Lucifer terus memeluk Rachel seakan ia tidak mau sesuatu yang buruk terjadi lagi pada Rachel. Dengan nafas yang sudah teratur Rachel tetap menyenderkan kepalanya pada bahu Lucifer.

Apa yang sudah adiknya perbuat pada Rachel sangat keterlaluan, ya... Lucifer belum memberi tahu Laurent tentang Rachel. Entah kenapa, ada perasaan takut dan kalut melihat Rachel seperti itu, perasaan yang mungkin sudah tak pernah dirasakannya selama 3 tahun belakangan ini. Rachel bukan siapa-siapa, dia hanya wanita yang Lucifer inginkan untuk menjadi Sekretarisnya dan tidak lebih, tidak saat Lucifer mendengar Rachel saat memainkan piano dan ingatan itu terulang kembali.

The Cold Ones Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang