Jealous? No!

13.3K 747 7
                                    

Lucifer PoV

Dia disana, aku melihatnya tersenyum lirih kepadaku. Pergelangan tangannya yang diikat, dan kedua sudut bibirnya yang terluka. Tak luput dengan lebam biru diwajahnya.

'Apa yang telah dilakukan Geo?' Aku hanya tak habis pikir, tapi aku akan membalasnya nanti.

Aku membiarkan Dava yang menggendongnya. Bukan aku tidak ingin menggendongnya, aku sangat ingin tetapi Dava masuk terlebih dahulu. Setelah itu kita pergi dan meninggalkan Laurent dengan dramanya yang aku tebak sangat konyol itu.

Sedikit rasa sakit menyengat hatiku, entah karna melihat Dava yang menggendong Rachel atau karna aku belum sempat makan sedari pagi. Alasan yang lumayan masuk akal bukan? Jika kau belum makan kau pasti merasa lapar, dan mungkin akan berakibat maag.

Aku masuk kedalam mobil, dibelakang kemudi tapi Dava menahanku "Dibelakang saja, jaga Rachel untukku. I'll drive." Aku hanya mengangguk dan pindah ke belakang.

Rachel tertidur, badannya sangat panas, ia terkena demam. Aku merengkuhnya kedalam pelukanku, mungkin itu akan membuatnya hangat.

Setelah sampai Dava segera turun dan membuka pintu disamping Rachel, ia mengambil Rachel dan menggendongnya masuk. Dapat aku lihat wajah panik Dava.

Aku juga panik, tapi aku berusaha tenang. Lagipula Rachel sudah aman bersama kita. Apalagi yang perlu di khawatirkan?

Aku masuk kedalam mansion dan mengambil peralatan dokterku di dalam lemari khusus. Aku menyimpan alat-alat tersebut di lemari dalam kamar. Kalau ada kejadian tiba-tiba dan aku bisa langsung memberikan pertolongan pertama pada keluargaku.

Aku keluar kamar dan masuk kedalam kamar Rachel, Dava terlihat dengan setia menemaninya. "Aku harus mengecek keadaanya" ucapku saat aku baru masuk kedalam.

Dava mendongkak dan mengangguk kemudian dia berdiri dari tempatnya "Aku akan keluar sebentar" ucapnya lalu keluar dari ruangan.

Aku menyelipkan termometer pada ketiaknya. Sudut bibirnya terluka, dan terdapat lebam pada kedua pipi cantiknya. Aku menyelimutinya, tetapi kemudian aku tersadar bahwa pakaiannya sudah berganti.

Siapa yang menggantinya? Apakah Dava? Oh tidak, Dava sudah melihat Rachel sepenuhnya. Sialan.

Aku tidak bisa berkonsentrasi, yang aku fikirkan adalah berani-beraninya Dava menggantikan baju Rachel. Dia pikir dia siapa?

Tunggu sebentar. Mengapa aku marah?aku tidak berhak bukan?. Oh tuhan aku rasa aku mulai gila.

Aku memperhatikan wajah Rachel, sejenak aku rasa dia terlalu banyak menampung beban, dan dia menanggung itu semua seorang diri.

Aku mengambil telfon dan menelfon Eve. Saat sudah tersambung aku berkata "Eve, bisa kau tolong bawakan air hangat dan lap?"

"...."

"Ya, untuk mengompres"

"..."

"Baik trima kasih"

Setelah itu aku menutup panggilan tersebut.

Tak berselang lama Eve datang membawa satu baskom air hangat dan sebuh lap. Eve menaruh itu diatas nakas.

"Gadis yang malang, ia terlalu banyak menanggung bebannya sendiri. Tapi dia terlihat sangat tenang. Dan masih cantik seperti biasanya" gumam Eve yang dapat aku dengar. Kemudian Eve berpamit dan pergi.

Aku mengompres dahinya dengan lap, dan lap yang satunya aku gunakan untuk membersihkan luka-luka dan sisa darah di bibirnya.

Rachel mulai meracau, aku kira itu karna responnya atas rasa sakit pada bibirnya tetapi satu-satunya yang aku tangkap ia sedang bergumam "Dava, Dava aku takut. Dav jangan pergi. I just have you. I can't trust anybody except you, Please."

Hah, setelah aku berbaik hati untuk mencarinya. Setelah aku mengeluarkan seluruh usaha untuk menemukannya. dan setelah aku mengkhawatirkan dirinya.

Dia bergumam menyebut Dava. Tidak percaya dengan orang lain? Apa-apaan ini?

Tidakkah dia tahu yang membuatnya seperti ini tidak lain adalah Dava? Orang yang di bangga-banggakannya?

Aku menggeram. Aku mencabut termometer dan mengganti lapnya sekali lagi. Setelah itu aku keluar dengan hati yang seperti di cubiti.

'Tidakkah kau tau aku juga mengkhawatirkanmu? Tapi rasanya kau tidak tau itu.'Batinku.

•••

Aku mengikuti seluruh keluargaku yang katanya akan melihat keadaan Rachel. Mereka semua masuk dan aku hanya bersandar pada pintu. Sama seperti yang ku lakukan saat melihatnya ditemukan.

Dia terlihat sangat... bahagia? Aku tidak tau. Tapi yang aku lihat jelas tangannya menggenggam erat tangan Dava.

Aku mengepalkan jemariku dan bersedekap. Mereka semua tertawa dan aku hanya memperhatikannya. Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama manik mata itu menatapku.

Tatapan yang menyiratkan, kesedihan? Entahlah, tapi aku hanya menatapnya tajam dan tak berarti. Aku hanya ingin dia tau bahwa aku juga mengkhawatirkannya sama seperti Dava.

Tapi setiap orang punya cara tersendiri untuk mengungkapkannya bukan?

Ia kembali menatapku dan berkata "Terima kasih, kau su-" aku tak menbiarkannya menyelesaikan ucapannya. "Hmm" hanya itu yang bisa ku katakan.

Setelah itu aku beranjak pergi meninggalkan mereka semua dengan tatapan kesalnya. Aku tidak perduli. Aku juga kesal, merasa tak dianggap.

Bisa kalian bayangkan, masih di dalam mimpi saja dia hanya memikirkan Dava. Huh.

'Tunggu, kenapa lagi-lagi aku mengumpat? Arghh'

Aku rasa aku harus menenangkan diri. Aku segera keluar dari mansion dan mengendarai mobilku ke LUX Club, lagipula sudah lama aku tidak melihat kondisi Clubku.

Author PoV

Eve masuk kedalam kamar dengan membawa nampan berisi makanan. Ia menaruhnya diatas kasur dan membantu Rachel untuk makan.

"Aku sangat mengkhawatirkan mu. Semua orang disini juga. Dari pagi hingga malam mereka semua sibuk mencarimu" cerita Eve sambil menyuapi Rachel bubur.

Rachel hanya terdiam memakan buburnya dan mendengarkan cerita Eve dan tidak ingin berkomentar.

"Apalagi Tuan Lucifer, dia sangat geram saat kembali dari Beach House, Miami. Saat dia tau Selma telah memindahkanmu karna Dava mengirim pesan" lanjut Eve.

"Lucifer? Benarkah dia seperti itu?" Tanya Rachel meyakinkan. Pasalnya keadaan tadi sangat membuat Rachel bingung. Lucifer terlihat sangat dingin.

"Ya, dan tadi pagi dia yang merawatmu. Memberikan kompres dan membersihkan lukamu. Kau tau, caranya dia menatapmu sangatlah berbeda. Dan dia terlihat sangat khawatir" lanjut Eve lagi dengan tangan yang mengudara menunggu Rachel membuka mulutnya.

Rachel seakan tak percaya dibuatnya. Ia menoleh kepada Eve dengan tatapan terkejut "Benarkah? Benarkah dia yang merawatku? Tapi Eve, kau harus lihat ekspresinya tadi. Dia sangat dingin seperti biasanya" Lirih Rachel dengan ekspresi kecewa.

Kali ini selera makannya telah hilang, ia mengambil obat yang disiapkan Eve dan meminumnya.

'Apa benar Lucifer merawatnya? Tapi mengapa tadi Lucifer sangat dingin padanya? Dan tatapannya?' tanya Rachel pada dirinya sendiri.









Happy Reading

The Cold Ones Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang