{Uniform}

14.6K 794 2
                                    

"Tidak, sebenarnya tadi aku melihatmu di jalan depan. Tapi aku masih ragu apakah itu kau atau bukan" ujar pria yang kini duduk di hadapan Rachel.

Rachel hanya ber oh-oh ria sambil menawarna pria tersebut minum.

"Mengapa kau kembali kesini?" Tanya pria tersebut penasaran.

Rachel menghela nafas dan menjawab "Disamping kontrakku sudah habis, aku juga menemukan suatu fakta yang mengejutkanku" Rachel menunduk, membuatnya memikirkan hal itu.

"Tenang saja, ada aku. Apa kau tak ingin bekerja lagi? Kau bisa bekerja denganku, kau tau Daddy menginginkanku memimpin perusahaannya sekarang" tawa kecil keluar dari bibir pria tersebut.

"Ah aku sangat ingin. Apakah masih berlaku saat aku selsesai wisuda nanti? Aku masih membuat skripsi untuk nilai akhir" Rachel menimbang-nimbang.

Ia merasa ini sebuah peluang untuknya, setelah lulus dia bisa langsung bekerja dan itu sangat bagus.

"Tapi aku ingin masuk ke perusahaanmu berkat diriku sendiri, bukan keinginan sang pemimpin" canda Rachel.

Ethan tertawa, Rachel terlalu lucu baginya. Entah apa yang ditertawainnya.

"Baiklah jika itu maumu, tentu saja Miss Anderson"

Mereka berdua menghabiskan waktunya untuk mengobrol. Rachle juga mengajak Ethan untuk ke toko bunga Aunty Selma.

Tetapi yang di dapat Rachel adalah keramaian, banyak para gadis yang datang ke toko bunga untuk sekedar melihat dan mengagumi wajah Ethan.

Ya, dia tampan dan juga ber-uang. Ethan dengan senang hati melayanin para gadis yang ingin berfoto dengannya. Dan tentunya para gadis tersebut harus membeli setidaknya 3 tangkai bunga untuk berfoto gratis.

Rachel hanya tertawa cekikikan karna tingkah Ethan. Ethan berkata tanpa suara kepada Rachel seakan Tolong-keluarkan-aku.

Jam menunjukan pukul 8 malam, banyak persediaan bunga yang habis. Aunty Selma sudah menutup toko.

Rachel dan Ethan sedang menyusuri jalan untuk sampai dirumah Rachel.

"Kau tau gadis yang berambut pirang dan make up tebal itu? Astaga dia mencubiti lenganku. Oh aku harus menjalanin treatment untuk ini" gerutu Ethan.

"Ohh kasian big teddy ku, kau kesakitan yaa.." balas Rachel dengan nada yang dibuat sedih.

Membuat Ethan menggeram dan Rachel tertawa kemudian Ethan ikut tertawa.

"Aku lapar, dan juga melewatkan makan malam. Bisa kita makan sebentar?" Tanya Ethan. Perutnya dari tadi sudah berbunyi meminta diisi.

"Tentu saja, aku yang traktir" ucap Rachel antusias dan membuat Ethan mengacak-acak Rambut Rachel.

Mereka berdua pergi ke salah satu restaurant Italia setelah dijemput oleh supir Ethan. Sebenarnya Rachel sangat ingin membeli burger tetapi Ethan melarang alasan tidak sehat untuk tubuh. Haha alasan klasik.

Mereka berdua memasuki restaurant tersebut, kesan mewah dan glamour menghias restaurant secara pas.

Mengambil tempat duduk di ujung restaurant, membuat mereka melihat kearah jalanan.

Pelayan datang dan memberi buku menu, Rachel memilih makanannya dan begitu juga dengan Ethan.

Dari sudut mata Rachel ia dapat melihat Ethan yang terus memandanginya.

"Tidak perlu melihatku seperti itu. Aku takut kau akan jatuh cinta nanti" ucap Rachel.

Ethan sangat santai, ia malah membuat kesan Tidak-masalah-aku-bisa-menanganinya.

The Cold Ones Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang