{Victor}

15.7K 750 5
                                    

"Chel ada berita baru nih." Dava menghampiri Rachel yang sedang terduduk di kursi taman. Senyum mengembang dari bibirnya.

"Apaan? Kalo gak penting jangan sekarang, gue sibuk buat skripsi." Rachel menunjuk kearah laptop yang sedang dia pangku.

"Penting banget tau" keluh Dava meminta perhatian Rachel.

Rachel memutar bola matanya jengah dan berhentik mengetik.

"Ada berita apa Dava Rodriguez" Rachel memaksakan senyumnya.

Dava hanya nyengir tak bersalah.

"Gue denger-denger siapa nanti yang nilai akhirnya besar dan jadi juara umum bakalan dapet hadiah dari Universitas ini. Dan hadiahnya kalo gak salah denger liburan ke Venice sama anak pemilik Universitas ini" jelas Dava.

"Pemilik?" Gumam Rachel

"Itu artinya kalau tidak Laurent ya Lucifer" Dava membenarkannya,

'Oh tidak'

"Dan lo tau, lo selalu jadi juara umum disini. Dan kalo skripsi lo bagus berarti lo yang bakal dapet hadiah itu"

Seketika Rachel menegang. 'Liburan? Keluarga Morningstar?' Oh, memikirkannya saja sudah membuat Rachel geram.

•••

Skripsi yang dibuat oleh Rachel telah rampung, ia tinggal menyetorkan kepada dosennya dan menerima hasil nilainya.

Tak banyak kegiatan yang di lakukan oleh Rachel. Jika biasanya dia terus-terusan berkutik dengan laptopnya sekarang ia hanya melamun di Coffe Shop sebrang Universitasnya.

Satu bulan berlalu saat dia kembali dari Nevada. Rasa-rasanya masih sakit mengingat itu semua.

Rachel sudah memaafkannya, hanya saja ia masih terlalu membenci mereka.

Mengapa tidak memberi tahunya? Mengapa di detik-detik terakhir mereka berbicara? Mengapa di saat-saat Rachel sudah terlalu nyaman dengan keluarga itu baru mereka mengungkapkannya?

Dan, mengapa Lucifer nampaknya tidak perduli dengannya? Lucifer bahkan tidak menahannya untuk tidak pergi. Ah, terlalu rumit.

Perasaan hampa itu datang kembali, beberapa minggu yang lalu mungkin Rachel bisa menyembunyikannya lantaran sibuk menulis skripsi. Tapi sekarang tidak.

Tak bisa dipungkiri dia memang merindukan Lucifer.

Bentakan pria itu, omelannya kadang dirindukan oleh Rachel. Apalagi saat pria itu bermanis-manis manja. Oh, indahnya.

Rachel menyeruput sisa kopinya. Ia melihat pelayan yang sedang mengantarkan pesanan. Terkadang dia merindukan saat-saat ia bekerja sebagai pelayan part time.

Bunyi lonceng terdengar serta diikuti masuknya seorang gadis yang masih muda. Gadis itu sangat cantik. Rambutnya berwarna berwarna Red Maple dan manik matanya berwarna Hazel.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Cold Ones Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang