Author POV
Jam menunjukkan pukul 12.06 WIB. Alen dan Chaca masih sedia menunggu kabar Oliv dari ruang UGD. Sudah 3 jam menunggu. Alen hanya sibuk mondar-mandir di depan pintu ruangan itu.
Chaca merasa sangat kasian dengan keadaan Alen sekarang. Apalagi jika dilihat dari seragamnya yang sangat kotor.
"Alen,mending lo pulang deh. Biar gue disini. Mama Oliv juga udah di perjalanan kesini kok. Gini ya,Len. Ganti baju lo dulu. Baru lo kesini lagi. Gue yakin Oliv orang yang kuat kok. Dia gak bakal kenapa-kenapa. Dia bakal baik baik aja. Percaya deh sama gue." Pinta Chaca yang sedikit memelas melihat wajah Alen yang menatapnya datar.
"Lo harus kabarin gua setiap saat tentang keadaan Oliv." Ucap Alen datar.
Chaca mengangguk.
Alen berlalu meninggalkan lorong rumah sakit itu. Hati Alen masih sangat cemas memikirkan gadis itu.
Siapa sebenarnya yang tega melakukan semua ini pada Oliv. Pikir Alen.
Selama Alen pulang, Chaca masih menunggui pintu ruangan UGD yang sama sekali belum ada tanda-tanda di buka.
"Chaca, Chaca. Bagaimana keadaan Oliv?." Pertanyaan itu ditujukan bertubi-tubi kepada Chaca oleh wanita parubaya yang tergopoh-gopoh.
"Oliv jadi korban bully lagi ma. Semoga dia akan baik-baik saja. Tadi Chaca dan Alen yang nemuin Oliv udah pingsan di kamar mandi kelas 12." Jelas Chaca kepada mama Oliv. Semua teman Oliv juga memanggilnya mama. "Bahkan dari tadi dokter belum juga keluar. Alen juga baru aja Chaca suruh pulang. Nanti dia balik lagi kesini."
"Syukurlah Oliv memiliki teman seperti kalian. Sungguh peduli sekali kalian dengan Oliv." Senyum haru mama Oliv.
Dari arah belakang, beberapa guru sekolah Oliv juga berniat menjenguk gadis korban bully itu.
"Maaf bu, kami sudah melakukan hal yang sebaik mungkin untuk memperkecil kemungkinan pembully-an terjadi lagi, Bu. Benar-benar maafkan kami sebagai pihak sekolah yang lalai." Ucap seorang guru bimbingan konseling setelah mama Oliv dan beberapa guru itu mengobrol cukup lama. Chaca hanya mencoba menguping dari kejauhan.
"Saya benar-benar tau kalian sudah berusaha dengan baik menjaga putri saya. Jujur saja, saya sedikit kecewa. Tolong lebih ditingkatkan lagi pengawasannya. Agar anak-anak lain tidak memiliki nasib yang sama seperti anak saya." Jelas mama Oliv dengan tegas yang membuat beberapa guru itu diam membisu.
"Baik, Bu. Kami sebagai guru Oliv akan mengusut kasus ini lebih dalam." Ucap salah seorang guru di hadapan mama Oliv.
*Krett.
Setelah sekian lama, akhirnya pintu ruangan itu terbuka.
Chaca dan mama Oliv segera berlari menemui dokter yang keluar bersama derap langkah kakinya yang sayu-sayu bisa didengar.
"Bagaimana keadaan Oliv, dokter?" Pertanyaan ini keluar dari mulut Chaca dan mama Oliv secara bersamaan.
"Dia tidak cukup baik. Beberapa bagian tubuhnya harus dijahit. Seperti lutut dan siku tangannya. Kakinya mengalami beberapa cidera sehingga kakinya juga tidak bisa banyak digunakan untuk bergerak." Lapor dokter yang membuat Chaca mengelus dadanya. Air matanya sama sekali tidak bisa gadis itu tahan. "Mungkin untuk hari ini dia belum bisa sadar karena tim medis sudah membiusnya. Kalian bisa menjenguknya. Tetapi jangan banyak mengeluarkan suara. Pasien perlu banyak istirahat. Saya permisi." Pamit dokter.
Mama Oliv segera mendekati tempat tidur yang berada di dalam ruangan UGD itu.
Oliv sedang terbaring disana dengan infus yang berada di telapak tangan kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silhouette [COMPLETED]
Teen FictionHighest ranking#43 IN TEEN FICTION (240617) "Eh, kok ada sih cowok yang super duper datar seperti dia. Heran gue. Belagaknya aneh gitu. Banyak amat yang jadi fans dia ya? Menurut gue dia biasa aja tuh." Oliv. "Oh." Alen. Ketika remaja yang amat tamp...