Forty Seven◾Ending

19K 855 48
                                    

Author POV

"Oliv pasti akan pulang."

Isi kertas yang sedang bolak-balik dibaca oleh pria tinggi yang sudah beranjak dewasa itu.

Tiga tahun berlalu. Amat terasa menyakitkan untuk pria ini.

Pria yang benar-benar harus menikam semua kerinduannya dalam-dalam.

Pria yang sekarang sedang stay menatap ke luar jendela kantornya.

Menatap kota yang sedang ramai itu secara pekat.

Hidupnya yang berada di dalam keramaian itu entah mengapa tetap merasa sepi. Selama kurang lebih empat tahun ini.

Empat tahun yang menurut Alen sangat suram untuk kehidupannya sendiri tetapi tidak untuk perkembangan perusahaan di tangannya.

Perkembangan perusahaan yang sangat pesat di bawah kendali Alen.

Hingga perusahaannya bercabang di seluruh belahan dunia.

Pria yang sudah meraih kesuksesannya sejak ia remaja.

Pria yang sudah membuktikan semuanya. Bahwa pria ini memang mampu dan berbakat. Pria ini benar mampu membuat dirinya sendiri bangkit di tengah kesuraman kehidupannya selama ini.

Tak pernah memiliki banyak kekasih. Tak pernah memainkan hati wanita. Hanya pernah mengecewakan satu wanita di dalam sejarah hidupnya.

Wanita yang masih sudi membalas suratnya.

"Hallo." Pria ini mengangkat ponsel hitamnya. "Bagaimana keadaannya? Dia tidak apa-apa?"

"...."

"Syukurlah jika dia baik-baik saja. Sudah lama menunggunya pulang."

".............." Jawaban seseorang di seberang sana cukup panjang.

"Today? Serius?" Mata Alen terbelalak.

".........................." Jelas seseorang di sana yang suaranya samar-samar. Pesuruh Alen.

"Baiklah. Tolong beritau yang lain untuk menyiapkan semuanya. Kalau sampai ada yang terlewat, jangan harap kamu besok akan tetap bernafas." Ancam Alen sadis.

Alen segera menutup ponselnya. Bergegas menuju ke butik langganan keluarga Zios selama ini.

Di dalam perjalanannya menuju lorong, Alen bertemu dengan Papanya.

"Putraku, kamu hendak kemana? Kenapa kamu begitu bergegas?" Papa Zios memegang pundak Alen.

Alen tersenyum, "Papa pasti akan senang mendengar kabar ini."

"Kabar apa, Alen? Ceritakan sedikit kepada Papa." Papa Zios memancing Alen untuk mengatakan semuanya.

"Tidak, Pa. Ini semua adalah kejutan besar untuk Papa. Papa harus menantikannya. Seperti Alen yang selalu menantikannya." Alen segera memeluk Papa Zios.

"Baiklah. Papa akan selalu menunggu kabar baik itu darimu. Ingat, Papa hanya akan menerima kabar baik." Papa Zios memeluk Alen balik.

"Pasti, Pa. Pasti. Alen akan memberikan kabar terbaik untuk Papa. Alen pergi dulu ya, Pa." Alen berpamitan dengan Papanya dan segera melajukan mobilnya.

Menyiapkan semuanya. Tanpa terkecuali.

Alen selalu mengingatkan dirinya sendiri agar tidak ada yang terlupa. Alen benar-benar gugup sekarang.

Jantungnya tetap bergedup kencang semenjak menerima kabar baik itu dari pesuruhnya.

Pakaiannya sangat rapi. Penampilannya sangat tampan dan tak lupa, harumnya. Sangat wangi.

Silhouette [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang