Author POV
Pagi telah berganti sore. Waktu semakin cepat bergilir. Tanda bumi yang juga semakin menua.
Namun, mata Alen tak pernah jemu untuk memandangi wajah Oliv yang sedang tertidur di ranjangnya. Alen hanya duduk di kursi dan menggenggam tangan Oliv yang memiliki jari-jari lentik itu.
Sedangkan mama Oliv dan teman-teman Oliv sudah meninggalkan rumah sakit itu sejak siang.
Mata Oliv terbuka perlahan. "Hoam." Oliv menguap dengan sangat keras yang malah membuat Alen gemas.
"Alen. Lo gak capek apa duduk di kursi itu seharian nungguin gue. Cari-cari udara segar gih. Nanti gila ae lo." Gerutu Oliv yang matanya baru saja terbuka.
"Nggak. Mau gua disini nemenin lo. Lo udara segar gua." Senyum Alen tanpa rasa bersalah.
"Please, dia gak romantis banget tapi kenapa gue jadi baper." Batin Oliv.
Alen masih duduk di sebelahnya dan menggenggam tangan gadis itu lebih erat.
"Alenn." Panggil Oliv.
Alen tetap memandangi gadis yang ia genggam tangannya itu.
"Kalo lo mau cerita tentang masalah lo, lo bisa cerita ke gue. Kapanpun lo butuh gue, gue akan selalu ada buat lo." Senyum Oliv yang membuat Alen terlihat lebih tenang.
"Lo pasti ngerasa gua orang yang aneh kan, Liv. Makanya lo ngomong gitu. Gua tau banget kesan pertama yang lo dapetin dari gua." Jelas Alen memandang pekat mata Oliv. "Sorry. Maafin gua, Liv. Gua gak tau sejak kapan gua bisa luluh gini sama lo. Gua ngerasa nyaman dan pengen jagain lo tiba-tiba. Perasaan itu gak gua ketauhui maksudnya sampai sekarang. Yang gua tau, gua harus bahagiain lo. Itu aja."
Pipi Oliv memerah dan hal itu dilihat oleh Alen. Alen sedikit terkekeh.
"Lo beruntung punya mama sebaik mama lo." Tambah Alen yang membuat Oliv bertanya-tanya.
"Maksudnya Alen?"
"Haha. Mama gua gak sebaik mama lo." Senyum masam Alen. "Gua iri sama lo."
"Iri? Kenapa?" Pertanyaan ini terus muncul di pikiran Oliv.
"Gua gak pernah diurusin mama dari kecil, dari kecil, gua diasuh Papa gua. Tapi gua lagi gak pengen bahas itu." Tambah Alen yang membuat Oliv hanya mengangguk.
Setelah beberapa detik terjadi keheningan. Oliv membuka suara.
"Maafin gue udah bahas itu, Alen. Gue gak maksud." Sesal Oliv.
"Bukan salah lo. Gua gak suka cewek gua minta maaf." Senyum Alen yang masih masam.
"Ih kalo niatnya maafin itu senyumnya juga gak usah asem gitu!" Gerutu Oliv sambil mencubit pipi Alen lembut.
Alen yang terkejut, secara refleks langsung tertawa. "Siapa yang senyumnya asem." Tanggapnya datar.
"Tuh kan datar lagi." Gerutu Oliv sambil mengerucutkan bibirnya.
Sekarang, Alen yang balik mencubit pipi gadisnya itu. Benar-benar gemas. Sampai Alen meraih tubuh gadis itu dan meringkuk gadis itu di pelukan hangatnya.
Oliv tetap saja terpikat dengan harum bau tubuh Alen. Gadis itu sampai meletakkan keingin tauan yang besar tentang apa merk parfum yang dipakai Alen.
"Wangi bangetttttttttt. Gak kuattttt! Sana jauh jauuuhhh! Nanti gue bisa jatuh pesonaaa!" Teriak Oliv tiba-tiba saat berada di pelukan Alen. Oliv mendorong tubuh Alen menjauhi dirinya dan segera menutupi dirinya dengan selimut. Pipinya benar-benar merah tak dibuat-buat kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silhouette [COMPLETED]
Teen FictionHighest ranking#43 IN TEEN FICTION (240617) "Eh, kok ada sih cowok yang super duper datar seperti dia. Heran gue. Belagaknya aneh gitu. Banyak amat yang jadi fans dia ya? Menurut gue dia biasa aja tuh." Oliv. "Oh." Alen. Ketika remaja yang amat tamp...