Epilog

21.8K 1K 91
                                    

Author POV

Menyesal. Hanya kata itu yang terbayang dalam pikiran Alen selama sebulan ini.

Ucapan belasungkawa datang dari beberapa pengusaha teratas kepada Alen.

Semua itu benar-benar merubah keadaan Alen.

Alen yang dingin, menjadi sosok yang amat sadis dengan pesuruh dan pegawai perusahaan Zios. Jarang sekali bisa ditemui tanpa janji yang pasti. Dan apabila janji itu tidak menguntungkan, Alen akan menolak janji itu dengan tegas.

Mata Alen yang sedang marah sangat memerah. Seperti singa yang keluar dari kandang dan kelaparan.

Pria ini benar-benar memegang teguh janjinya untuk tidak pernah memasukkan wanita lagi ke dalam hidupnya.

Kabar baik yang pria ini harapkan, ternyata seketika lenyap hanya membawa puing-puing busuk tatapan yang membuat isakan yang mengalir kencang.

Jujur saja, semuanya masih menghantuinya.

Setiap hari yang ia lakukan hanyalah menatap foto gadisnya. Hanya sebatas foto.

"Apa gua juga harus mati buat ketemu sama lo?" Dan satu kalimat ini yang berulang kali Alen ucapkan, namun pria ini sama sekali tak pernah mendapat jawaban.

Kerinduan yang sia-sia. Harus bagaimana lagi. Apa mungkin pria ini bisa menentang takdir Tuhan?

Takdir Tuhan yang sudah terlalu jauh untuk ia pikirkan lagi. Benar-benar menyesakkan mengenang semua itu.

Tak ada sayup-sayup kabar lagi.

Tak ada senyum manis dari gadis itu lagi.

Tak ada semangat ceria dari gadis itu lagi.

Tak ada ketenangan dari gadis itu yang harus dirindukan.

Semuanya lenyap bersama terbangnya debu dengan dedaunan kering di luaran sana.

Meniup jutaan kenangan yang sudah mereka berdua tulis selama ini.

Menghempaskan semua harapan pria ini menuju ke arah yang lain.

Arah yang tak pernah berpihak pada pria ini.

Membayangkan semuanya. Seolah menjadi mungkin.

Menemui riangnya gadis itu. Tertawanya gadis itu.

Ternyata, pria ini hanya terbangun dari mimpinya.

Jatuh cinta tak pernah akan ada alasan yang pasti. Jatuh cinta adalah membayangkan, berimajinasi untuk selalu memiliki. Hanya takdir Tuhan lah yang mampu membenarkan semuanya.

Tok tok tok

Bayangan Alen seketika buyar. Mendengar suara ketukan pintu yang amat keras memenuhi telinganya.

"Berisik! Masuk!" Bentak Alen.

Dengan perasaan yang amat takut, pesuruh Alen itu masuk dengan langkah yang amat gemetar. "Tu.. Tuan Alen.."

"Bodoh kamu! Kamu mau saya bunuh? Sudah saya bilang, saya tidak ingin diganggu! Dasar tuli!" Ucap Alen sadis.

"Ti..tidak, Tidak Tuan. Maaf.."

"Cepat katakan bodoh! Kamu mau menjemput ajalmu sekarang juga?" Ancam Alen.

"Ba..baik Tuan. Di kantor ada yang sedang me..menunggu Tuan." Jawab pesuruh Alen dengan kalimat yang terputus-putus.

"Apakah dia ada janji? Menguntungkan?" Pertanyaan Alen kepada pesuruhnya itu.

"Tidak ada janji, Tuan. Tetapi seseorang itu memaksa saya, Tuan. Atau dia juga akan membunuh saya." Ucap pesuruh Alen ini. Benar-benar.

Silhouette [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang