Twenty Two◾Kacau

14.2K 804 15
                                    

Author POV

02.07 WIB. Dini hari. Oliv sudah sampai di Jakarta.

Mata gadis itu sembab. Hingga menjadi sangat sipit. Tidak seperti biasanya.

Bahkan dari bandara sampai di rumah, Oliv selalu memakai kacamata hitam bergaya untuk menutupi mata sembabnya. Gadis itu juga memakai jaket tebal berbulu. Menurutnya,hawa di sekitarnya mendadak sangat dingin. Padahal Surabaya dan Jakarta adalah kota terpanas yang biasa dikenal orang awam.

Ketika dijemput oleh pegawai rumahnya, Oliv juga hanya menggunakan tangannya sebagai tanda isyarat. Gadis itu belum membuka mulutnya sama sekali.

Setelah dilihat lebih kasat, bibir gadis yang biasanya terlihat sexy itu, berubah menjadi pucat pasi seperti wajahnya.

"Nona tidak apa-apa?" Sapa salah seorang pembantu, orang yang sudah ikut merawat Oliv sejak kecil yang sedikit cemas.

Oliv hanya menggelengkan wajahnya dan bersikap datar. Tak biasanya Oliv seperti ini. Seperti sifat riang Oliv lenyap seketika.

Sesampainya di rumah Oliv yang megah itu, Oliv tetap diam. Tak ada sepatah kata pun yang keluar darinya. Hingga para pembantu di rumahnya bingung. Dan tak bisa mengajak Oliv berbicara sama sekali.

"Nona mau minum coklat panas?" Tawar seorang pembantu disana.

Oliv hanya menggeleng.

"Nona mau makan sup?" Tawar pembantu yang lainnya.

Oliv juga hanya menggeleng. "Gue lagi gak pengen diganggu. Jangan biarin siapapun berani ganggu gue. Sekalipun itu mama." Kecap Oliv yang hanya beberapa baris kalimat. Bahkan saat mengatakan itu, Oliv belum melepas kacamata hitamnya. Dan wajahnya masih sangat datar. Seperti sedang menahan sesuatu beban yang sangat berat.

Seluruh pembantu yang ada di sana segera mengiyakan. Sebelum majikannya yang satu ini marah besar.

Oliv hanya melangkahkan kakinya dengan tegas. Menaiki tangga demi tangga yang langsung menuju ke arah kamarnya.

Oliv memasuki kamarnya dan membanting pintu kamarnya dengan keras sampai beberapa penjaga dan pembantu di rumahnya merasa takut.

Oliv berjalan menuju nakas sebelah tempat tidurnya. Gadis itu meletakkan dengan lembut kacamata hitamnya ke atas nakas tersebut.

Oliv hanya menghempaskan tubuhnya di atas ranjangnya sekarang. Gadis itu menghembuskan nafasnya yang begitu sesak. Beberapa kali gadis itu juga menelan ludah yang begitu berat.

Entah apa yang sedang gadis itu pikirkan sekarang.

"Apakah ini berarti gue sudah jatuh cinta ke Alen terlalu dalam? Apakah ini artinya gue udah mulai takut kehilangan Alen? Shit." Umpat gadis itu lirih sambil mengatur nafasnya. "Laki-laki brengsek itu juga sempet mencium bibir gue. Brengsek! Brengsek!"

Sesekali gadis itu mengacak-acak rambutnya. Ia benar-benar merasa pusing.

"Saat gue putus dari cowok selain Alen, gue juga biasa aja. Tapi kenapa hal ini ngebuat gue frustasi hah!" Geram Oliv sambil menampari dirinya sendiri.

Oliv berkali-kali mencoba memejamkan matanya, namun ia tidak bisa melakukannya.

"Kenapa untuk tidur sangat sulit sekali!" Gerutu gadis itu sambil meremas-remas selimutnya.

Bahkan Oliv sampai lupa dimana ia menyimpan ponsel rosegold miliknya. Oliv sudah lama tidak berteman lagi dengan ponselnya.

Hingga menjelang shubuh, Oliv tidak bisa membuat matanya terpejam sama sekali. Padahal tubuhnya sangat lelah.

Silhouette [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang