Sixteen◾Where?

17.8K 1K 15
                                    

Author POV

Oliv mulai bingung berat sekarang. Ternyata mereka pergi ke bandara. Untuk apa? Mau pergi kemana?

Kedatangan Alen disambut hangat oleh beberapa pesuruhnya yang mulai bergegas mengeluarkan banyak koper dari mobil pesuruh Alen yang ternyata sedari tadi mengikuti Alen dari belakang.

"Mau kemana sih,Alen? Kok ada banyak banget orangnya?" Bingung Oliv.

"Perginya cuma berdua." Datar Alen yang masih mengetik beberapa pesan di ponsel goldnya.

Oliv mulai takut sekarang.

Di hadapan mereka sudah tersedia jet berwarna putih dan sangat mewah. Bertuliskan "Zios."

Alen segera menggandeng tangan Oliv erat dan mengajaknya memasuki jet itu.

"Ini salah satu jet pribadi milik keluarga Zios. Lo nyaman?" Tanya Alen kepada gadis yang masih mengagumi betapa mewahnya jet pribadi itu. Hampir sekali mirip dengan jet pribadi milik keluarga Brandon,keluarga Oliv.

"Duduklah,Nona." Senyum Alen melayani Oliv. "Mau wine?"

"Sedikit boleh." Senyum Oliv tertata rapi.

Seluruh awak dari jet itu sudah berada di dalam. Mereka bersiap-siap untuk lepas landas.

Oliv mencoba duduk dengan tenang. Alen menyodorkan segelas wine kepada Oliv. Ia tak ingin siapapun melayani Oliv,kecuali dirinya. Bahkan dari hal selimut sekalipun,Alen sendiri yang melayani Oliv.

Alen tau,saat ini ia tak bisa percaya siapapun untuk menjaga gadisnya ini.

Oliv mulai sedikit meneguk gelas wine itu. Oliv mencoba tetap berpikir positif dan menenangkan dirinya yang jujur saja,masih terlihat kaku dan bingung.

"Kita ke maldives. Lo gak usah bingung gitu sayang." Ucap Alen dengan mengelus rambut Oliv.

"Lah? Terus mama?" Pertanyaan yang tertimpal dari mulut Oliv langsung menanyakan mamanya.

"Mama lo udah setuju kalo gua ngajak lo liburan sebentar. Dan dia ngebolehin kok. Asalkan gua bisa jagain lo. Lagipula mama lo pulangnya masih lama. Lo tenang aja ya sayang." Jelas Alen yang mulai duduk di sebelah Oliv. "Jangan tegang begitu. Masih sakit ya?"

"Eng..enggak sakit kok." Oliv terlihat sangat gugup. Oliv sebenarnya juga bingung dengan mamanya. Bagaimana bisa mama Oliv begitu mudah percaya dengan Alen secepat itu? Bahkan hingga membolehkan mengajak Oliv ke luar negeri. Berdua. Biasanya saja,saat Oliv berkumpul dengan teman-temannya sudah disuruh suruh pulang.

Alen memeluk Oliv lagi dengan lembut. "Tenang aja sayang,gua ga pernah ada niatan buat nyakitin lo kok. Gua kesana juga karena kebetulan ada client gua yang tinggal disana. Gua harus meet up dia besok pagi karena dia mau berinvestasi di perusahaan yang gua pegang. Papa berencana membeli pantai di maldives." Jelas Alen lagi yang membuat Oliv bisa bernafas lega sekarang. Tentu saja di pelukan Alen.

Alen melepas pelukan itu secara lembut dan memegang kedua pipi Oliv. "Nanti kalo lo udah jadi istri gua,gua bakal ngasih apapun yang lo mau. Gua bakal bahagiain lo dengan cara apapun. Gua akan bangunin 1000 rumah sekaligus buat lo dari seluruh dunia ini,kalo lo minta itu,Oliv." Senyum Alen penuh arti.

Oliv balik tersenyum kepada Alen yang masih memegang pipinya lembut. "Gue gak perlu 1000 rumah Alen,rumah gue nanti adalah hati lo. Kemanapun lo pergi,gue akan selalu bersama lo,dan dukung semua keputusan lo."

Alen benar-benar tersenyum sangat lega. Ia tak salah memilih wanita untuk dijadikan pendamping. Oliv benar-benar wanita yang ideal. "Jangan pernah tinggalin gua,Oliv. Gua pengennya lo ada terus buat gua."

Silhouette [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang