Author POV
Alen mengangkat panggilan itu. Dan masih diam dengan wajah datarnya.
"Apa!" Kejut pria itu tiba-tiba dengan wajah sadisnya yang mulai keluar.
"Dasar gak becus! Akan gua tanganin sendiri!" Geram Alen.
Oliv merasa kaget. Ada apa memangnya?
Siapa yang menelfon Alen? Ada apa?
"Sayang." Panggil Alen dengan tatapan yang sangat serius.
"Kenapa Alen? Ada masalah apa? Jangan emosi ya." Jelas Oliv sambil mengelus pundak Alen.
"Nanti aja gua ceritain ya. Gua ada urusan." Ucap Alen mengecup kening Oliv.
"Cepetan balik ya Alen. Semoga urusan lo cepet selesai. Janji lo harus balik." Perasaan Oliv mulai tidak enak sehingga ia mengatakan itu. Oliv masih menggenggam tangan.
"Gua janji, gua pasti balik." Alen mengecup tangan Oliv yang masih menggenggamnya.
Alen segera bergegas mengambil kontak mobil yang berada di atas nakas rumah sakit itu dan berlari keluar. Sebelumnya, Alen mengetik beberapa keypad di ponselnya. Mungkin untuk menghubungi seseorang yang begitu penting.
Alen melajukan mobilnya mengelilingi kota Jakarta. Matanya selalu waspada dan menatap sekitar. Melihat beberapa taman yang sedang lumayan sepi.
Alen seperti celingak-celinguk melihat ke arah kanan dan kiri. Apa yang sedang pria itu cari sebenarnya?
"Bangsat. Pake acara kabur segala wanita gila itu. Brengsek! Polisi yang jagain gak becus pula!" Gerutu Alen yang masih melajukan mobilnya.
"Oya! Gua punya nomor Jane di ponsel gua gara-gara vidcall kemarin. Akan coba gua check location dia. Mungkin aja ponselnya masih dia yang bawa." Alen yang memiliki pikiran se-cerdik itu segera merogoh celananya dan mencari nomor yang tak dikenal yang vidcall pria itu kemarin.
Ternyata benar. Location map di ponsel Alen bergerak.
"Bogor? Cepet banget juga pergerakan dia." Kekeh Alen menatap ponselnya. Posisi Jane selalu berubah-ubah setiap detik. Mungkin Jane dan para pengawalnya mulai cemas menjadi buronan polisi.
Namun, sekarang posisi Jane sudah berhenti. Dan tidak bergerak lagi.
Alen mengetik nomor ponsel seseorang dan menempelkan ponsel itu di telinganya. "Halo. Sudah? Siapkan semuanya. Gua segera sampai."
Sambil menutup panggilan itu, Alen menancap gas mobilnya dengan cepat ke arah Jane melarikan diri. "Lo gak akan pernah bisa kabur dari cengkraman gua."
Beberapa menit kemudian, sampailah Alen di kawasan Bogor. Kawasan Bogor sekarang sudah lumayan turun rintikan air hujan.
Alen masih memakai kemeja putih lusuhnya kemarin, sontak hal itu membuat kemejanya basah lagi dan lagi. Dan berjalan ke arah sebuah pabrik tua yang sudah terbengkalai. Pabrik tua yang sangat luas.
Alen berjalan dengan sangat tegas. Langkah kakinya pun berketukan.
Seseorang yang sudah berada disana, membukakan Alen pintu pabrik itu dengan rasa hormat.
Mata Alen yang tajam, mengelilingi sekitar pabrik tua yang sepi itu. Dan sekarang, mata pria tampan itu menulusuri dalam pabrik itu.
Sudah dalam keadaan kursi yang melingkar.
Jane dan para pengawalnya sudah terikat disana. Mulutnya juga diikat dengan kain. Mirip sekali dengan perlakuan Jane kepada Oliv, kekasihnya.
Kapan Alen merencanakan semua ini? Sangat hebat sekali. Benar-benar sampai hal yang terinci. Dengan waktu sangat singkat pun, pesuruh Alen dengan hebat bisa menemukan tempat Jane. Entah bagaimana caranya.
Tatapan Alen menyeringai. "Hallo Nona Jane. Kita bertemu lagi disini. Hebat sekali anda bisa kabur bahkan dari tangan polisi."
Jane menatap Alen tajam. Alen hanya tersenyum miring. "Tolong bukakan pengikat mulut dia. Gua pengen denger dia mau ngomong busuk apa lagi."
Pesuruh Alen segera membuka pengikat mulut Jane. Nafas Jane sedikit terengah-engah.
"Laki-laki brengsek!" Umpat Jane memelototi Alen. "Lepasin gue!"
"Ternyata pinter anak buah gua ya dari anak buah lo. Lo bisa aja kabur dari polisi. Tapi sorry ae. Lo gak bakal bisa kabur dari gua.Gua gak akan pernah lepasin lo sebelum dendam gua kebales." Alen lagi-lagi tersenyum miring dengan wajah tampannya.
"Brengsek! Fuck! Kenapa sih lo bela-belain cewek jalang itu segitunya! Gua yakin lo bakal kehilangan dia! Lo gak akan bisa mencintai siapapun lagi selain gua! Dia cuma wanita jalang! Cewek jalang!" Umpat Jane.
Alen segera menghampiri Jane dan menekan rahang bawah Jane dengan sangat kasar menggunakan tangan kekarnya.
Jantung Jane sedikit berdesir. Pria yang berdiri di hadapannya walaupun sangat lusuh, tetapi selalu wangi seperti biasanya.
"Masih mau bilang Oliv cewek jalang? Ayo bilang!" Bentak Alen.
"Gue benci dia!" Jane balik membentak Alen dengan tangan masih terikat di bangku itu.
"Lo gak pernah berhak nyakitin dia! Karena semua ini asalnya dari lo sendiri! Lo yang egois!" Alen membela Oliv.
"Gue egois karena gue sayang sama lo!" Jane membentak Alen lagi.
"Lo hanya cinta sama diri lo sendiri!" Tegas Alen. "Yang harus lo tau, sekarang gua cuma mencintai Oliv dan seumur hidup gua, gua hanya akan mencintai Oliv. Lakukan apapun yang sudah Jane lakukan kepada Oliv!" Perintah Alen kepada pesuruhnya.
Beberapa pesuruh itu sudah mengeluarkan alat cambuk dari lemari yang sudah mereka siapkan. Tatapan mereka semua sangat mengerikan.
Jantung Jane serasa berdebar-debar. Bingung dengan apa yang harus gadis itu lakukan. Tangannya terikat.
"Gu.. Gue ngaku salah!" Teriak Jane tiba-tiba saat salah seorang pesuruh Alen mendekatinya.
"Haha. Wanita selicik lo, terus gua harus percaya?" Alen memandang tajam Jane. "Tetap cambuk dia!"
CPLAK!
Suara cambukan yang mendarat pada tubuh Jane. Jane berteriak dan merintih kesakitan sekarang. "Gue ngaku salah Alen! Gue akan kembali ke negara gue! Gue gak akan pernah ganggu lo lagi!" Rintih Jane. "Gue janji! Ya! Ya! Gue tau lo sekarang cuma ngarepin si Oliv! Dan gue akan berusaha lupain semua kisah cinta lo dan gue! Lepasin gue!" Ucap Jane memohon.
"Bagaimana bisa gua percaya sama lo semudah itu?" Alen menatap Jane datar dan dingin.
"Lo harus percaya! Lo bisa ngirimin pesuruh lo kalo lo ga percaya sama gue! Gue akan coba gak perduli sama hidup lo lagi! Lepasin gue! Sakit!"
Karena pada dasarnya Alen tidak akan melakukan hal setega ini. Apalagi untuk seorang wanita.
"Oke. Gua setuju dengan apa yang lo minta. Dan sekarang lo tentuin sendiri hukuman kalo lo ngelanggar janji lo." Tawar Alen datar.
"Lo boleh ngehukum pancung gue!" Teriak Jane yang berusaha meyakinkan Alen.
"Ide yang bagus. Lepaskan dia. Antar dia ke bandara sekarang juga." Alen menitah seluruh pesuruhnya. "Dan lepaskan kasus dia dari kantor polisi Indonesia. Selamanya dia gak akan balik kesini."
Para pesuruh Alen yang lebih kekar dari pesuruh Jane segera mengangguk dan melaksanakan titah Alen.
Dengan wajah penuh kepuasan, Alen pergi dari tempat itu dan dengan cepat melajukan mobil sportnya.
Yang ada di pikiran pria itu sekarang hanya Oliv. Ia bisa membalaskan semuanya. Alen benar-benar merasa sangat bahagia.
Saat Alen berusaha untuk semakin cepat melajukan mobilnya karena lampu lalu lintas sedang hijau, tiba-tiba
BRAK!
Wiuw..wiuw..
-------------------------------------
Update yaaaa (: padahal lagi sibuk (: tetep nyempetinn (: semoga suka ya(: amatir tp ttp cintaa❤
16/05/17
KAMU SEDANG MEMBACA
Silhouette [COMPLETED]
Teen FictionHighest ranking#43 IN TEEN FICTION (240617) "Eh, kok ada sih cowok yang super duper datar seperti dia. Heran gue. Belagaknya aneh gitu. Banyak amat yang jadi fans dia ya? Menurut gue dia biasa aja tuh." Oliv. "Oh." Alen. Ketika remaja yang amat tamp...