Twenty Eight◾Merawat

13.1K 733 14
                                    

Author POV

Hari sudah menjelang pagi. Mata gadis itu sayu-sayu mulai terbuka dan sadar.

Suara detak detik jam dinding memenuhi suasana ruangan rumah sakit itu.

Saat gadis itu sadar, pria itu sudah berada di hadapannya. Sedia menatap matanya senantiasa hingga benar-benar mata gadis itu terbuka dengan sempurna.

Gadis itu hanya menatap pria di hadapannya yang masih mengenakan kemeja putih lusuh.

Malam itu..

*
Alen segera membawa gadisnya itu ke rumah sakit untuk mendapat perawatan dari dokter yang khusus sudah Alen siapkan hanya untuk Oliv.

10 jam adalah waktu yang singkat untuk menyiapkan semuanya. Namun, karena cinta semuanya menjadi mungkin untuk Alen melakukannya.

Gadis itu selalu saja hampir pingsan, namun Alen selalu berusaha untuk menyadarkannya. "Liv, usahain tetep sadar ya!"

Alen menopang kepala gadis itu yang sudah terduduk di kursi penumpang sebelah Alen.

Bahkan mobil itu, Alen sendiri yang menyetir. Entah bagaimana caranya, Alen sangat cerdik, namun sepertinya kecemasannya pada Oliv mengalahkan semua kecerdikannya seketika.

"Gue gapa..pa." Ucap Oliv terputus-putus. "Gue ss..ada..r ko.ok."

"Liv, gua mohon. Kita hampir sampai." Ucap Alen benar-benar sudah berkeringat.

Peluhnya menetes hingga membuat kemeja putihnya itu basah total.

Tangan kanannya masih sedia menopang kepala Oliv dan sesekali mengusapi air mata Oliv yang sedari tadi merintih.

Kurang apa perhatian dan pemahaman Alen untuk Oliv. Alen sedia melakukan semuanya hanya untuk gadisnya itu.

Setiap Oliv mendapat masalah, Alen selalu sedia untuk menolong Oliv bahkan menyelamatkannya. Walaupun saat itu adalah saat pertama mereka bertemu.

Entah gadis itu berpikir tentang apa sekarang. Akankah di mata gadis itu, Alen tetaplah seorang pelampias cinta?

Sesampainya di rumah sakit, Alen segera menggendong Oliv keluar dari mobil itu.

"Alen! Punggung gue! Hiis!" Rintih gadis itu berkali-kali saat Alen memegang punggungnya dengan maksud akan menggendong. "Len sakit Len! Jangan punggung gue! Argh! Perih!"

"Gua bakal hati-hati Liv. Tahan ya. Pasti sakit ya. Gua cemas banget sama lo." Alen berlari melewati lorong rumah sakit itu. Alen segera mencari kamar yang sudah ia pesan untuk merawat Oliv disana. Bahkan Alen tak membiarkan siapapun untuk membantunya menggendong Oliv. Semuanya ingin ia lakukan sendiri. Hanya untuk Oliv.

Hingga sampai di kamar yang dimaksud. Seorang dokter wanita sudah menunggu kedatangan Oliv dan Alen di dalam.

Beberapa alat untuk membantu kesembuhan Oliv sudah dipersiapkan sebelumnya. Semuanya benar-benar sudah beres. Hebat sekali.

"Tolong, Tuan Alen menunggu di luar. Saya akan berusaha menyelamatkan Nona Oliv." Yakin seorang dokter wanita itu.

"Tapi gua pengen liat Oliv. Lo mau apa?" Datar Alen dengan tatapan menyeringai.

"Tapi itu kebijakan rumah sakit, Tuan." Jelas dokter wanita itu lagi. Dengan berharap bahwa Alen akan mengerti.

"Ini rumah sakit keluarga besar gua. Semua ruangan ini gua yang punya. Terus lo mau apa? Gua pengen disini." Wajah Alen datar dan sangat mengerikan. "Mendingan sekarang lo selametin pacar gua. Gak usah banyak mulut!" Bentak Alen yang masih menyimpan kotak emosinya kepada Jane dalam-dalam.

Silhouette [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang