Thirty Four◾Menyesakkan!-2

10.5K 640 22
                                    

Author POV

Pagi menjelang, Oliv masih sedia bangun pagi untuk membuatkan kotak makan siang lagi untuk Alen. Walaupun Oliv tau, kemungkinan besar Alen akan menolaknya.

Oliv menata kotak makan siang berwarna abu-abu itu dengan baik dan memasukkannya ke dalam tas sekolahnya.

Setelah berpamitan dan melajukan mobilnya, Oliv seperti biasa memilih melewati tol karena pasti banyak kemungkinan tidak macetnya.

Masih sangat pagi, Namun Oliv lebih memilih untuk datang seperti ini setiap pagi di sekolah. Mungkin moodnya bisa lebih naik hari ini. Semoga.

Oliv hanya duduk di bangku panjang di depan kelasnya. Melihat orang yang berlalu lalang melintas di hadapannya. Sebenarnya tidak. Bukan itu yang dilihat oleh Oliv.

Oliv mulai berjalan mendekati lapangan basket. Memastikan dua orang yang duduk di bangku yang sangat jauh di hadapannya. Kebetulan di sana juga masih ada team basket yang sedang berlatih.

Dua orang itu duduk dengan tenang. Mereka berdua hanya bercengkrama. Pria itu duduk di bangku itu mengenakan kostum basket, sedangkan seorang gadisnya mengenakan seragam sekolah sama seperti yang dikenakan Oliv.

Oliv mulai mendekati bangku itu. Mengendap-endap dari satu pohon ke pohon lain.

Jarak Oliv dengan mereka berdua hanya tinggal 10 langkah saja.

Hal ini yang membuat Oliv meneteskan air mata lagi. Sudah berapa kali Oliv meneteskan air mata kemarin? Kenapa pagi-pagi seperti ini Oliv sudah meneteskan air mata lagi Tuhan? Apa salah gadis ini?

"Chaca.. Alen.. Keliatan bahagia banget ya." Oliv merasa bingung. Apakah sekarang dirinya harus senang atau harus bersedih dengan keegoisannya sendiri?

Dari balik pohon itu, mereka berdua terlihat sedang bergurau dan sesekali Alen mengusap rambut Chaca. Mungkin menurut Alen, Chaca adalah wanita yang baik dan menggemaskan. Sehingga Alen bisa memperlakukan Chaca seistimewa itu.

Sakit sekali rasanya hati Oliv saat ini. Ia sama sekali tak menyangka jika Alen akan jatuh hati pada sahabatnya sendiri. Apa satu bulan menanti pria itu sadar dari koma tidaklah cukup?

Oliv berusaha mengusapi air matanya itu dengan kedua telapak tangannya. "Oliv gak boleh nangis kalo liat Chaca sama Alen seneng. Oliv harus rela. Penting Oliv udah berusaha." Yakin gadis itu dalam hatinya.

Sesaat setelah itu, Oliv mencoba merapikan seragamnya, dan

DUG!

"Aduuuh." Rintih Oliv yang sekarang sudah jatuh tersungkur karena kepalanya bagian kanan sudah ditimpuk oleh bola basket tanpa sengaja. "Sakit." Rintih gadis itu lagi yang mulai terisak. Keningnya sebelah kanan mulai membengkak.

Semua orang malah menertawakannya dan menganggap semua ini lucu.

Tatapan memelas Oliv beredar ke sekitar. Semua orang masih dengan tertawanya. Begitu juga saat Oliv menoleh ke arah belakang, Alen juga ikut menertawakannya, tetapi Chaca seperti menutupi mulut Alen agar berhenti menertawakan Oliv. Oliv benar-benar sedih dan ingin marah sekarang. Oliv malah berlari. Ke arah kamar mandi khusus kelas 11.

Di dalam sana, Oliv meronta dan menangis. "Tega, tega, tega." Oliv menggerutu pada dirinya sendiri. Bahkan dengan luka di kepalanya sekarang, ia masi ditertawakan.

Oliv sangat cengeng dan bawel. Hati Oliv sangat mudah patah. Apalagi jika melihat Alen melakukan apa yang Alen dulu lakukan kepada Oliv. Bahkan sekarang kepada gadis lain yang tak disangka Chaca adalah orangnya.

Mengontrol emosinya sekarang amatlah sulit menurut Oliv. Sepertinya emosi tentang seperti ini sangat sulit Oliv kendalikan.

"Bola itu ngebuat kepala gue pusing!" Gerutunya lagi dan lagi. "Ogah ke UKS ah. UKS deket ruang kelas 12 nanti malah semakin diketawain lagi. Nista banget gue ya ampun. Salah gue apa sebenernya gue bingung." Oliv malah merutuki dirinya sendiri sekarang, mirip orang gila.

Silhouette [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang