Twenty Four◾Berjuang

13.6K 720 0
                                    

Author POV

11 Maret 2017, 07.15 WIB.

Alen terduduk di bangku klasik panjang. Bangku itu berada di bawah pohon yang cukup rindang untuk pagi hari seperti ini. Bel berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Namun, Alen masih enggan memasuki kelas.

Pria ini sibuk menoleh kesana kemari. Mengecheck ponselnya. Namun, tak ada sedikit pun tanda bahwa hari ini Oliv masuk sekolah. Chaca dan Vio pun beranggapan jika mungkin Oliv sakit.

Tetapi, Alen tak yakin dengan anggapan kedua sahabat Oliv itu. Alen masih tetap menunggu disana hingga jam pelajaran ke empat berakhir. Wajahnya terkesan sangat datar namun matanya memancarkan tatapan yang cemas.

◽12 Maret 2017, 06.35 WIB.

Alen memiliki niat untuk menjemput Oliv ke sekolah hari ini.

Saat Alen memencet bel rumah Oliv, mama Oliv lah yang membukakan daun pintu lebar itu untuk Alen. "Mama Oliv udah balik?" Batin pria ini dalam hatinya.

Mama Oliv tersenyum dengan Alen dengan tulus. Mama Oliv sangat tau jika Alen sangat khawatir sekarang. "Masuklah, Alen. Duduklah." Ucap Mama Oliv mempersilahkan.

Alen mencoba sedikit menampakkan senyumnya dan duduk di ruang tamu Oliv.

"Mama tau benar apa masalah kalian. Mama sudah menyuruh beberapa orang untuk mencari tau." Ucap Mama Oliv yang membuat Alen tertegun dan mengernyitkan dahi. Hebat sekali. Mama Oliv segera mengambil duduk tepat di samping Alen. "Kalian belum saling mengenal terlalu lama. Masalah sekecil apapun, mungkin perlu waktu buat kalian untuk menyelesaikannya. Kamu benar-benar sayang sama Oliv?" Tambah Mama Oliv lembut.

Alen hanya mengangguk dan benar-benar mendengar ucapan Mama Oliv dengan teliti.

"Mama coba panggilkan dia ya?" Tawar Mama Oliv. Alen mengangguk semangat. Sambil berharap jika Oliv mau menemuinya. Hari ini.

Mama Oliv menaiki satu persatu anak tangga itu. Entah mengapa seketika ruangan menjadi sangat dingin.

Mama Oliv mengetuk pintu itu perlahan. Namun, tidak ada jawaban apapun dari dalam kamar itu. Senyap sekali rasanya rumah ini. Tidak seperti biasanya, ada gadis yang maunya ribet sendiri.

Mama Oliv turun dan menemui Alen lagi. "Bahkan hingga sekarang, Mama belum menemui Oliv sama sekali." Kekeh Mama Oliv. "Mama memang tidak pernah melihat dia sampai semarah ini. Dengan pacar-pacarnya sebelumnya juga dia nggak semarah ini. Mama tau. Obatnya cuma ada di kamu."

"Alen sudah tidak tau apa yang harus Alen lakukan." Kening Alen terlihat mengerut.

Mama Oliv tersenyum. "Bisa. Kamu bisa. Nggak tau kenapa, Mama yakin kamu bisa."

"Kalo mama sendiri dukung, Alen nggak akan nyerah. Alen akan duduk disini. Mungkin saja beberapa saat lagi, Oliv mau bukain pintu buat Alen. Alen gak mau nyia-nyiain kesempatan lagi." Terang pria ini dengan sangat jelas. Matanya berbinar, tetapi masih tampak kecemasan di raut wajahnya.

"Alen nggak sekolah aja?" Ucap Mama Oliv.

"Alen nungguin Oliv disini." Singkat pria itu.

Mama Oliv mengangguk dan memilih pamit menuju ke dapur.

07.26 WIB.

Alen masih duduk di tempatnya. Belum ada perubahan sama sekali.

07.51 WIB.

Alen masih ditempatnya. Masih dalam keadaan yang sama. Sesekali, Alen mengangkat telfon dari beberapa pesuruh di perusahaannya. Lalu meletakkan ponselnya lagi di atas meja.

Silhouette [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang