Thirty◾Kenyataan Pahit

12.9K 731 9
                                    

Author POV

Darah bercucuran di sekitar mobil yang lumayan bisa disebut 'ringsek' itu.

Pria itu terpental cukup jauh dari mobilnya.

Truk tronton besar berhasil membuat pria itu sekarang memiliki keadaan yang bisa dibilang cukup na'as.

Tangan dan tubuh pria itu masih cukup baik dan tidak terjadi apa-apa. Yang paling buruk dari keadaan pria itu adalah bagian kepalanya.

Mata pria itu sedikit terbuka. Namun, pandangannya kabur. Hanya terlihat beberapa ambulans yang mulai datang dan dengan sigap mengangkat pria itu dan para polisi mengevakuasi mobil sportnya.

"Mm." Rintih Alen singkat. Angin berdesir mengikuti Alen yang mulai diangkat ke dalam mobil.

*

"Nona Oliv, Nona Oliv!" Salah seorang suster di rumah sakit itu tergopo-gopo menemui Oliv yang sedang terbaring di kamar rumah sakit itu.

Oliv membuka matanya yang sedari tadi terpejam.

Suasana menjadi sangat dingin. Entah apa yang dibayangkan gadis itu sedari tadi. Intinya pikiran gadis itu sedari tadi terbang entah kemana. Gadis itu berusaha menghilangkan semua perasaan buruknya yang dari tadi mengganggunya.

Oliv terlihat menghembuskan nafasnya kasar. "Ada apa?" Singkatnya.

"Tuan Alen.." Suster itu memutus kalimatnya.

"Ada apa dengan Alen? Katakan!" Oliv membentak suster itu.

"Tuan Alen kecelakaan." Singkat suster itu. "Tapi, Nona tidak perlu khawatir. Tuan Alen sudah di rumah sakit ini."

Kata-kata suster itu tak dihiraukan oleh Oliv.

Seketika Oliv terdiam.

Yang terngiang di pikiran gadis itu hanyalah satu kalimat, "Tuan Alen kecelakaan." "Tuan Alen kecelakaan." "Tuan Alen kecelakaan." Hanya kalimat itu yang berputar di kepala Oliv sekarang.

Suasana seketika senyap.

"Antarkan saya ke ruangan Alen sekarang juga." Datar Oliv dengan wajah yang sedikit menahan sakitnya luka.

"Kenapa yang kecelakaan Alen, yang sakit gue ya." Batin gadis itu disela-sela pikirannya.

Oliv membuka pintu berwarna putih itu.

Ruangan itu berada di lorong bangsal VVIP lainnya.

Suasananya sedikit redup. Senyap. Hanya detak detik jam yang terdengar.

Suster mendorong kursi roda yang diduduki Oliv itu memasuki ruangan tempat dimana Alen dirawat.

"Biarkan saya sendiri." Titah Oliv saat seorang suster itu sudah memberhentikan kursi rodanya tepat di samping ranjang tempat Alen sedang berbaring.

Di hidung pria itu sudah terpasang selang oksigen yang senantiasa setiap waktu membantu pria itu dalam bernafas.

Tanpa sadar, Oliv meneteskan air matanya.

"Ini karena lo ngelindungin gue ya?" Oliv berbicara dengan dinding-dinding disana yang terasa senyap. "Kok lo diem sih? Lo kira dengan lo ngelindungin gue tapi lo celaka gini, gue bakalan seneng? Apa menurut lo itu akan ngebuat gue bahagia?" Oliv menatap wajah Alen pekat.

Alen masih memejamkan matanya dengan tenang. Nafasnya masih berdetak dengan teratur.

"Bangun dong Len. Sepi nih." Oliv meronta-ronta dan menggoyangkan tangan Alen.

Oliv terdiam sejenak. Entah apa yang sedang dibayangkan gadis itu sekarang.

*

Oliv ingat semua itu. Saat-saat pria itu membahagiakannya. Pria itu sangat memikirkan kebahagiaannya.

Silhouette [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang