Kejutan ( Sc:6 )

42 5 2
                                    

  Teh Thor prov

  "PAKETU..??"

  Mulut Candy terbuka lebar saat ia melihat seseorang yang kini tengah menatapnya datar. Uhh, untung saja tidak ada kecoa terbang yang masuk kedalam mulutnya.

  Fahri susah payah menahan tawanya saat melihat ekspresi Candy saat ini. Ia mengusap kasar wajah Candy dengan telapak tangannya.
"Awas kesambet."

  Candy mengalihkan pandangannya kearah lain. Bibirnya mengerucut sebal. Ia bersedekap dada sembari menatap Fahri tajam. Seolah matanya itu adalah peluru panas yang bisa menembus pori-pori.

  "Heh, Paketu. Ngapain lo disini, hah.?!"

   "Saya mau sekolah."

  "Kenapa harus di sekolahan gue..??" nada bicara Candy mulai meninggi.

  Fahri menggedikan bahunya acuh. "Saya mana tahu kamu sekolah disini."

  Candy berdecak kesal. Andai ini bukan di ruang guru. Mungkin Candy akan menggaruk habis wajah songong pria di depannya.

  "Nihh, ya. Kalau lo mau ke kelas. Lo tinggal jalan aja lurus. Terus naik tangga yang mau ke arah masjid. Belok kiri dan disitu terpampang jelas nyata dan sesungguhnya bacaan kelas 12 IPA 1." jelas Candy panjang lebar.

  "Kenapa kita gak bareng aja.? Bukannya kita sekelas.?!"

  "OGAH." Candy menghentakkan kakinya kesal. Ia berjalan keluar meninggalkan Fahri.

  "Kenapa harus dia siih..??" gerutu Candy.

***

  Candy melangkah asal dengan pikiran yang terus berkecamuk. Terkadang banyak hal yang ia tak mengerti. Mengapa lelaki itu harus hadir kembali dalam kehidupannya. Apa mungkin Tuhan punya rencana lain dibalik semua ini.

  Candy menghembuskan nafasnya kasar. Refleks, ia membalikkan tubuhnya saat dirinya merasakan ada yang mengikuti dari belakang.

  "Gak ada siapa-siapa."

  Memang betul yang dikatakan Candy tadi. Sepi, koridor ini kosong. Ahh, Candy baru ingat sekarang. Ia seharusnya pergi ke kelas. Namun karna pikirannya yang sedang kacau. Candy malah melangkah ke area belakang sekolah. Tempat yang sangat jarang dikunjungi oleh warga sekolah.

  "Apa jangan jangan..??" Candy bergidik ngeri lalu menggelengkan kepalanya berulang kali. Ia berjalan lebih cepat. Suara derap langkah kembali ia dengar dari belakang.

  Candy mencoba untuk tetap tenang dan ber-istigfhar dalam hati. Suara langkah kaki itu semakin mendekatinya. Ia memutar bola mata jengah. Pasti ada seseorang di belakangnya. Gak mungkin siang berlubang kayak sekarang hantu sudah berkeliaran.

  Candy membalikkan tubuhnya dan tak mendapati apa-apa dibelakangnya.

   "Gak beres."

  Ia berlari kecil untuk bisa sampai di kelasnya. Namun lagi-lagi Candy salah perhitungan. Ia melangkah lurus yang membawanya menuju tembok tinggi dan besar---pembatas sekolah dan perumahan warga.

180 SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang