"Agatha..??"
Gadis itu mengulum senyum. Ia menggerakan kursi roda nya untuk menghampiri Fahri. Tak ia sadari, bahwa di depannya ada batu yang cukup besar, dan bisa saja membuatnya celaka.
Fahri yang melihat itu, langsung beranjak dari duduk nya, mendekati wanita tadi dan menahan kursi rodanya. Satu kaki nya berlutut dihadapan gadis manis tersebut."Kamu ngapain kesini..?? Kok sendirian..?? Kan sudah ku bilang jangan pergi sendiri." ucap Fahri beruntun membuat Agatha tertawa geli.
Candy hanya diam, menyimak dua orang dihadapannya yang terlihat sangat akrab satu sama lain. Bahkan Fahri menyebut dirinya 'Aku' dihadapan wanita itu. Tidak seperti saat dia bicara dengan orang lain, pasti Fahri akan menyebut dirinya 'Saya'
Sedekat itukah mereka..??
"Kok ketawa siih..?? Nanti kalau kamu kenapa-napa gimana..??" wajah Fahri berubah menjadi cemas. Ia menautkan jemarinya di tangan si gadis manis. Memberi kehangatan yang menjalar pada tubuh wanita itu.
"Kau ini terlalu berlebihan, Fahri. Aku baik kok. Aku juga kesini gak sendiri, tapi sama mbak Herni." jelas Agatha membuat Fahri tersenyum lega.
Agatha menyematkan jemari nya di sela rambut Fahri, mengusap kepalanya lembut.
Fahri tersenyum saat mendapatkan belaian lembut dari Agatha. Baru kali ini Candy melihat Fahri tersenyum setulus itu. Biasanya Fahri kan hanya menertawakan dirinya, atau tersenyum menyeringai ketika ia sedang menjahili Candy.Candy yang merasa jengah melihat adegan mesra-mesraan antara Fahri dan Agatha. Memilih untuk pergi saja, daripada harus lebih lama lagi menahan mual, karna geli dengan sikap so manis yang ditunjukkan keduanya.
Yaaa namanya juga Candy. Dia itu kan berbeda dengan gadis lain pada umumnya. Jika biasanya para gadis akan senang ketika di gombali. Maka beda halnya dengan Candy. Jika ada yang menggombali dirinya, maka bisa dipastikan ia akan mendaratkan satu toyoran di kepala orang itu.Candy memang tipikal wanita yang cuek bebek. Tapi bukan berarti ia tak peduli dengan sekitarnya. Jika Candy sedang marah dan mengomel tak jelas, itu adalah bentuk perhatiannya
pada orang orang yang ia anggap penting dalam hidupnya.
Karna menurut Candy, kasih sayang tak perlu diucapkan atau dibuktikan dengan perlakuan manis, tapi lebih mengarah pada seberapa tulus seseorang itu akan memberikan kasih sayang nya."Gue pergi aja dah. Bilang kagak yaa..?? Ahh gausah deh kayaknya." batin Candy mengompori
Namun sayang, bisikan batinnya itu tak jadi ia laksanakan. Lantaran Fahri sudah mencekal tangannya terlebih dahulu.
"Apaan siih..??" ucap Candy dingin. Sedingin omongan si doi yang lagi ngambek.
"Ayoo ikut dulu." Fahri mengajak Candy untuk menghampiri Agatha yang sedang tersenyum manis ke arah mereka berdua.
"Cindy, ini kenalin, Agatha temen saya.
Agatha, kenalin, ini Cindy, temen aku di sekolah." ucap Fahri memperkenalkan keduanya.Benar, Fahri memang membedakan keduanya. Bagi Fahri mungkin Candy bukan siapa-siapa. Sehingga sebutan 'Saya' sudah cukup baginya. Tapi entah kenapa, untuk itu, Candy merasa kecewa.
Tetapi bukankah Candy tak suka dirinya diperlakukan manis oleh laki-laki..?? Lantas mengapa ia harus kecewa ketika Fahri memperlakukan Agatha dengan istimewa dihadapannya.
Ada apa sebenarnya dengan Candy..?? Entahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
180 Second
Teen FictionSebuah kisah kenakalan anak remaja yang ingin mencoba untuk menaklukan dunia. Disudut kota Bandung yang tidak akan kamu tahu, tercipta '180 detik' percakapan sederhana yang membawa dua insan pada rumit dan sulitnya mempunyai perasaan satu sama lain...