Semilir angin sore berhembus agak kencang. Tawa riang terdengar dari para remaja yang kini tengah mengasah bakat mereka. Siapa lagi kalau bukan BRANTAS. Dan apalagi kalau bukan sepatu roda.
"Woyy. Liat niih gue bisa freestyle." teriak Rendi. Ia menuruni pegangan tangga dengan sepatu roda yang menjadi alas kakinya.
Candy, Aris dan Galih sontak berdecak takjub saat melihat aksi Rendi. Aksinya cukup berbahaya jika dilakukan tanpa keahlian dan pengawasan.
Maka dari itu, adik-adik dirumah jangan tiru adegan Rendi, yaaa. Ketcup manjah dari bibir maniseh Teh Thor. Muacc 💋💋"Duduk dulu yuuuk." sahut Aris nyaring.
Mereka duduk melingkar ditaman komplek. Menarik nafas dalam bersama, lalu mengeluarkannya secara perlahan. Hingga suara letusan dari pantat Galih memecah suasana.
"Hahahahhaahha..." tawa mereka ber-empat.
Rendi menghentikan tawanya. Ia memegang perutnya yang terasa geli akibat terlalu kencang tertawa. "Rencana kalian setelah lulus nanti apa..? Kalau gue sih pengennya kuliah di Barcelona."
Sontak semua perhatian tertuju pada Rendi. Sorak sorai ditunjukkan pada Rendi atas niatnya yang luar biasa itu.
"Bagus, Ren. Semoga cita-cita lo tercapai." sahut Galih
"Amin,"
"Kayaknya gue bakal kuliah diluar bandung deh." timpal Aris.
Galih menepuk pundak Aris pelan. "Bagus kalo gitu, Ris. Berarti gak bakalan ada yang ngutang kuota lagi ama gue."
"Kamfret lo Gal." sahut Aris jutek.
Candy terkekeh. Kebersamaan ini yang selalu ia harapkan. Canda tawa bersama teman-temannya. "Kalau gue siih, pengennya emmm apa yaa..??" ia menempelkan telunjuknya pada dagu. Matanya melihat keatas seolah sedang berfikir.
"Gak usah sok manis gitu deh, Dy. Bawaannya tuh suka pingin nampol pake sepatu aja." ujar Galih.
Rendi ketawa. Sepertinya selepas pulang berlatih, akan ada banyak garis halus di wajahnya.
"Kalau udah lulus mah, gampang. Lo tinggal nikah aja, Dy."Candy berdecak kesal. "Nikah, nikah. ENDASMUU."
Semua tertawa. Angin sore yang berhembus semakin kencang seolah tak menyurutkan tawa mereka.
"Gak kerasa yaa, kita udah mau lulus lagi. Perasaan kita baru ketemu kemarin." gumam Aris.
Rendi menoleh pada sahabatnya itu. Ia tersenyum tipis membuat siapa pun yang melihatnya pasti akan terpana. "Iya, Ris. Gue masih inget, waktu itu lo lagi mewek ditoilet karna diejek sama kakak kelas cowok kan..?? Karna waktu itu lo dibilang banci..??"
Aris terkekeh. Ia menggaruk kumis tipisnya. "Ahh iya, Ren. Gue inget, waktu itu kan lo langsung hajar tu kakak kelas sampe babak belur."
"Terus besoknya dia sendiri yang gak masuk sekolah karna tangannya patah pas nonjokin tujuh orang. Jaahahahah." timpal Candy.
"Yaelah si Aris mah masih mending. Laah gue?!. Seinget guee sihh, pertama kali ketemu kalian itu saat gue lagi dipaksa beli rokok ama siapa tuuh anak IPS dua yang rambutnya gondrong kek sapu injuk..??" Galih sepertinya berfikir keras untuk mengingat orang yang disebutnya tadi.
Aris menjentikkan telunjuknya. "Sii Tresnoo."
"Tino kali Ris, bukan Tresnoo." ralat Candy.
Galih mengacak rambutnya kasar. "aahh, ia itulah dia pokoknya. Saat itu, Rendi datang buat belain gue. Salut dehh ama lu masbro." ujarnya. Ia menepuk punggung Rendi pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
180 Second
Teen FictionSebuah kisah kenakalan anak remaja yang ingin mencoba untuk menaklukan dunia. Disudut kota Bandung yang tidak akan kamu tahu, tercipta '180 detik' percakapan sederhana yang membawa dua insan pada rumit dan sulitnya mempunyai perasaan satu sama lain...