"Dy, Tungguu.."
Candy berbalik, namun tetap menjalankan motornya lebih cepat. Apapun alasannya ia tetap tak ingin mendengar ucapan pria tadi.
Fahri mempercepat laju mobilnya. Ia ingin menyalip motor matic bermotif spongebob milik Candy. Gadis itu belum bisa memaafkan nya. Bahkan menatap wajahnya sedetik pun rasanya Candy tak ingin. Ia terlalu kecewa.
"JANGAN NGIKUTIN GUE LAGI. PERGI LO." teriak Candy dari motornya.
Fahri sudah memposisikan mobilnya disamping motor Candy. Teriakan cewek itu sangat memekakan telinganya. Tapi ia terus berusaha untuk melunakkan hati Candy yang keras seperti nasi dijemur.
"AKU GAKKAN BERHENTI SEBELUM KAMU MAAFIN AKU, DY."
Candy mendengus. Ia membelokkan motornya kearah kanan agar dapat menghindari Fahri. Ia masuk kedalam gang kecil yang hanya bisa dilewati satu motor.
"Shitttt." Fahri membanting setir mobilnya keras. Ia kehilangan jejak Candy sekarang.
***
Candy duduk termenung disudut taman. Ia mengambil ilalang yang tumbuh liar menghiasi taman ini. Ilalang tersebut ia putar-putar, lalu ditiup hingga berterbangan didepan wajahnya. Melihat pemandangan itu saja Candy merasa senang.
Seketika pikirannya melanglang buana pada kejadian yang telah ia lewati satu tahun ini. Runtuyan peristiwa yang ia ingat tak terasa menimbulkan seulas senyum di bibirnya.
Mengingat bagaimana sikap dingin Fahri saat ia mencoba untuk menjadi penyanyi di Cafe kak Angga. Saat itu, Fahri malah menjadikannya seorang pelayan. Candy bersumpah, suatu hari nanti ia akan menggaruk habis wajah pria songong itu.
Dan lucunya, takdir mempertemukan mereka kembali dengan cara yang tak pernah di duga. Fahri datang sebagai murid baru di sekolahnya. Di tengah kebencian yang mendominasi, ada setitik kesenangan juga yang ia rasakan ketika dapat bertemu kembali dengan Fahri.
Seiring kebersamaan nya dengan Fahri. Perlahan rasa benci itu mulai melebur. Tergantikan oleh rindu yang tak berkesudahan.
Entah itu benar atau tidak. Candy tak tahu. Hanya yang pasti, ia selalu merasakannya ketika berjauhan dengan Fahri."Ekheemmm."
Suara deheman disampingnya, membuyarkan semua lamunan Candy. Ia mendelik sebal ketika mendapati pria yang baru saja dipikirkannya. Sekarang duduk disamping nya.
"Dasar jelangkung." umpat Candy.
Fahri menautkan alisnya. "Siapa jelangkung.?"
Candy mendecak. Ia menatap nyalang Fahri. "Yaa siapa lagi. Lo, lah. Datang gak diundang, pulang gatau diri."
Fahri terkekeh geli. Ia mengacak pelan pucuk kepala Candy. "Bahasa darimana lagi itu..??"
"Kok lo bisa tahu siih gue disini..??"
"Ya taulah. Kamu kan emang suka kesini."
Candy mendecih. "Siapa yang bilang..??"
Fahri merebahkan punggungnya dihamparan rumput hijau. Tak peduli jaket nya akan kotor. Ia terlihat nyaman tidur disana.
"Kayak kita kenal baru kemarin aja."Candy mendengus. Ia melihat Fahri yang terlihat begitu tenang sembari memejamkan matanya. Wajah Fahri yang terlelap membuat Candy terpana. Ketampanannya seakan bertambah berjuta kali lipat.
"Gak usah sampe segitunya lah, ngeliatin aku." ucap Fahri masih tetap memejamkan matanya. Ia menjadikan kedua telapak tangannya sebagai tumpuan di belakang kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
180 Second
JugendliteraturSebuah kisah kenakalan anak remaja yang ingin mencoba untuk menaklukan dunia. Disudut kota Bandung yang tidak akan kamu tahu, tercipta '180 detik' percakapan sederhana yang membawa dua insan pada rumit dan sulitnya mempunyai perasaan satu sama lain...